00:00:00
Kyuhyun
00:00:02
[Tepuk tangan]
00:00:04
tersenyum
00:00:11
maaf-maaf
00:00:26
[Musik]
00:00:29
kita selalu punya akal buat akalin apa
00:00:32
aja kita memang cerlang cermat oleh
00:00:35
peluang
00:00:40
semua bisa jadi jawaban
00:00:44
semua bisa jadi tambahan
00:00:47
Kita juga bisa berbagi dan temukan
00:00:50
inspirasi cabang lainnya di PKM 2021
00:00:54
cerlang Nusantara
00:00:57
Hai
00:01:02
meneng ae
00:01:06
[Musik]
00:01:11
hai hai
00:01:21
Hai
00:01:28
[Musik]
00:01:29
assalamualaikum warahmatullahi
00:01:31
wabarakatuh
00:01:33
salam sejahtera bagi kita semua Om
00:01:37
Swastiastu namo buddhaya salam kebajikan
00:01:43
dalam sistem nilai yang dominan saatnya
00:01:49
membangun dipercaya oleh negara sebagai
00:01:53
sebuah keniscayaan di dalam proses
00:01:56
kemajuan
00:01:58
fenomena tersebut terjadi hampir di
00:02:01
berbagai wilayah lainnya di dunia
00:02:04
gelombang perubahan yang disebabkan oleh
00:02:08
pembangunan yang telah menimbulkan
00:02:09
banyak sekali proses transformasi tidak
00:02:14
hanya lanskap geografis dan kepadatan
00:02:17
penduduk yang terus melonjak
00:02:20
lanskap budaya sosial juga lanskap
00:02:23
ekonomi juga turut berubah
00:02:27
seperti yang Kami alami
00:02:30
Jatiwangi sebelumnya adalah
00:02:33
rural
00:02:35
secara perlahan mengadopsi logika
00:02:39
kehidupan Urban
00:02:41
singkatnya
00:02:43
dinamika kehidupan Urban dengan segala
00:02:46
infrastruktur
00:02:47
dijadikan tolak ukur
00:02:50
perubahan dan pencapaian wilayah bagi
00:02:54
pemerintah daerah
00:02:59
terhadap cara pandang seperti ini
00:03:02
Jatiwangi art factory sebagai warga
00:03:05
lokal yang berdiam dan hidup di tengah
00:03:09
Perubahan tersebut
00:03:12
ia tidak memiliki pilihan lain selain
00:03:14
mengujicobakan berbagai macam pola
00:03:17
bertahan terhadap
00:03:20
fenomena ekspansi Urban atau Urban
00:03:24
expansion tersebut
00:03:27
dari yang sentimentil seperti membuat
00:03:31
ikatan bersama sebagai warga melalui
00:03:33
material tanah
00:03:35
merawat kegembiraan bersama lewat
00:03:38
berbagai festival
00:03:40
memunculkan kebanggaan
00:03:43
bersama terhadap wilayah dan menawarkan
00:03:48
ritual baru hingga peristiwa-peristiwa
00:03:51
kolosal dan momentum bagi terciptanya
00:03:55
kesepakatan kolektif
00:04:02
belakangan
00:04:04
pola bertahan Jav sebagai warga
00:04:09
diarahkan pada kerja-kerja steak yang
00:04:13
lebih strategis
00:04:15
Hai yang melibatkan pemerintah sebagai
00:04:18
stakeholder pembangunan di daerah
00:04:22
proyek Kota terracotta Majalengka
00:04:25
misalnya
00:04:26
yang fokus
00:04:28
menegosiasikan Jatiwangi sebagai kawasan
00:04:32
cultural berbasis tanah dan telah masuk
00:04:37
pada Perda tata ruang kabupaten
00:04:39
Majalengka
00:04:43
kemampuan masyarakat untuk mengolah
00:04:46
sumberdaya lokal yang dekat dan tersedia
00:04:49
atau yang diistilahkan sebagai cermat
00:04:53
mengolah peluang atau cerlang
00:04:56
memang telah terbukti dapat menjadi
00:04:59
modal kultural yang efektif di dalam
00:05:03
menghadapi persoalan-persoalan di
00:05:06
lingkungan
00:05:08
praktik-praktik tersebut
00:05:10
yang berbasis pedesaan
00:05:13
tidak hanya mengolah berdaya di dalam
00:05:16
artian menggunakan
00:05:19
disaat yang sama juga berperan didalam
00:05:22
ndak di dalam merawat dan melindungi
00:05:25
keberlangsungan sumberdaya dan hidup
00:05:28
antar sesama
00:05:32
upaya penciptaan tersebut
00:05:35
secara langsung telah mempengaruhi daya
00:05:39
lenting desa yang di masa pandemic
00:05:42
seperti ini terbukti jauh lebih tinggi
00:05:47
resiliensi nya
00:05:49
dibandingkan perkotaan dengan demikian
00:05:52
wilayah pedesaan menjadi lokus yang
00:05:55
masuk akal untuk membicarakan
00:05:58
keselamatan dan masa depan bersama di
00:06:02
tengah hidup dari satu pandemi kepada
00:06:06
demi yang lainnya kenyataan lain
00:06:10
menunjukkan sebaliknya
00:06:13
minimnya pong perbincangan mengenai
00:06:17
kehidupan rural pada tingkat Global yang
00:06:21
oleh pemangku kebijakan
00:06:23
menunjukkan
00:06:25
bahwa sebuah kepentingan besar yang
00:06:28
melihat luas sebagai objek dan entitas
00:06:32
yang tidak berdaulat serta dianggap
00:06:36
sebagai lokus pendukung bagi kehidupan
00:06:40
perkotaan semata
00:06:42
hal itu kita bisa kita bisa dapat lihat
00:06:47
dari cara pandang yang ditonjolkan
00:06:51
di
00:06:53
Urban agenda yang diinisiasi oleh PBB
00:07:00
yang
00:07:03
mempersiapkan kemungkinan melonjaknya
00:07:05
penduduk kota-kota besar di dunia
00:07:09
komunitas Jatiwangi art factory yang
00:07:11
diundang oleh
00:07:15
entah fifteen
00:07:16
ini adalah peristiwa seni budaya
00:07:20
pokok penting
00:07:23
ia merasa
00:07:24
bahwa dokumenter dapat digunakan sebagai
00:07:28
panggung bagi warga untuk menggemakan
00:07:32
seruannya
00:07:33
melihat Desa sebagai
00:07:37
pusat
00:07:41
desa dengan segala sumber dayanya baik
00:07:45
berupa sumberdaya alam dan Aset budaya
00:07:50
sandang pangan papan
00:07:53
juga masyarakat di dalam yang telah
00:07:57
secara aktif menggunakan Kebudayaan
00:07:59
sebagai cara untuk mengintervensi
00:08:03
permasalahan-permasalahan lokal dapat
00:08:06
menjadi pintu masuk untuk bertindak
00:08:09
secara kolektif bagi kehidupan saat ini
00:08:13
dan yang akan datang
00:08:18
untuk itu kami memutuskan
00:08:21
[Musik]
00:08:23
hiasi
00:08:24
new rural agenda
00:08:28
sebuah Konferensi Tingkat Tinggi yang
00:08:31
akan diselenggarakan pada bulan Juni
00:08:33
Tahun 2022
00:08:36
didokumentasi event di kotak asal di
00:08:40
Jerman
00:08:42
KTT ini diinisiasi oleh warga dengan
00:08:46
menghadirkan para pemangku kebijakan
00:08:49
representasi negara
00:08:51
institusi dunia bahkan perwakilan Strike
00:08:54
stakeholder non-human sebagai sesama
00:08:58
penghuni planet bumi
00:09:01
untuk
00:09:02
membicarakan berbagai macam agenda masa
00:09:06
depan hidup bersama pertanyaan yang
00:09:09
hendak dieksplorasi lebih jauh dalam
00:09:13
Euro agenda adalah
00:09:15
sejauh mana kita dapat memaknai rural
00:09:19
sebagai konsep yang konsep untuk
00:09:22
membicarakan di masa depan melalui dua
00:09:25
sudut pandang pertama
00:09:28
Hai bahwa pelaku dan pengolah kebudayaan
00:09:32
pada tingkat akar rumput
00:09:34
adalah aktor penting
00:09:37
dan utama dalam
00:09:40
mengkontekstualkan sumber daya yang
00:09:43
terdapat di wilayahnya masing-masing
00:09:45
untuk menjadi kekuatan kolektif
00:09:48
menghadapi berbagai persoalan
00:09:51
kontemporer dengan demikian di insafi
00:09:56
bahwa Desa bukanlah sebuah teritori yang
00:10:00
tetap dan
00:10:01
begitu dari sananya desa adalah Lupus
00:10:05
yang perlu dihidupkan dimaknai sekaligus
00:10:09
diciptakan
00:10:11
ya dengan buat
00:10:14
perspektif tersebut
00:10:17
agenda-agenda apa yang dapat disuarakan
00:10:20
banyurojo agenda di Kasal tahun
00:10:24
2020-2030
00:10:27
[Musik]
00:10:28
Hai
00:10:28
melalui simposium cerlang nusantara yang
00:10:32
diselenggarakan oleh Kementerian
00:10:34
Pendidikan Kebudayaan dan riset
00:10:36
teknologi yang menghubungkan kami dengan
00:10:40
berbagai praktisi pelaku daya Desa Pokja
00:10:44
Desa pemajuan kebudayaan
00:10:46
dan beberapa Kementerian kami membahas
00:10:50
dan merumuskan agenda agenda yang akan
00:10:53
kami bawa
00:10:55
bersama-sama pada nyuruh agenda di 2022
00:11:00
dan Adapun hasil rumusan tersebut adalah
00:11:04
sebagai berikut
00:11:07
1
00:11:10
mempertimbangkan Posisi Desa
00:11:13
sebagai lumbung kearifan sekaligus Garda
00:11:17
terdepan
00:11:18
mengolah Kebudayaan sebagai jalan hidup
00:11:22
berkelanjutan
00:11:24
dua
00:11:26
menjadi bagi dari jaringan internet
00:11:29
lokal dimana terjadi ruang-ruang untuk
00:11:32
saling menjaga
00:11:35
menghormati dan berdialog antar
00:11:39
keragaman praktik mengolah sumberdaya
00:11:42
dan budaya sebagai referensi bagi
00:11:46
keselamatan bersama
00:11:49
tiga
00:11:51
menjadikan medium bagi penghuni desa
00:11:54
untuk bersuara dan menyatakan agensinya
00:11:58
sebagai sumbangan konkrit bagi krisis
00:12:02
yang dialami dunia
00:12:05
eh Adapun untuk menuju Konferensi
00:12:09
Tingkat Tinggi ini
00:12:10
beberapa program yang akan kami jalankan
00:12:13
ke depan adalah
00:12:15
new rural School yaitu konferensi
00:12:20
paralel di sejumlah tempat yang berpusat
00:12:23
pada aktor-aktor pelaku budaya di desa
00:12:26
seperti komplain nih kepala desa
00:12:30
konferensi pemuda pemudi konferensi
00:12:33
perempuan konferensi tetua adat dan lain
00:12:36
sebagainya sebagai sebuah langkah nyata
00:12:40
terjadinnya ruang dialog jejaring
00:12:44
interlokal
00:12:46
lalu
00:12:47
Pesantren
00:12:50
ini merupakan sebuah riset artistik yang
00:12:54
akan dilakukan di berbagai tempat di
00:12:57
belahan dunia untuk kemudian
00:13:00
menghadirkannya di Kalsel sebagai bagian
00:13:04
dari new rural agenda
00:13:08
terakhir
00:13:10
pada Konferensi Tingkat Tinggi new rural
00:13:13
agenda di Castle Kami ingin menyampaikan
00:13:17
pernyataan martabat penghuni bumi
00:13:21
sebagai agenda yang disepakati
00:13:24
dan diimplementasikan melalui tindakan
00:13:28
akan dan kebijakan terima kasih
00:13:32
assalamualaikum warahmatullahi
00:13:34
wabarakatuh
00:13:35
[Musik]
00:13:46
Salam budaya assalamualaikum
00:13:48
warahmatullah wabarakatuh salam
00:13:50
sejahtera untuk kita semua Om Swastiastu
00:13:53
namo buddhaya salam kebajikan Rahayu
00:13:56
pekan kebudayaan nasional
00:13:58
2021 seperti pekan Kebudayaan Nasional
00:14:01
sebelumnya tidak hanya menghadirkan
00:14:04
ekspresi artistik yang terbaik dari
00:14:06
seluruh negeri tetapi juga membicarakan
00:14:08
berbagai masalah penting terkait
00:14:10
kemajuan kebudayaan di negeri kita sejak
00:14:14
bulan Juli ada kelas generasi cerlang
00:14:17
bincang cerlang yang berpuncak pada
00:14:20
sebuah simposium ia mengerucutkan
00:14:22
pembicaraan pada apa yang disebut Jalan
00:14:25
kebudayaan untuk pembangunan
00:14:28
Hai
00:14:29
tema dan bidang yang dibicarakan banyak
00:14:31
sekali tapi ada satu titik tolak yang
00:14:34
sama yaitu Bahwa pandemi kosit 19
00:14:37
menyadarkan kita tentang bermacam
00:14:40
kelemahan dalam pola hidup yang kita
00:14:42
anggap normal selamanya
00:14:45
disrupsi terjadi di segala bidang tanpa
00:14:47
terkecuali ekonomi sosial politik dan
00:14:51
kebudayaan para ahli masih menghitung
00:14:54
kerugian yang diderita karena fun Devi
00:14:56
ini dan banyak yang menyamakannya dengan
00:14:59
depresi besar yang melanda dunia pada
00:15:02
tahun 1930 and yang mengubah wajah dunia
00:15:06
juga secara signifikan dan banyak yang
00:15:09
memperkirakan jika kita tidak segera
00:15:12
mengambil langkah perbaikan maka ada
00:15:14
keadaan ini bisa terus memburuk
00:15:17
apa yang semula hanya merupakan ancaman
00:15:21
kesehatan bisa berkembang menjadi apa
00:15:24
yang disebut eksistensial wes yang
00:15:27
mengancam esensi manusia secara
00:15:30
keseluruhan
00:15:33
di tengah situasi ini timbul pertanyaan
00:15:36
mengapa kita bisa sampai pada situasi
00:15:39
seperti ini mengapa sistem kehidupan
00:15:42
modern dan kemajuan yang begitu
00:15:44
diagungkan Ternyata begitu rentan
00:15:46
menghadapi virus penyakit dalam
00:15:49
rangkaian simposium kita beberapa kali
00:15:52
mendengar Penjelasan bahwa sistem kita
00:15:54
begitu rentan karena sumber masalahnya
00:15:57
tidak lain ada pada sistem itu sendiri
00:15:59
cover 19 adalah penyakit xonotic yang
00:16:03
ditularkan dari hewan ke manusia
00:16:05
kenapa penyakit seperti itu semakin
00:16:07
sering kita temukan sekarang dan tidak
00:16:09
misalnya 100 tahun yang lalu cover 19
00:16:12
adalah varian terbaru dari seri
00:16:14
sebelumnya ada Mars dan berbagai virus
00:16:17
yang menyerang sistem pernapasan kita
00:16:19
sumbernya tidak lain karena kerusakan
00:16:21
habitat hewan liar yang bercampur dengan
00:16:24
ternak dan manusia sehingga virus yang
00:16:26
semula hanya hidup di alam di Hai
00:16:28
akhirnya bercampur dengan lingkungan
00:16:30
tempat tinggal manusia dan
00:16:33
kerusakan habitat ini adalah bagian dari
00:16:36
kerusakan lingkungan yang lebih luas
00:16:37
yang semakin cepat terjadi karena pola
00:16:41
pembangunan yang hanya fokus pada
00:16:42
pertumbuhan dan mengabaikan keselamatan
00:16:45
umum serta kelestarian lingkungan hidup
00:16:49
dimana-mana orang menjadikan pertumbuhan
00:16:51
ekonomi sebagai tolok ukur keberhasilan
00:16:54
pembangunan dalam teorinya pertumbuhan
00:16:57
ekonomi ini pada waktunya akan
00:16:59
menciptakan kemampuan kemakmuran yang
00:17:01
besar yang bisa menetes ke bawah dalam
00:17:04
bentuk lapangan pekerjaan dan juga
00:17:06
peningkatan layanan publik sehingga pada
00:17:08
akhirnya seluruh masyarakat bisa
00:17:11
terpenuhi kebutuhannya sehat dan
00:17:14
sejahtera begitu teorinya tapi
00:17:17
kenyataannya tidak demikian di masa
00:17:20
pandemi target pertumbuhan tidak
00:17:22
tercapai lapangan pekerjaan justru
00:17:24
berkurang dan layanan publik kekurangan
00:17:26
sumber daya
00:17:28
lalu apa jalan keluarnya
00:17:30
dalam berbagai sesi simposium kita
00:17:33
mendengar bahwa pengalaman nyata bahwa
00:17:35
kebijakan remedial yang sepotong-potong
00:17:37
tidak akan menyelesaikan masalah
00:17:40
kita juga tidak mungkin kembali ke
00:17:43
keadaan normal lama yang penuh dengan
00:17:45
masalah dan menjadi penyebab krisis kita
00:17:48
sekarang ini
00:17:49
ada kesepakatan bersama bahwa kita
00:17:52
memerlukan normal taruh yang tidak
00:17:56
Mengulangi kesalahan masalahku normal
00:17:59
baru yang menjadikan keselamatan dan
00:18:02
kesejahteraan manusia sebagai prioritas
00:18:05
utamanya normal baru yang mengelola alam
00:18:09
dengan bijak sehingga kegiatan ekonomi
00:18:11
bisa berkelanjutan dan alamnya tetap
00:18:14
Lestari tentu ini bukan tugas yang mudah
00:18:17
diperlukan perubahan cara pandang yang
00:18:19
sangat mendasar sebuah revolusi mental
00:18:21
untuk mencapai tujuan tersebut bibit
00:18:25
dari perubahan ini sudah nampak
00:18:27
bermunculan di pekan dengan nasional
00:18:29
sejak tahun 2019 bukan hanya di tingkat
00:18:32
sana tetapi juga di tingkat praktek apa
00:18:35
yang saya sampaikan Berikut ini adalah
00:18:37
rangkuman dan refleksi atas berbagai
00:18:40
wacana dan praktik tersebut
00:18:42
wacana dan praktik inilah yang menjadi
00:18:45
bahan dasar dari Jalan kebudayaan untuk
00:18:48
pembangunan berkelanjutan
00:18:50
dalam simposium kita berulang kali
00:18:53
diingatkan bahwa kebudayaan cenderung
00:18:55
Mas nih dimaknai secara sempit sebagai
00:18:58
kesenian tentu ini tidak sepenuhnya
00:19:01
salah kesenian adalah unsur kebudayaan
00:19:03
yang sangat penting tapi kalau kita
00:19:06
bicara tentang kebudayaan dalam
00:19:08
pengertian yang luas maka sesungguhnya
00:19:10
itu mencakup keseluruhan nilai dan
00:19:12
gagasan artefak dan Pranata yang
00:19:14
diwariskan dari generasi ke generasi
00:19:17
semua itu merupakan sumber daya
00:19:20
kebudayaan atau halter resources yang
00:19:23
bisa kita gunakan sebagai landasan
00:19:25
langkah dan kebijakan untuk membangun
00:19:27
normal baru Hai dimasa mendatang pun
00:19:30
tentu ini tidak berarti kita tinggal
00:19:33
meniru apa yang dilakukan para pendahulu
00:19:35
kita di masa lalu ada banyak nilai dan
00:19:38
gagasan praktek dan Pranata yang mungkin
00:19:41
tidak lagi sesuai dengan masa sekarang
00:19:43
kita perlu pembaruan Inovasi dan
00:19:46
modifikasi berbagai kekayaan budaya
00:19:49
sehingga sesuai dengan masa sekarang
00:19:52
tapi penting untuk kita ingat bahwa
00:19:55
berbagai nilai gagasan praktek dan
00:19:57
Pranata yang kita warisi dari masa lalu
00:20:00
sudah melalui ujian waktu sudah melalui
00:20:04
laboratory of Survival kita tidak perlu
00:20:08
uji lab untuk mengetahui keampuhan daya
00:20:11
lenting dan daya tahan berbagai
00:20:13
pemikiran praktek dan produk kebudayaan
00:20:15
kita
00:20:16
contoh kongkritnya adalah sikap dari
00:20:19
masyarakat adat menghadapi pandemi
00:20:21
covert 19 di Kanekes Banten setelah
00:20:25
setahun pandemi berjalan tidak satupun
00:20:28
Ia yang terkena kofic Pasalnya tidak
00:20:31
lain karena masyarakat di Kanekes masih
00:20:34
berpegang pada ikatan sosial yang kuat
00:20:36
yang melihat kehidupan secara holistik
00:20:38
gimana kemakmuran Berjalan seiring
00:20:41
dengan keselamatan dan kesehatan tentu
00:20:44
kita tidak bisa begitu saja meniru
00:20:46
pengalaman orang aneka yess dalam skala
00:20:48
Kabupaten provinsi apalagi tingkat
00:20:51
nasional
00:20:52
tapi kita bisa belajar banyak tentang
00:20:54
cara orang Kanekes menggunakan
00:20:57
sumberdaya kebudayaan mereka untuk
00:20:59
keselamatan dan kemakmuran
00:21:02
menggunakan sumberdaya kebudayaan bukan
00:21:05
berarti meniru begitu saja tapi
00:21:08
menggunakan sumberdaya tersebut sebagai
00:21:11
sumber inspirasi
00:21:12
sumber daya kebudayaan di sini menjadi
00:21:15
cahaya yang menerangi jalan kita karena
00:21:18
itu pekan Kebudayaan Nasional mengusung
00:21:21
konsep cerlang atau cahaya yang muncul
00:21:24
dari keanekaragaman budaya kita timus
00:21:27
antara ini Hai terlalu Sanggara sebagai
00:21:30
inspirasi untuk memahami keadaan kita
00:21:33
dimasa sekarang dan meniti jalan kita di
00:21:36
masa depan dalam pekan Kebudayaan
00:21:38
Nasional 2021 kita secara spesifik
00:21:41
membahas dan mengangkat Bagaimana sumber
00:21:44
daya kebudayaan bisa berkontribusi
00:21:47
memenuhi kebutuhan manusia yang paling
00:21:50
mendasar sandang pangan dan papan
00:21:54
dan dalam kesempatan ini Izinkan saya
00:21:57
menyampaikan refleksi atas pertukaran
00:21:59
Gagasan dan kerja kreatif Selamat petang
00:22:02
Kebudayaan Nasional berlangsung yang
00:22:04
melibatkan tidak kurang dari Rp15.000
00:22:07
seniman pekerja budaya dalam keseluruhan
00:22:10
prosesnya termasuk ratusan pembicara dan
00:22:12
peserta dalam berbagai sesi simposium
00:22:16
mari kita mulai dari sandang selama 100
00:22:19
tahun terakhir kita menyaksikan
00:22:20
tumbuhnya sebuah industri fashion yang
00:22:23
fokusnya bukan pada kesehatan atau
00:22:26
kenyamanan tapi lebih Pada penampilan
00:22:28
Hai
00:22:28
mesin pemasaran yang agresif menciptakan
00:22:31
Aura yang mendesak konsumen untuk
00:22:34
membeli lebih banyak membeli lebih
00:22:36
sering agar tidak ketinggalan zaman atau
00:22:38
menjadi out of fashion
00:22:41
tanpa menyadari bahwa konsumsi yang
00:22:43
berlebihan adalah penghamburan sumber
00:22:45
daya kita yang semakin terbatas
00:22:48
riset menunjukkan bahwa untuk
00:22:51
memproduksi satu teacher saja diperlukan
00:22:54
2700 liter air atau setara dengan
00:22:57
kebutuhan minum seseorang selama dua
00:22:59
setengah tahun dan kita terus membeli
00:23:02
atau mendapat hadiah t-shirt dan dengan
00:23:05
begitu ikut menguras ribuan liter air
00:23:08
sementara ada
00:23:10
785 juta orang di muka bumi ini yang
00:23:13
kesulitan mendapatkan air bersih ini
00:23:16
belum termasuk produksi celana jeans
00:23:18
yang setia potongnya memerlukan tidak
00:23:21
kurang dari 10.000 liter air bersih atau
00:23:23
setara dengan kebutuhan minum seseorang
00:23:26
selama sepuluh tahun
00:23:28
di industri fashion memang tumbuh
00:23:30
menjadi industri yang sangat tidak ramah
00:23:32
lingkungan dan jauh dari prinsip
00:23:34
berkelanjutan atau steinhoff
00:23:37
dalam 30 tahun terakhir masalahnya
00:23:40
justru bertambah semakin banyak bukan
00:23:43
hanya di tingkat produksi tapi juga
00:23:45
konsumsi sekarang kita mengenal istilah
00:23:47
fast fashion atau busana cepat seperti
00:23:51
dibidang tangan kita mengenal istilah
00:23:52
fastfood
00:23:54
perusahaan busana cepat ini mengakui
00:23:56
bahwa produk mereka memang tidak
00:23:58
didesain untuk tahan lama paling tahan
00:24:01
10 kali cuci dan setelah itu harus
00:24:03
diganti dengan yang baru di sisi
00:24:05
Konsumen juga tumbuh pengertian baru
00:24:08
bahwa Jangan pernah memakai baju yang
00:24:10
sama lebih dari 10 kg bahkan sebuah
00:24:13
survei yang dibuat tahun 2015
00:24:15
menunjukkan sepertiga dari 1500
00:24:19
responden menganggap baju yang sama
00:24:21
hanya boleh dipakai tiga kali saja kalau
00:24:24
sampai lebih dari tiga kali itu sangat
00:24:26
tidak fashionable menurut mereka Hai
00:24:28
alhasil setiap orang di muka bumi ini
00:24:31
setiap tahun rata-rata membuang sekitar
00:24:33
30 kg pakaian dan alas kaki hanya 15
00:24:37
persen dari yang dibuang itu kemudian
00:24:40
didaur ulang selebihnya masuk tempat
00:24:43
sampah dan karena pengelolaan sampah di
00:24:46
banyak negara masih jauh dari ideal
00:24:48
tidak sedikit sampah pakaian itu yang
00:24:51
kemudian berakhir di danau sungai dan
00:24:53
laut
00:24:54
ceritanya tidak berakhir di sana sampai
00:24:58
ini tidak hanya mencemari air tapi juga
00:25:01
mencemari salah satu sumber tangan kita
00:25:03
yaitu ikan dan sudah banyak riset yang
00:25:06
menunjukkan korelasi pencemaran ini
00:25:08
terhadap kesehatan manusia
00:25:10
sampah yang kita buang kembali kepada
00:25:13
kita dalam bentuk penyakit
00:25:15
lalu apa yang bisa kita lakukan untuk
00:25:18
mencegah siklus yang merusak ini jika
00:25:21
kembali kepada kearifan maka kata
00:25:24
kuncinya adalah sumber daya lokal turut
00:25:27
ama penggunaan serat alam dan pewarna
00:25:30
lokal selama berabad-abad masyarakat di
00:25:33
nusantara memanfaatkan kekayaan alam
00:25:35
sekitarnya yang menghasilkan tradisi
00:25:38
sandang yang luar biasa yang kita kenal
00:25:41
dengan sebutan wastra
00:25:44
keanekaragaman bahan corak dan gaya
00:25:47
wastra Nusantara ini begitu luar biasa
00:25:50
sehingga kita sebenarnya tidak perlu
00:25:52
khawatir akan ketinggalan zaman atau
00:25:54
menjadi autofashion justru sebaliknya
00:25:57
para designer Global hari ini mulai
00:25:59
melihat potensi wastra sebagai basis
00:26:02
kreasi mereka
00:26:03
sandang yang berbasis pada praktek dan
00:26:06
pengetahuan lokal ini juga memiliki daur
00:26:09
hidup yang lebih panjang jika
00:26:11
dikombinasi dengan praktek silver
00:26:13
fashion yang memanfaatkan pakaian lama
00:26:15
kita bisa mengurangi masalah limbah
00:26:18
pakaian secara signifikan
00:26:21
tentu diperlukan riset dan inovasi serta
00:26:24
pemanfaatan teknologi yang tepat untuk
00:26:27
mencapai Hai
00:26:30
dibidang pangan Masalahnya kurang lebih
00:26:33
sama produksi pangan yang memerlukan
00:26:36
sumberdaya begitu besar sekarang ini
00:26:38
sudah jauh melampaui kebutuhan yang ada
00:26:41
lembaga pangan dan pertanian dunia saw
00:26:44
memperkirakan sepertiga dari makanan
00:26:47
yang diproduksi di seluruh dunia
00:26:48
akhirnya menjadi limbah dan bahkan tidak
00:26:51
pernah sampai ke tangan konsumen
00:26:53
bayangkan betapa banyak sumber daya yang
00:26:56
kita hamburkan jutaan hektar tanah
00:26:59
miliaran liter air untuk keperluan itu
00:27:02
belum lagi jejak karbon berupa jutaan
00:27:05
ton karbondioksida yang melesat ke
00:27:08
atmosfer setiap tahunnya Tapi sementara
00:27:12
kita membuang sekitar 1,3 miliar ton
00:27:15
makanan setahun masih ada 7 ratusan juta
00:27:18
orang yang kekurangan makan dan kurang
00:27:19
gizi
00:27:21
paradoks ini terjadi karena adalah
00:27:23
kehidupan yang dianggap normal di masa
00:27:25
lalu itu produksi pangan mengikuti isu
00:27:28
pertukaran dan bukan akses kegunaan
00:27:31
Artinya kita memproduksi makanan
00:27:34
terutama untuk dijual dan bukan untuk
00:27:36
memenuhi kebutuhan hidup atau mengatasi
00:27:38
kelaparan dan bukan itu saja industri
00:27:41
pangan modern juga menggunakan
00:27:44
pendekatan monokultur yang memusatkan
00:27:46
produksi pada bahan-bahan tertentu dan
00:27:49
menyingkirkan atau mengabaikan bahan
00:27:51
pangan yang lain dari sekitar 300.000
00:27:55
spesies tanaman pangan yang dikenal oleh
00:27:57
manusia dalam sejarahnya hanya sekitar
00:27:59
200 spesies yang masih digunakan sekitar
00:28:03
75% tangan dunia berasal dari 12 spesies
00:28:07
tanaman dan lima spesies hewan
00:28:10
pola ini kita terima sebagai sesuatu
00:28:12
yang normal padahal sangat tidak mau
00:28:15
bertanya tidak Indonesia adalah negeri
00:28:19
dengan keanekaragaman hayati yang
00:28:21
termasuk paling tinggi di dunia kita
00:28:24
hidup dengan kurang lebih 50 ekosistem
00:28:27
yang berbeda-beda
00:28:28
ribuan spesies flora dan fauna yang
00:28:31
sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan
00:28:32
pangan kita selama bergenerasi
00:28:35
masyarakat nusantara sudah mengembangkan
00:28:38
bermacam cara untuk mengelola dan
00:28:41
mengolah keanekaragaman hayati kita
00:28:43
pemusatan produksi pada bahan pangan
00:28:46
tertentu berakibat semakin berkurang dan
00:28:49
melemahnya praktek dan pengetahuan lokal
00:28:51
tantangan masyarakat yang sedianya dapat
00:28:54
memenuhi kebutuhan pangan dari
00:28:56
lingkungan alam sekitarnya menjadi
00:28:58
bergantung pada industri
00:29:01
kelaparan kekurangan gizi dan berbagai
00:29:05
akibatnya seperti stangting terjadi
00:29:07
bukan karena tidak adanya sumber pangan
00:29:09
tapi karena pengetahuan tentang sumber
00:29:11
pangan yang semakin berkurang kita bisa
00:29:15
keluar dari situasi ini dengan kembali
00:29:18
mengangkat sumberdaya lokal kita masih
00:29:20
ada banyak sumber sumber karbohidrat
00:29:23
selain padi gandum jagung dan kentang
00:29:25
para ahli mencatat tidak kurang dari
00:29:28
ribu spesies yang digunakan oleh
00:29:30
masyarakat di seluruh dunia sebagai
00:29:32
sumber karbohidrat mereka dan banyak
00:29:35
diantaranya tubuh bebas di berbagai
00:29:37
ekosistem kita
00:29:38
dengan keanekaragaman hayati yang begitu
00:29:40
tinggi Indonesia tidak punya alasan
00:29:43
untuk kekurangan pangan atau kekurangan
00:29:45
gizi praktek dan pengetahuan lokal mesti
00:29:49
segera kita dokumentasi kita kembangkan
00:29:51
dengan bantuan science riset dan
00:29:54
teknologi sehingga bisa menjadi landasan
00:29:57
kedaulatan pangan di masa mendatang di
00:30:01
sini kita melihat bahwa urusan sandang
00:30:04
dan pangan tidak hanya terkait produk
00:30:06
yang kita konsumsi tapi terkait dengan
00:30:08
keseluruhan cara hidup yang oleh ahli
00:30:11
antropologi facial konser aningrat
00:30:13
disebut sebagai kebudayaan
00:30:15
Jalan kebudayaan memang mendekati
00:30:18
masalah pembangunan berkelanjutan secara
00:30:20
menyeluruh secara holistik pembangunan
00:30:23
berkelanjutan tidak mungkin berjalan
00:30:25
dengan pendekatan sektoral the
00:30:28
terpandang seperti ini masalah papan
00:30:31
juga bukan hanya masalah tempat tinggal
00:30:33
atau tempat berteduh
00:30:35
lembaga internasional habitat for
00:30:38
humanity mencatat bahwa sekarang ini ada
00:30:40
sekitar 100 juta orang di dunia yang
00:30:43
tidak punya tempat tinggal sama sekali
00:30:45
tapi kalau yang dihitung adalah orang
00:30:50
dengan tempat tinggal yang memadai dari
00:30:52
segi kesehatan dan keselamatan maka
00:30:54
jumlah ini melonjak sampai 1,6 miliar
00:30:57
orang
00:30:58
satu dari tujuh orang di dunia ini hidup
00:31:02
didaerah kumuh atau selam di negeri
00:31:05
berkembang jumlahnya bahkan 1 banding 3
00:31:08
orang
00:31:09
Ini semua adalah perkembangan mutakhir
00:31:12
dalam 100 tahun terakhir dan sama
00:31:15
seperti masalah sandang dan pangan akar
00:31:17
masalahnya adalah ketika rumah tidak
00:31:20
lagi dianggap sebagai kebutuhan dasar
00:31:22
yang harus dipenuhi tetapi sudah menjadi
00:31:25
komoditi yang diperjualbelikan
00:31:28
Hai artinya ada sekelompok orang yang
00:31:30
mampu memenuhi kebutuhan dasar tersebut
00:31:32
dan ada yang tidak
00:31:34
kesenjangan sosial pun terjadi dan
00:31:37
kemudian dilengkapi dengan kesenjangan
00:31:39
spasial satu kantong kemakmuran kemudian
00:31:43
melahirkan sekian kantong kemiskinan dan
00:31:46
keduanya tidak pernah dapat dipertemukan
00:31:50
mereka yang berpunya melindungi diri dan
00:31:53
miliknya sedemikian rupa sehingga kadang
00:31:55
merugi
00:31:57
mereka yang berpunya melindungi diri dan
00:32:00
miliknya sedemikian rupa sehingga kadang
00:32:03
merugikan keselamatan bersama contoh
00:32:06
yang paling sederhana adalah
00:32:07
kecenderungan membangun pagar tinggi dan
00:32:10
menutup seluruh luas lahan yang
00:32:12
dimilikinya dengan bangunan praktek
00:32:15
seperti ini berakibat air hujan tidak
00:32:17
pernah meresap ke tanah tapi dibuang
00:32:19
melalui saluran air ke kali kecil kali
00:32:22
besar dan akhirnya ke sungai guavana air
00:32:25
yang tidak tertampung menjadi apa yang
00:32:27
kita sebut akhir-akhir
00:32:29
sikap individualistik seperti ini sudah
00:32:32
berlangsung puluhan tahun sehingga kita
00:32:34
pun mengangkatnya normal bahkan menjadi
00:32:37
bagian dari kehidupan modern yang maju
00:32:40
dalam situasi seperti itu tentu sulit
00:32:43
berharap munculnya komitmen terhadap
00:32:45
kehidupan bersama
00:32:47
masing-masing berjuang untuk dirinya
00:32:49
sendiri dan mengorbankan kepentingan
00:32:52
umum sangat ironis bahwa ini terjadi di
00:32:55
negeri yang Junjung gotong royong dan
00:32:58
kebersamaan
00:32:59
dalam prakteknya masyarakat yang disebut
00:33:02
individualis sering lebih peka terhadap
00:33:04
kepentingan umum dan kebersamaan
00:33:07
daripada kita lagi Kita bisa belajar
00:33:10
banyak dari pengetahuan lokal dan
00:33:13
kekayaan budaya kita sendiri bukan hanya
00:33:15
tentang arsitektur bangunan tapi juga
00:33:18
tata ruang masyarakat tradisi yang
00:33:20
sangat peka terhadap lingkungan alam dan
00:33:23
lingkungan sosialnya tentu kita tidak
00:33:25
bisa sekedar meniru bentuk fisik
00:33:28
Hai atau sekedar mengambil ornamen
00:33:30
hiasan dari arsitektur lokal kita kita
00:33:33
perlu mempelajari kepekaan masyarakat
00:33:35
tradisi pada alam ingat kita hidup di
00:33:38
sebuah cincin api yang senantiasa
00:33:41
menghadapi ancaman gempa bumi letusan
00:33:43
gunung berapi dan tsunami
00:33:46
kita juga perlu belajar tentang
00:33:48
Bagaimana masyarakat lokal menata ruang
00:33:51
yang sesuai dengan kebutuhan sosial dan
00:33:53
kulturalnya
00:33:54
mengenali kembali Khan alam kita
00:33:57
mempelajari kembali kekayaan budaya dan
00:34:00
kearifan lokal atau selang Nusantara ini
00:34:03
tidak boleh berhenti pada senam akademik
00:34:06
atau akademik exercise kita perlu
00:34:09
mengintegrasikan semua temuan yang di
00:34:12
sinari cerlang Nusantara ini ke dalam
00:34:14
kehidupan sehari-hari ke dalam gaya
00:34:17
hidup dibawah normal Baru Jalan
00:34:19
kebudayaan ini bukanlah ajakan untuk
00:34:21
kembali ke masa lalu apalagi kalau kita
00:34:25
ingat bahwa apa yang kita sebut tradisi
00:34:27
hari ini sesungguhnya adalah inovasi
00:34:30
dari masa lalu karena itu yang kita
00:34:33
perlukan sekarang adalah mengembangkan
00:34:35
dan memperbarui praktek dan pemikiran
00:34:38
yang ada kita memerlukan inovasi kita
00:34:41
perusahaan riset dan teknologi untuk
00:34:44
memajukan kebudayaan tapi untuk itu kita
00:34:47
perlu membebaskan science dan teknologi
00:34:49
dari cangkang pertumbuhan dan
00:34:52
mengarahkan energi intelektual kita
00:34:54
untuk memikirkan keselamatan bersama ini
00:34:58
bukanlah impiannya jauh dari kenyataan
00:35:00
di Pekan kebudayaan nasional yang akan
00:35:03
berlangsung dari tanggal 19 sampai 26
00:35:06
November kita akan melihat bermacam
00:35:08
praktek dan ekspresi yang merupakan
00:35:10
wujud nyata dari Jalan kebudayaan itu
00:35:13
Akhir kata Saya mengucapkan
00:35:15
terima kasih kepada semua pembicara dan
00:35:19
peserta simposium yang memberi inspirasi
00:35:21
luar biasa kepada kita semua dan semua
00:35:24
pihak yang memungkinkan simposium dan
00:35:27
juga pekan kebudayaan Aceh 60021 bisa
00:35:30
terjadi demikian sekali lagi terima
00:35:32
kasih assalamualaikum warahmatullah
00:35:34
wabarakatuh Om Shanti Shanti Shanti Om
00:35:37
rahib
00:35:39
Ayo kita selalu punya akal buat akalin
00:35:43
apa aja kita memang cerlang cermat oleh
00:35:46
peluang
00:35:51
semua bisa jadi jawaban
00:35:55
semua bisa jadi tambahan
00:35:58
Kita juga bisa berbagi dan temukan
00:36:01
inspirasi cabang lainnya di PKN 2021
00:36:05
cerlang Nusantara