(FULL) Anies Baswedan - Monolog Peluncuran Buku "Makanya, Mikir!"

00:28:55
https://www.youtube.com/watch?v=aixqvP80yFw

摘要

TLDRDalam diskusi ini, pentingnya berpikir kritis dalam pemerintahan dan demokrasi ditekankan. Pak Anis Baswedan menjelaskan bahwa berpikir kritis dapat meningkatkan akuntabilitas dan memperbaiki pengambilan keputusan dalam pemerintahan. Ia menyoroti kebutuhan untuk menumbuhkan sikap inkuisitif dan pertanyaan kritis dalam masyarakat agar dialog dan debat dapat berkembang, yang pada gilirannya memperbaiki kualitas demokrasi. Melalui pertanyaan yang tepat, individu dan pemerintah dapat lebih efisien dalam pengelolaan kebijakan dan memahami kebutuhan masyarakat. Kesimpulannya, berpikir kritis adalah fondasi untuk kemajuan demokrasi dan keberhasilan pemerintahan.

心得

  • 🧠 Berpikir kritis wajib ada dalam masyarakat untuk meningkatkan demokrasi.
  • ❓ Pertanyaan kritis mendukung dialog dan diskusi yang sehat.
  • 📚 Buku dapat menjadi sumber untuk membantu masyarakat berpikir kritis.
  • ⚖️ Kebebasan dalam berpikir dan kompetisi sangat esensial.
  • 👥 Kepemimpinan yang baik mengajukan pertanyaan daripada memberi instruksi.
  • 💡 Inkuisitif adalah sifat yang harus dimiliki setiap individu.
  • 📈 Pengalaman ekonomi memperluas pemahaman rasional individu.
  • 🚫 Hindari fanatisme buta yang bisa menghambat kemajuan.
  • 💬 Dialog diperlukan untuk kemajuan demokrasi yang nyata.
  • 🔍 Orang-orang perlu bertanya pada hal-hal yang sudah dianggap biasa.

时间轴

  • 00:00:00 - 00:05:00

    Dalam pernyataan ini, pembicara menyoroti pentingnya berpikir kritis dalam pemerintahan dan masyarakat. Ia mencatat bahwa sering kali permasalahan dalam pemerintahan sulit dipahami atau dijelaskan, bahkan oleh mereka yang terlibat. Pembicara berpendapat bahwa dengan mengembangkan kemampuan berpikir kritis, demokrasi akan meningkat dan masyarakat akan lebih mampu bertanya dan mendiskusikan isu-isu penting.

  • 00:05:00 - 00:10:00

    Pembicara mengingat kembali pengalaman pertemuannya dengan calon presiden Anis Baswedan. Ia menjelaskan bagaimana pertanyaan mendasar mengenai 'kesalahan' dalam mencapai tujuan menghasilkan dialog yang berharga, di mana Anis memberikan jawaban dengan model mental. Ini mengilustrasikan bahwa pemimpin yang mampu berpikir kritis adalah aset bagi masyarakat.

  • 00:10:00 - 00:15:00

    Anis Baswedan memberikan apresiasi kepada penulis buku, Abigel dan Kania, yang telah berhasil menyajikan isu-isu kompleks dengan cara yang mudah dipahami. Ia menyoroti pentingnya pertanyaan kritis dalam proses demokrasi dan keterlibatan publik, mengajak audiens untuk bersikap inkuisitif dan aktif dalam bertanya.

  • 00:15:00 - 00:20:00

    Anis melanjutkan dengan menjelaskan bahwa dalam demokrasi, proses pertukaran gagasan dengan cara yang bebas dan terbuka sangat krusial. Ia menekankan pentingnya memiliki kemampuan untuk mempertanyakan berbagai kebijakan dan ide, sehingga menciptakan ruang untuk diskusi dan debat produktif.

  • 00:20:00 - 00:28:55

    Pembicara mengakhiri dengan mendorong audiens untuk terus mempertanyakan dan mendiskusikan isu-isu yang ada, serta menekankan bahwa refleksi dari pengalaman dan diskusi yang sehat akan memperkuat demokrasi. Ia berharap akan lebih banyak penulis yang membawa inspirasi melalui karya-karya mereka, dan menekankan bahwa perubahan dan kemajuan tidak akan terjadi tanpa adanya pertanyaan yang kritis.

显示更多

思维导图

视频问答

  • Apa yang dimaksud dengan berpikir kritis?

    Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi argumen dan informasi dengan cara yang sistematis dan logis.

  • Mengapa berpikir kritis penting dalam demokrasi?

    Ini penting karena berpikir kritis memungkinkan adanya dialog dan pertukaran ide yang sehat yang mendorong kemajuan suatu masyarakat.

  • Apa manfaat dari pertanyaan kritis dalam pemerintahan?

    Pertanyaan kritis memunculkan refleksi dan discusi yang bisa memperbaiki kebijakan dan menjaga akuntabilitas.

  • Bagaimana cara menumbuhkan sikap inkuisitif dalam masyarakat?

    Dengan mendorong individu untuk selalu bertanya dan mencari tahu lebih jauh tentang berbagai isu dan fenomena di sekitar mereka.

  • Apa beberapa ciri-ciri masyarakat yang berpikir kritis?

    Masyarakat yang berpikir kritis memiliki keterbukaan terhadap ide baru, kemampuan untuk mempertanyakan norma, serta kebiasaan berdiskusi.

  • Apa contoh dari leadership melalui pertanyaan?

    Pemimpin yang mengajukan pertanyaan strategis untuk memicu pemikiran dan perencanaan timnya.

  • Mengapa penting untuk menghindari fanatisme buta?

    Fanatisme buta bisa menghambat kemampuan berpikir kritis dan mengganggu dialog sehat dalam demokrasi.

  • Apa peranan ekonomi dalam penguatan berpikir kritis?

    Kegiatan ekonomi mendorong pengalaman profit dan loss yang dapat membuat individu lebih terbuka dan rasional dalam berargumentasi.

  • Bagaimana kebiasaan dapat membunuh bertanya?

    Ketika seseorang terbiasa dengan kondisi tertentu, mereka cenderung tidak lagi mempertanyakan atau mencari penjelasan mengenai kebiasaan tersebut.

  • Apa dampak dari buku 'Of course I Will Come' yang dibahas?

    Buku ini memberikan wawasan dan pendekatan yang memudahkan orang untuk memahami konsepsi berpikir kritis.

查看更多视频摘要

即时访问由人工智能支持的免费 YouTube 视频摘要!
字幕
id
自动滚动:
  • 00:00:00
    Banyak sekali urusan di pemerintahan ini
  • 00:00:02
    ketika ditempelkan dengan critical
  • 00:00:05
    thinking, jawabannya sulit dimasukkan
  • 00:00:08
    akal. Sulit dimasukkan akal. Bahkan yang
  • 00:00:10
    menjalani sendiri kadang-kadang tidak
  • 00:00:12
    bisa
  • 00:00:13
    menjelaskan. Kita paling gemes kalau ada
  • 00:00:16
    penyelenggara negara tidak bisa
  • 00:00:17
    menjelaskan yang dia kerjakan. Nah, ini
  • 00:00:20
    sering dialami bukan? Karena itu,
  • 00:00:22
    Teman-teman sekalian saya melihat
  • 00:00:25
    critical thinking ini perlu dimunculkan
  • 00:00:27
    di masyarakat. Kritikal ting ini perlu
  • 00:00:29
    dimunculkan di pemerintahan dan bila itu
  • 00:00:32
    ada maka rasanya demokrasi kita akan
  • 00:00:36
    menjadi lebih baik.
  • 00:00:50
    Nah, ini em speaker yang
  • 00:00:52
    selanjutnya ini adalah untuk aku salah
  • 00:00:55
    satu embodimen dari orang yang
  • 00:00:57
    sangat-sangat sudah memaster teknik ini,
  • 00:01:00
    kecerdasan sosial ini. Iya. Ya. Jadi
  • 00:01:03
    sedikit eh personally dari aku. Beliau
  • 00:01:07
    waktu 2024 sempat running kan sebagai
  • 00:01:12
    calon presiden. Calon presiden. Calon
  • 00:01:14
    presiden. Calon presiden. Calon
  • 00:01:16
    presiden, Teman-teman. Dan waktu itu ini
  • 00:01:18
    cerita singkat soal first encounter-nya
  • 00:01:21
    aku sama
  • 00:01:23
    beliau itu waktu aku ada di acara Idea
  • 00:01:27
    Fest. Eh, ini kalau enggak David ada di
  • 00:01:29
    sini yang punya yang bantu arrange waktu
  • 00:01:33
    itu. Itu jadi aku eh jadi penanya ke
  • 00:01:38
    calon baca waktu itu masih baca pres
  • 00:01:41
    gitu ya dan salah satunya Pak Anis yang
  • 00:01:43
    hadir. Aku mikir nih, aduh nanya apa ya?
  • 00:01:46
    Cuman bisa nanya satu pertanyaan. Kalian
  • 00:01:48
    kalau bisa nanya calon presiden satu
  • 00:01:50
    pertanyaan nanya apa? Bingung kan? Kalau
  • 00:01:53
    bisa nanya lima pertanyaan mungkin lebih
  • 00:01:54
    mudah. Jadi, akhirnya aku mikir harus
  • 00:01:57
    either super spesifik atau super general
  • 00:02:00
    dan fundamental. Akhirnya aku pilih yang
  • 00:02:03
    fundamental. Aku tanya, "Pak Anis, eh
  • 00:02:07
    seringkiali kan di hidup itu tuh kita
  • 00:02:10
    punya tujuan baik, tapi untuk mencapai
  • 00:02:12
    ke sananya itu tuh harus ada
  • 00:02:14
    kompromi-kompromi. Jadi, to what extent
  • 00:02:17
    does the end justify the means?" Oh, itu
  • 00:02:19
    pertanyaan yang sangat filosofis, yang
  • 00:02:21
    sangat fundamental, bisa dibawa ke
  • 00:02:23
    manaun. Aku jujur enggak tahu to expect,
  • 00:02:26
    tapi aku sekarang e aku buka-bukaan aja
  • 00:02:29
    ya pendapat aku soal jawabannya Pak
  • 00:02:31
    Anis. Enggak apaapa ya, Pak. Eh, waktu
  • 00:02:34
    itu aku jujur eh pleasantly
  • 00:02:38
    surprise karena Pak Anis jawab aku
  • 00:02:40
    dengan mental
  • 00:02:41
    model. Dia bikin diagram empat gitu ya.
  • 00:02:45
    Yang di mana ada ee konsekuensi, ada
  • 00:02:48
    yang baik. Nah, itu yang di mana ada hal
  • 00:02:51
    yang ee morally good tapi konsekuensinya
  • 00:02:54
    mungkin kurang baik, ada yang
  • 00:02:55
    kebalikannya. Dan ini gimana kita
  • 00:02:57
    navigasi antara hal-hal itu itu tuh di
  • 00:03:00
    mana leadership comes into place dan
  • 00:03:02
    leadership itu ada eh guideline-nya A B
  • 00:03:04
    C D dan itu sistematis banget. Itu
  • 00:03:06
    pertama kalinya aku interaksi sama
  • 00:03:09
    seorang politisi yang ketika aku tanya
  • 00:03:11
    dikasih mental
  • 00:03:12
    model pertama kali. Biasanya gimana
  • 00:03:16
    jawabannya? Dan sampai sekarang belum
  • 00:03:17
    pernah dikasih gitu lagi sih aku ya.
  • 00:03:18
    Belum ada. Belum ada. Ee jadi untuk aku
  • 00:03:22
    ya ini very special lagi-lagi ya bahwa
  • 00:03:25
    Pak Anis bisa ada di sini, bisa say or
  • 00:03:29
    two dan udah baca bukunya juga jadi
  • 00:03:32
    deg-degan banget ya. I honor. E gue
  • 00:03:34
    adalah orang yang selalu nontonin
  • 00:03:35
    pidato-pidato beliau karena gua mau
  • 00:03:37
    nyontek gimana nih cara ngomongnya ya
  • 00:03:39
    kayak gini. Ya tanpa berlama-lama lagi
  • 00:03:41
    kami persilakan Pak Anis kita panggil ke
  • 00:03:43
    atas panggung Pak Anis Baswedan. Tepuk
  • 00:03:44
    tangan dulu teman-teman. Tepuk tangan
  • 00:03:46
    dulu
  • 00:03:52
    dong. Thank you.
  • 00:03:55
    Makasih Kia Migel. Thank
  • 00:03:58
    you. Selamat sore semua. Asalamualaikum
  • 00:04:01
    warahmatullahi wabarakatuh.
  • 00:04:02
    Waalaikumsalam.
  • 00:04:04
    Pertama saya ingin ucapin selamat dulu.
  • 00:04:07
    Selamat buat Abigel Kania. Bukunya sudah
  • 00:04:12
    selesai. Bukunya bagus.
  • 00:04:14
    Saya sudah baca tapi belum tuntas. Sudah
  • 00:04:17
    baca di awal-awalnya. Dan sepintas saya
  • 00:04:21
    merasakan bahwa mereka berdua itu masuk
  • 00:04:25
    ke urusan yang sebenarnya
  • 00:04:28
    kompleks, rumit. Ada mental model, ada
  • 00:04:33
    bagaimana berpikir ilmiah, metode
  • 00:04:35
    ilmiah. Tapi mereka mampu menterjemahkan
  • 00:04:40
    itu bukan hanya dalam bahasa yang
  • 00:04:43
    sederhana. Tapi dengan
  • 00:04:45
    ilustrasi-ilustrasi yang sederhana
  • 00:04:47
    seakan ngobrol. Tadi saya bilang sama
  • 00:04:49
    Abi ini seperti obrolan
  • 00:04:53
    chat, seperti obrolan di kafe, seperti
  • 00:04:56
    obrolan di telepon yang diterjemahkan
  • 00:05:00
    jadi buku dan bisa jadi referensi. Jadi
  • 00:05:05
    selamat buat Abigel dan Kenia. Tepuk
  • 00:05:07
    tangan buat mereka
  • 00:05:09
    berdua. Makasih.
  • 00:05:12
    Nah, terus saya diundang peluncuran
  • 00:05:14
    bukunya Of course I Will Come. Karena
  • 00:05:16
    saya hormat, saya respect sekali pada
  • 00:05:18
    mereka berdua dan apa yang mereka
  • 00:05:20
    kerjakan. Terus ee saya mau datang
  • 00:05:23
    ternyata dapat tugas yang lain datang
  • 00:05:26
    ikut mendengarkan. Saya dapat petugas
  • 00:05:27
    untuk cerita monolog dikasih tema alah
  • 00:05:31
    tapi saya menerusin ceritakannya
  • 00:05:34
    tadi. Ee dia cerita tentang perjumpaan
  • 00:05:36
    kita pertama kali. Memang pertama itu
  • 00:05:39
    tak terlupakan.
  • 00:05:41
    kedua dan ketiga itu terusannya gitu.
  • 00:05:45
    Karena pertama itu enggak ada duanya
  • 00:05:46
    gitu. Makanya teman-teman jangan pernah
  • 00:05:49
    missatan pertama. Whatever that is ya.
  • 00:05:52
    Apapun itu karena kesempatan pertama itu
  • 00:05:53
    enggak bisa dua kali.
  • 00:05:55
    Nah, ee tadi Abigael cerita tentang
  • 00:05:58
    pertanyaan itu. Ini ini kaitannya dengan
  • 00:06:03
    tema yang ditugasin ke saya. Saya dapat
  • 00:06:04
    tugas critical thinking dan democrasi.
  • 00:06:09
    critical thinking dan demokrasi.
  • 00:06:12
    Nah,
  • 00:06:14
    salah satu
  • 00:06:15
    ciri dan ini saya alami berkali-kali hal
  • 00:06:19
    yang menarik
  • 00:06:21
    dalam
  • 00:06:23
    perjalanan karir, perjalanan tugas,
  • 00:06:27
    perjalanan apapun adalah kalau ada
  • 00:06:29
    pertanyaan kritis. Selamat datang Pak
  • 00:06:32
    Ahok.
  • 00:06:39
    Ah,
  • 00:06:41
    nanti berurutan ini rupanya
  • 00:06:47
    gitu.
  • 00:06:49
    Jadi, Pakok dengerin baik-baik ya Pak
  • 00:06:52
    Aok
  • 00:06:54
    ya. Ya,
  • 00:06:56
    benar. Supaya supaya enggak supaya
  • 00:06:58
    bahannya beda nanti ya, Pak ya. Kalau
  • 00:07:00
    enggak nanti kan sama kita wong
  • 00:07:03
    kantornya sama gitu.
  • 00:07:05
    Sesudah itu enggak nerusin ke mana-mana
  • 00:07:07
    juga gitu
  • 00:07:08
    loh. Sampai mana
  • 00:07:12
    tadi? Nah, gini pertanyaan. Saya
  • 00:07:15
    menyukai pertanyaan yang rumit dan
  • 00:07:17
    pertanyaan yang sulit. Kenapa? Karena
  • 00:07:19
    itu memaksa kita
  • 00:07:21
    berpikir. Paling enggak enak itu
  • 00:07:23
    pertanyaan gini, "Pak, dari mana?"
  • 00:07:26
    Hm. "Pak, lahirnya tahun
  • 00:07:28
    berapa?" Itu pertanyaan-pertanyaan yang
  • 00:07:31
    udahlah Google ajaalah gitu. Bahkan dulu
  • 00:07:33
    waktu saya memimpin Indonesia mengajar
  • 00:07:35
    kalau lagi presentasi lalu ada yang
  • 00:07:37
    tanya, "Pak, apa syaratnya ikut
  • 00:07:39
    Indonesia mengajar?" Maka saya akan
  • 00:07:40
    jawab, "Anda enggak usah
  • 00:07:42
    daftar." Kenapa? Karena itu pertanyaan
  • 00:07:45
    bisa dijawab
  • 00:07:46
    lewat search bentar, enggak perlu. Tapi
  • 00:07:49
    kalau pertanyaannya
  • 00:07:52
    mengapa usia
  • 00:07:55
    minimalnya usia maksimalnya
  • 00:07:57
    25, mengapa tidak 26? Mengapa tidak 30?
  • 00:08:01
    Nah, itu membutuhkan argumen,
  • 00:08:03
    penjelasan. Jadi, pertanyaan Abigel itu
  • 00:08:06
    adalah salah satu one of the best
  • 00:08:09
    questions yang saya dapatkan dalam
  • 00:08:10
    perjalanan pencalonan kemarin. Karena
  • 00:08:13
    yang lain-lain tanyanya tanya apa visi
  • 00:08:16
    apa misi adalah itu catatannya. Tapi
  • 00:08:18
    kalau ini mengharuskan kita berpikir.
  • 00:08:20
    Nah, teman-teman saya kembali kepada
  • 00:08:22
    tugas saya di
  • 00:08:23
    sini. Mengapa berpikir kritis itu
  • 00:08:27
    penting dalam sebuah demokrasi?
  • 00:08:31
    Kalau kita lihat
  • 00:08:32
    perjalanan masyarakat sedunia 350 tahun
  • 00:08:36
    terakhir ini, negara-negara dan
  • 00:08:38
    bangsa-bangsa yang maju adalah
  • 00:08:40
    bangsa-bangsa yang satu, memiliki
  • 00:08:44
    kebebasan di dalam berkompetisi di
  • 00:08:46
    bidang ekonomi. Kita biasa menyebutnya
  • 00:08:49
    dengan ekonomi pasar, tapi intinya
  • 00:08:51
    kebebasan berkompetisi. Yang kedua,
  • 00:08:54
    kebebasan untuk berkompetisi, gagasan di
  • 00:08:56
    dalam mengelola masyarakat yang kita
  • 00:08:58
    biasa sebut istilahnya
  • 00:09:01
    demokrasi. Tapi intinya adalah ada
  • 00:09:03
    kompetisi, ada kebebasan. Nah, di
  • 00:09:06
    situlah kemudian ide
  • 00:09:08
    bergulir, ide muncul, ide diadu. Nah,
  • 00:09:12
    itu mensyaratkan satu ruang yang bebas
  • 00:09:18
    untuk ada ide, gagasan,
  • 00:09:21
    dipertukarkan,
  • 00:09:23
    diperdebatkan. Tapi ruang itu tidak akan
  • 00:09:27
    berguna bila kita tidak memiliki kemauan
  • 00:09:32
    dan kemampuan berpikir kritis.
  • 00:09:36
    Nah, kemampuan dan kemauan berpikir
  • 00:09:38
    kritis ini harus
  • 00:09:40
    ditumbuhkan. Saya melihat buku ini,
  • 00:09:43
    bukunya Abigal ini judulnya aja jelas
  • 00:09:46
    nih,
  • 00:09:47
    makanya
  • 00:09:49
    mikir. Dari situ apa sih
  • 00:09:52
    sesungguhnya? Dia memberikan sebuah
  • 00:09:55
    pesan, please be inquisitive.
  • 00:09:59
    Inkuisitif itu sifat selalu mau
  • 00:10:02
    bertanya, selalu mau mencari. Itu
  • 00:10:05
    inkuisitif. Ada keinginan untuk tahu
  • 00:10:08
    lebih jauh.
  • 00:10:11
    Bertanya
  • 00:10:13
    adalah awal terjadinya berpikir kritis.
  • 00:10:17
    Dan masyarakat yang memiliki kebebasan
  • 00:10:20
    untuk kompetisi ekonomi, kebebasan untuk
  • 00:10:23
    kompetisi
  • 00:10:25
    gagasan demokrasi.
  • 00:10:30
    kan
  • 00:10:32
    membutuhkan kemampuan
  • 00:10:34
    untuk
  • 00:10:36
    bertanya, bisakah Indonesia lebih baik?
  • 00:10:40
    Bagaimana caranya mengelola ini lebih
  • 00:10:43
    baik? Bagaimana menjalankan sesuatu
  • 00:10:46
    dengan pendekatan yang berbeda? Sifat
  • 00:10:49
    inkuisitif ini yang dibutuhkan.
  • 00:10:52
    Sehingga ketika muncul di dalam
  • 00:10:57
    masyarakat keinginan A, keinginan B itu
  • 00:11:01
    dijawab dengan
  • 00:11:03
    pertanyaan-pertanyaan yang kritis.
  • 00:11:05
    Termasuk juga kalau negara negara
  • 00:11:08
    memunculkan kebijakan A, maka rakyat
  • 00:11:10
    memiliki kesempatan untuk kritis.
  • 00:11:13
    Nah, sikap sifat inkuisitif yang
  • 00:11:17
    mewujudkan dalam berwujud dalam sikap
  • 00:11:21
    kritis ini dibutuhkan sekali. Dengan
  • 00:11:24
    begitu maka akan
  • 00:11:27
    terjadi
  • 00:11:29
    dialog, akan terjadi
  • 00:11:32
    debat dan di dalam dialog dan debat itu
  • 00:11:36
    terjadi
  • 00:11:38
    kemajuan. Kemajuan didapat dari apa?
  • 00:11:41
    karena perbedaan ide gagasan yang
  • 00:11:45
    terus-menerus terjadi. Jadi,
  • 00:11:48
    Teman-teman, yang disebut sebagai
  • 00:11:51
    kemajuan di dalam kita berdemokrasi itu
  • 00:11:54
    tidak muncul bila
  • 00:11:57
    monolog. Hari ini kita monolog nih,
  • 00:12:00
    Anis. Waktu Anda 20 menit. Silakan
  • 00:12:03
    monolog. Ini yang berada di sini
  • 00:12:06
    mendengarkan saja.
  • 00:12:08
    Tapi kalau dari dua ini diberikan
  • 00:12:11
    kesempatan untuk bertanya, untuk
  • 00:12:14
    menyanggah, apa yang terjadi? Saya harus
  • 00:12:18
    menjawab, saya harus menjelaskan, dan
  • 00:12:20
    saya harus mengkoreksi bila saya ada
  • 00:12:23
    pandangan yang tidak tepat. Betul tidak,
  • 00:12:24
    Teman-teman? Dan keluar di ruangan ini,
  • 00:12:27
    maka kita semua akan mendapatkan
  • 00:12:30
    pencerahan. Kenapa? Karena terjadi
  • 00:12:33
    dialog. Dialog itu muncul jika ada
  • 00:12:36
    berpikir kritis. Berpikir kritis muncul
  • 00:12:38
    jika ada
  • 00:12:40
    inkuisitif. Pertanyaan-pertanyaan yang
  • 00:12:42
    selalu muncul. Nah, menat saya hari ini
  • 00:12:45
    yang kita butuhkan di Indonesia adalah
  • 00:12:47
    satu
  • 00:12:48
    kebebasannya. Harus dijaga. Jangan
  • 00:12:50
    sampai kebebasan ini berkurang. Jangan
  • 00:12:53
    sampai kebebasan ini
  • 00:12:54
    surut. Tanda-tanda kemarin pernah ada,
  • 00:12:57
    mudah-mudahan tidak terjadi ke depan.
  • 00:12:59
    Yang kedua adalah kita sendiri harus
  • 00:13:03
    menumbuhkan kemampuan dan kemauan
  • 00:13:05
    berpikir ee kritis. Nah, ini teman-teman
  • 00:13:08
    sekalian tidak selalu mudah. Kenapa
  • 00:13:11
    tidak selalu mudah? Karena lingkungan
  • 00:13:13
    kita belum tentu lingkungan yang
  • 00:13:14
    memberikan kepada kita
  • 00:13:17
    semua apresiasi atas orang-orang yang
  • 00:13:20
    atau sikap-sikap berpikir ee kritis.
  • 00:13:23
    Nah, kalau kita lihat teman-teman
  • 00:13:24
    sekalian dalam perjalanan sejarah
  • 00:13:28
    kita, para pendiri republik ini mereka
  • 00:13:32
    bukan hanya punya semangat, tapi mereka
  • 00:13:36
    memiliki kemampuan berpikir
  • 00:13:39
    kritis dan
  • 00:13:41
    mereka memiliki kemampuan untuk
  • 00:13:44
    reflektif atas apa yang dijalani. Jadi,
  • 00:13:47
    kalau teman-teman lihat produk yang
  • 00:13:49
    dihasilkan semuanya bentuknya tulisan.
  • 00:13:52
    Tapi tulisan itu adalah cermin dari
  • 00:13:54
    pikiran. Semuanya
  • 00:13:57
    mencerminkan refleksi perjalanan mereka
  • 00:14:00
    dan kemampuan mereka untuk berpikir
  • 00:14:02
    berpikir kritis. Lalu ada pasangannya,
  • 00:14:05
    Teman-teman. Berpikir kritis ini ada
  • 00:14:09
    pasangannya apa? Objektif
  • 00:14:14
    rasional. Objektif. Objektif itu artinya
  • 00:14:16
    kita
  • 00:14:18
    terbuka, kita menerima.
  • 00:14:22
    Fakta menerima
  • 00:14:24
    kenyataan, bahkan catatan kaki aja kita
  • 00:14:27
    bisa membedakan antara kabar dan
  • 00:14:32
    informasi. Kabar dan informasi.
  • 00:14:35
    Informasi itu kabar yang
  • 00:14:38
    faktual. Tapi kalau kabar saja belum
  • 00:14:40
    tentu informasi. Nah, ini diiringi
  • 00:14:44
    dengan rasional. Rasional itu apa sih?
  • 00:14:46
    Saya sering dengar istilah pemilih
  • 00:14:50
    rasional.
  • 00:14:52
    Ada pemilih
  • 00:14:53
    irasional. Pemilih rasional itu
  • 00:14:56
    artinya mengambil
  • 00:14:59
    keputusan, menentukan sikap dengan
  • 00:15:03
    membandingkan. Rasional dari kata rasio.
  • 00:15:07
    Rasio
  • 00:15:08
    artinya
  • 00:15:10
    perbandingan. Rasionya 3 banding 4 itu
  • 00:15:13
    perbandingan. Nah, orang yang rasional
  • 00:15:16
    adalah orang yang bersikap berpikir
  • 00:15:19
    dengan membandingkan.
  • 00:15:21
    kemampuan berpikir
  • 00:15:23
    kritis, objektif, lalu
  • 00:15:27
    rasional, maka ini cikal bakal demokrasi
  • 00:15:30
    kita maju, demokrasi kita
  • 00:15:33
    berkembang.
  • 00:15:36
    Seringki kita tumbuhkan kritisnya, tapi
  • 00:15:39
    tidak tumbuh kemampuan berpikir ra
  • 00:15:42
    rasional. Efeknya apa?
  • 00:15:44
    Ya, kalau tidak kalau kalau irasional
  • 00:15:47
    itu artinya saya ambil keputusan, saya
  • 00:15:49
    ambil sikap, tidak
  • 00:15:51
    membandingkan, tidak menyandingkan
  • 00:15:54
    antara pilihan A, pilihan B, pilihan C.
  • 00:15:57
    Padahal kita hidup di dunia yang penuh
  • 00:15:59
    dengan pilihan. Nah, itu sebabnya
  • 00:16:01
    mengapa rasional itu menjadi penting
  • 00:16:04
    sekali. Dan jangan kita anggap rasional
  • 00:16:10
    itu membandingkannya aspek non
  • 00:16:14
    emosional. Non emosional itu
  • 00:16:16
    gini.
  • 00:16:18
    Saya
  • 00:16:20
    memilih kebijakan atau milih orang.
  • 00:16:24
    Kenapa? Karena saya suka
  • 00:16:27
    kacamatanya. Saya suka karena
  • 00:16:30
    pakaiannya.
  • 00:16:31
    Itu rasional apa tidak?
  • 00:16:34
    kita akan cenderung mengatakan
  • 00:16:36
    irasional. Loh, boleh aja rasional. Saya
  • 00:16:38
    suka orang ini menyanyi lebih bagus
  • 00:16:40
    daripada yang satunya.
  • 00:16:42
    Itu jelas saya enggak bisa nyanyi dengan
  • 00:16:44
    baik gitu. Barangkali dia menyanyi lebih
  • 00:16:47
    baik daripada aspeknya bisa emosional,
  • 00:16:50
    aspeknya bisa apapun juga tapi yang
  • 00:16:53
    jelas dia
  • 00:16:55
    membandingkan. Yang bermasalah itu kalau
  • 00:16:58
    tidak membandingkan. Kalau dia
  • 00:17:00
    membandingkan di situlah kemudian kita
  • 00:17:03
    akan ketemu dengan situasi fanatisme
  • 00:17:07
    buta. Nah, fanatisme buta ini bisa
  • 00:17:10
    menghambat
  • 00:17:11
    demoasi. Jadi, kembali kepada gagasan
  • 00:17:15
    yang dibuat oleh buku ini. Saya melihat
  • 00:17:18
    buku ini membantu di tingkat
  • 00:17:21
    individu untuk menjadi pribadi yang
  • 00:17:25
    punya kemampuan berpikir kritis.
  • 00:17:29
    bisa
  • 00:17:30
    objektif, ada pendekatan metode ilmiah
  • 00:17:34
    dan ada di situ ada cost benefit
  • 00:17:38
    analysis, ada purpose oriented eh
  • 00:17:41
    decision ya dan lain-lain. Itu semua
  • 00:17:44
    mengajak kita untuk bisa berpikir dengan
  • 00:17:47
    rasional. Nah, ada yang membuktikan
  • 00:17:50
    teman-teman
  • 00:17:51
    sekalian
  • 00:17:53
    studinya bahwa mereka
  • 00:17:58
    yang
  • 00:18:00
    terbiasa melakukan keputusan-keputusan
  • 00:18:04
    rasional di tingkat pribadi, maka dia
  • 00:18:08
    akan melakukan keputusan-keputusan
  • 00:18:10
    rasional di tingkat publik.
  • 00:18:15
    Tapi mereka yang tidak terbiasa
  • 00:18:17
    mengambil keputusan rasional di tingkat
  • 00:18:19
    pribadi, maka dia pun akan mengalami
  • 00:18:22
    kesulitan untuk mengambil keputusan
  • 00:18:24
    rasional di tingkat publik. Bahkan ada
  • 00:18:27
    studinya, Teman-teman, yang menunjukkan
  • 00:18:30
    bahwa semakin banyak transaksi
  • 00:18:34
    ekonomi dan itu artinya warga di daerah
  • 00:18:37
    itu semakin sering bertransaksi secara
  • 00:18:40
    ekonomi. Transaksi secara ekonomi
  • 00:18:42
    artinya jual
  • 00:18:43
    beli, berdagang, trading, kegiatan
  • 00:18:47
    ekonomi. Semakin sering maka mereka
  • 00:18:50
    sering mengalami untung dan rugi.
  • 00:18:54
    semakin sering mengalami untung dan
  • 00:18:56
    rugi. Maka ketika terlibat di dalam
  • 00:18:59
    persoalan politik, dia lebih rileks
  • 00:19:01
    menerima kemenangan dan
  • 00:19:04
    kekalahan. Ya, dia lebih rileks. Tapi
  • 00:19:09
    kalau tidak terbiasa dengan kegiatan
  • 00:19:12
    perekonomian itu, maka ini
  • 00:19:15
    kecenderungannya muncul fanatisme buta.
  • 00:19:18
    Oh, kalau kalah luar biasa marahnya,
  • 00:19:20
    kalau menang luar biasa bahagianya.
  • 00:19:23
    Kenapa? Karena di tingkat individu dia
  • 00:19:26
    tidak mengalami pembelajaran itu. Karena
  • 00:19:28
    itulah kenapa kita mendorong kemajuan
  • 00:19:31
    ekonomi, kegiatan perekonomian itu salah
  • 00:19:35
    satu cara untuk membantu kita semua
  • 00:19:38
    terbiasa dengan profit and
  • 00:19:41
    loss sehingga lebih rileks di dalam
  • 00:19:44
    menerima kemenangan ataupun kekalahan
  • 00:19:48
    atau dalam perdebatan, oh ya, Anda
  • 00:19:51
    benar, saya setuju. Oh ya, saya benar,
  • 00:19:55
    Anda harus setuju. Teman-teman, semakin
  • 00:19:58
    minim pengalaman itu semakin sulit. Kita
  • 00:20:00
    ini paling sulit kalau
  • 00:20:02
    berdiskusi,
  • 00:20:04
    diskusi ketemu dengan kenyataan bahwa
  • 00:20:06
    sebenarnya Anda harusnya setuju, tapi
  • 00:20:09
    karena enggak setuju istilahnya
  • 00:20:11
    gawangnya dipindah gitu supaya
  • 00:20:14
    argumennya tetap masuk akal. Itu
  • 00:20:16
    melelahkan sekali. Dan biasanya kalau
  • 00:20:18
    gitu ucapkan asalamualaikum sampai jumpa
  • 00:20:20
    lagi gitu kira-kira karena enggak bisa
  • 00:20:21
    ketemu terus tuh. Nah, Teman-teman saya
  • 00:20:25
    ingin dorong kepada soal ini. Kenapa?
  • 00:20:28
    Karena kita mengharapkan kemampuan
  • 00:20:31
    berpikir kritis ini makin luas.
  • 00:20:33
    Kemampuan berpikir rasional ini makin
  • 00:20:36
    luas. Dengan begitu kualitas demokrasi
  • 00:20:39
    kita makin baik. Begitu juga di
  • 00:20:41
    pemerintahan.
  • 00:20:42
    di pemerintahan itu saking
  • 00:20:45
    seringnya hal dilakukan secara
  • 00:20:48
    repetitif, maka makin jarang kita muncul
  • 00:20:52
    dengan pertanyaan.
  • 00:20:54
    Nah, saya pengalaman saya ketika
  • 00:20:56
    memimpin, saya akan memimpin itu ada
  • 00:20:59
    situasi di mana kita ambil keputusan
  • 00:21:02
    lalu
  • 00:21:03
    eksekusi, tapi lebih sering kita
  • 00:21:05
    memunculkan pertanyaan agar membuat tim
  • 00:21:09
    kita
  • 00:21:11
    berpikir. Pertanyaan untuk berpikir dan
  • 00:21:14
    pertanyaan untuk menyusun
  • 00:21:17
    langkah. Kalau kita memberikan instruksi
  • 00:21:21
    pasti diikuti. Kenapa? Wong
  • 00:21:23
    atasan. Kalau atasan ngasih instruksi,
  • 00:21:25
    bawahannya pasti pasti ikut. Tapi saya
  • 00:21:28
    sering mengatakan, "I don't do micro
  • 00:21:30
    management. I do micro questions." Yang
  • 00:21:34
    saya kerjakan bukan memberikan perintah
  • 00:21:37
    mikro, tapi memberikan
  • 00:21:39
    pertanyaan mikro. Beri contoh. Suatu
  • 00:21:43
    ketika ada presentasi, "Pak, kita harus
  • 00:21:45
    melakukan pengerukan waduk." 1 2 3 4 5.
  • 00:21:48
    Oke, good. Good.
  • 00:21:49
    Pertanyaan saya, berapa volume air yang
  • 00:21:52
    harusnya ada di waduk
  • 00:21:54
    itu? Berapa
  • 00:21:56
    ya? I pertanyaan itu setiap waduk itu
  • 00:21:59
    harusnya berapa volume airnya? Wah,
  • 00:22:01
    berapa ya? Saya enggak tahu. Biasanya
  • 00:22:02
    kita ngeruk 2 bulan, Pak. Iya.
  • 00:22:03
    Pertanyaan apa berapa banyak air dikeruk
  • 00:22:06
    dari apa tanah dikeruk dari situ? Kita
  • 00:22:08
    mau menciptakan volume berapa? Apa yang
  • 00:22:10
    terjadi? Pertanyaan itu yang kemudian
  • 00:22:13
    leading to action. Tapi kalau saya
  • 00:22:16
    berikan perintah keruk sampai kedalaman
  • 00:22:19
    sekian, saya belum tentu
  • 00:22:22
    benar. Saya gak dan mereka pasti
  • 00:22:25
    laksanakan tapi belum tentu benar. Tapi
  • 00:22:28
    ketika diberikan pertanyaan berapa
  • 00:22:31
    seharusnya volume air di waduk itu, maka
  • 00:22:34
    mereka akan mengukur, membandingkan,
  • 00:22:37
    lalu baru mulai
  • 00:22:39
    eksekusi. Dan ini teman-teman sekalian
  • 00:22:43
    memindahkan beban ownership dari
  • 00:22:47
    kepemimpinan atau benar ownership atas
  • 00:22:50
    masalah dari kepemimpinan menjadi milik
  • 00:22:52
    semua.
  • 00:22:54
    Karena
  • 00:22:55
    pertanyaan datang ke rumah sakit,
  • 00:22:58
    pertanyaan
  • 00:23:00
    kenapa bila ada warga datang harus
  • 00:23:03
    menunggu sampai 3
  • 00:23:06
    jam? Bisa enggak jadi setengah jam? Oh,
  • 00:23:09
    ya. Coba cari cara. Jadi, pertanyaan itu
  • 00:23:14
    memancing semua untuk berpikir kritis.
  • 00:23:17
    Karena saya mempercayai apa yang disebut
  • 00:23:20
    sebagai kepemimpinan itu adalah juga
  • 00:23:22
    proses pembelajaran.
  • 00:23:25
    belajar. Pembelajar harus menjadi
  • 00:23:28
    karakter dari siapapun. Dan pemimpin
  • 00:23:31
    adalah pendidik, pendidik adalah
  • 00:23:34
    pemimpin. Dua itu tidak bisa
  • 00:23:36
    dipisahkan. Karena begitu kita melakukan
  • 00:23:39
    exercise sebagai pemimpin pada yang sama
  • 00:23:42
    kita melakukan yang disebut public
  • 00:23:44
    education baik dalam organisasi ataupun
  • 00:23:47
    keluar. Nah, di situlah kenapa karakter
  • 00:23:50
    critical thinking itu juga harus muncul.
  • 00:23:53
    di
  • 00:23:56
    pemerintahan. Banyak sekali urusan di
  • 00:23:59
    pemerintahan ini ketika ditempelkan
  • 00:24:01
    dengan critical thinking, jawabannya
  • 00:24:03
    sulit dimasukkan
  • 00:24:05
    akal. Sulit dimasukkan akal. Bahkan yang
  • 00:24:07
    menjalani sendiri kadang-kadang tidak
  • 00:24:09
    bisa
  • 00:24:10
    menjelaskan. Kita paling gemes kalau ada
  • 00:24:13
    penyelenggara negara tidak bisa
  • 00:24:15
    menjelaskan yang dia kerjakan. Nah, ini
  • 00:24:17
    sering dialami bukan? Karena itu,
  • 00:24:19
    Teman-teman sekalian, saya melihat
  • 00:24:22
    critical thinking ini perlu dimunculkan
  • 00:24:24
    di masyarakat. Critical thinking ini
  • 00:24:26
    perlu dimunculkan di pemerintahan dan
  • 00:24:28
    bila itu ada maka rasanya demokrasi kita
  • 00:24:32
    akan menjadi lebih baik. Jadi saya
  • 00:24:35
    menganjurkan kalau boleh saya usul
  • 00:24:38
    bukunya Abigel dan Kania. Ini perlu jadi
  • 00:24:41
    bacaan bukan cuman buat anak-anak muda,
  • 00:24:44
    bukan cuman buat warga, tapi mereka yang
  • 00:24:47
    di pemerintahan baca juga buku ini
  • 00:24:49
    karena mereka perlu juga pencerahan
  • 00:24:52
    seperti yang tertulis di buku ini
  • 00:24:55
    sehingga mereka bisa berpikir yang
  • 00:24:58
    berbeda. Saya sering memesankan kepada
  • 00:25:01
    teman-teman yang bertugas jauh, saya
  • 00:25:04
    sering berpikir eh menitipkan
  • 00:25:08
    pesan begini
  • 00:25:12
    pesannya. Think like a
  • 00:25:14
    stranger, act like a
  • 00:25:18
    native, think like a stranger, act like
  • 00:25:21
    a native.
  • 00:25:24
    Berpikirlah seperti orang asing, tapi
  • 00:25:28
    bertindaklah seperti orang lokal.
  • 00:25:32
    Kenapa teman-teman sekalian kita-kita
  • 00:25:35
    ini saling saking sudah berada di
  • 00:25:38
    Indonesia lama sekali, di Jakarta lama
  • 00:25:41
    sekali sehingga begitu banyak hal yang
  • 00:25:44
    kita jalani itu tidak kita tanyakan
  • 00:25:46
    lagi.
  • 00:25:48
    Dan ketika kita tidak tanyakan lagi,
  • 00:25:50
    kita larut dalam kebiasaan.
  • 00:25:53
    Nah, menurut saya salah satu hal yang
  • 00:25:56
    krusial untuk menumbuhkan ini adalah
  • 00:25:59
    berpikir
  • 00:26:01
    seperti orang asing.
  • 00:26:04
    Bahkan saya pernah berikan ilustrasi
  • 00:26:06
    agak lama lagi agak
  • 00:26:08
    ekstremaknya dia ekstrem. Tapi boleh
  • 00:26:11
    dah, Mas. Ee satu tangan jarinya berapa?
  • 00:26:16
    Fisik berapa? Lima. Kenapa jarinya lima,
  • 00:26:20
    Mas?
  • 00:26:22
    Kursi itu buat siapa aja?
  • 00:26:25
    Why? Kenapa jarinya lima? Cia ada yang
  • 00:26:28
    bisa jawab
  • 00:26:31
    gini kira-kira siapa ya yang bakal tanya
  • 00:26:33
    sama dia kalau jarinya lima?
  • 00:26:36
    Yang mungkin tanya kalau ada IT itu.
  • 00:26:40
    Oke. Ada ada makhluk dari luar angkasa
  • 00:26:43
    datang ke bumi. Kira-kira tanya kenapa
  • 00:26:44
    jarinya sesama manusia enggak bertanya
  • 00:26:46
    jari. Betul tidak teman-teman? Kita ini
  • 00:26:49
    sesama manusia. Masa tanya coba Anda
  • 00:26:51
    naik bas sebelah anda orang lain terus
  • 00:26:53
    apa kabar Pak? Baik. En tu duanya dua
  • 00:26:55
    kok jarinya lima pak gitu. Kira-kira apa
  • 00:26:58
    reaksi dia ini berubah jalan ini belum
  • 00:27:01
    sembuh nih
  • 00:27:02
    gitu. Kenapa? Karena kita bertanya hal
  • 00:27:05
    yang ya yang ya kita sesama manusia
  • 00:27:07
    enggak tanyalah jari lima. Nah kita
  • 00:27:09
    seringki sesama orang Jakarta enggak
  • 00:27:11
    tanyalah kebiasaan ini. Sesama orang
  • 00:27:13
    Indonesia enggak tanyalah kebiasaan ini.
  • 00:27:16
    Begitu banyak hal mendasar republik ini.
  • 00:27:19
    Kita sudah enggak tanyakan.
  • 00:27:20
    Jadi saya mau ngajak kepada teman-teman
  • 00:27:22
    semua ingin Indonesia lebih baik,
  • 00:27:24
    bertanyalah hal-hal yang tidak
  • 00:27:25
    dipertanyakan. Munculkanlah
  • 00:27:27
    pertanyaan-pertanyaan yang tidak lagi
  • 00:27:31
    dibahas dan sebagai pertanyaan sah-sah
  • 00:27:35
    saja. Dan itu memantik diskusi, bisa
  • 00:27:39
    memantik perdebatan, bisa memantik
  • 00:27:41
    perokon tapi itu sehat dan bila itu kita
  • 00:27:44
    lakukan maka insyaallah Indonesia akan
  • 00:27:47
    lebih baik. Saya sudah dapat catatan di
  • 00:27:49
    sini bilang 2 menit di situ waktunya
  • 00:27:50
    habis. Saya enggak tahu kenapa beda.
  • 00:27:52
    Mungkin timernya beda, tapi intinya
  • 00:27:54
    waktunya sudah habis. Teman-teman
  • 00:27:55
    sekalian sekali lagi kita beri tepuk
  • 00:27:58
    tangan untuk Kania dan
  • 00:28:00
    Abigel.
  • 00:28:02
    Congratulations for the hard work. Eh,
  • 00:28:04
    mudah-mudahan mudah-mudahan akan lebih
  • 00:28:06
    banyak lagi Abigelkan Kania yang
  • 00:28:08
    bermunculan yang kemudian buku-bukunya,
  • 00:28:12
    karya-karyanya itu bisa jadi istilah
  • 00:28:14
    tadi
  • 00:28:16
    referensi. Dari pengalaman diwujudkan
  • 00:28:19
    menjadi bacaan dan dari bacaan muncul
  • 00:28:22
    sebagai inspirasi. Catatan terakhir buat
  • 00:28:24
    Abigas Makia, itu semua tidak muncul
  • 00:28:27
    jika mereka tidak reflektif.
  • 00:28:30
    itu semua tidak muncul jika mereka hanya
  • 00:28:32
    menjalani tapi tidak mengalami, mereka
  • 00:28:35
    merefleksikan yang diajalani sehingga
  • 00:28:37
    itu menjadi pengalaman dan karena
  • 00:28:39
    pengalaman dia bisa dituliskan. Terima
  • 00:28:41
    kasih. Asalamualaikum warahmatullahi
  • 00:28:43
    wabarakatuh.
标签
  • Berpikir Kritis
  • Demokrasi
  • Pertanyaan Kritis
  • Inkuisitif
  • Akuntabilitas
  • Dialog
  • Fanatisme Buta
  • Kepemimpinan
  • Pendidikan Publik
  • Kebebasan Berkompetisi