00:00:44
Saudara-saudara, kali ini kita kan mencoba memahami apa itu Difusi Inovasi.
00:00:51
Setelah sebelumnya kita mencoba mengerti, memahami, apa itu inovasi,
00:00:59
sekarang kita ingin mendalami mengapa inovasi digunakan?
00:01:06
Mengapa inovasi diadopsi?
00:01:12
Bagaimana kita mengidentifikasi: apa yang harus diinovasi, apa yang tidak?
00:01:20
Bagaimana kita membuat prioritas? Ini adalah pertanyaan penting pertama dalam memahami difusi inovasi.
00:01:29
Pertama, melakukan inovasi tidaklah selalu sama dengan mengadopsi atau menggunakan sebuah inovasi.
00:01:39
Saya ulangi: melakukan inovasi tidak selalu sama dengan mengadopsi atau menggunakan sebuah inovasi.
00:01:49
Mengadopsi atau menggunakan inovasi adalah bagian dari inovasi.
00:01:54
Tetapi berinovasi tidak harus selalu melalui adopsi. Ini penting untuk diingat.
00:02:03
Mengapa? Karena adopsi adalah cara tercepat dan termudah untuk berinovasi.
00:02:12
Tetapi adopsi yang serampangan, punya bahaya ketercerabutan.
00:02:19
Bahasa Inggrisnya, 'disembededness,' yang lebih besar.
00:02:26
Apa maksud ketercerabutan di sini?
00:02:29
Saya beri contoh. Pasti banyak yang diantara kita ini yang sekarang ini menggunakan email. Juga punya 'mobile-phone'.
00:02:36
Pernah nggak, Anda mengirimkan email kepada seorang teman misalnya, atau kolega kerja.
00:02:45
Setelah email itu anda kirim, sepuluh menit kemudian, Anda melihat tidak ada jawaban, lalu Anda telepon orang itu.
00:02:55
“Hai mas/mbak/pak/bu, saya tadi barusan kirim email”.
00:02:59
Lalu dia membalas, “O iya? Email tentang apa?”
00:03:04
Lalu Anda jelaskan isi email itu. Pernah terjadi nggak seperti itu?
00:03:10
Teknologinya email, tetapi seluruh cara pikir kita adalah lisan menggunakan telepon.
00:03:21
Itu ketercerabutan.
00:03:24
Nah, saya ulangi, adopsi (adalah) cara tercepat dan termudah dalam berinovasi.
00:03:31
Bahkan agar kelihatan seperti berinovasi, tetapi yang serampangan punya bahaya ketercerabutan ini.
00:03:40
Jadi, yang pertama, melakukan adopsi adalah bagian dari inovasi.
00:03:49
Tapi ingat, berinovasi, bukanlah hanya soal adopsi.
00:03:56
Kedua, karena berinovasi itu terutama dan pertama-tama adalah soal meningkatkan kemampuan dan kapasitas
00:04:07
untuk memahami perubahan konteks dirinya sendiri.
00:04:12
Dengan kata lain, menjawab pertanyaan: apa masalah yang terjadi selama ini sehingga dibutuhkan yang baru itu?
00:04:24
Ketiga, karena itu imperatif inovasi bagi institusi dan organisasi adalah kemampuan untuk mengenali tiga perkara pokok:
00:04:42
Satu. Munculnya fenomena kegagapan. Bahasa Jawanya, 'megap-megap.'
00:04:52
Kegagapan atas apa?
00:04:54
Kegagapan untuk memberi makna atas peristiwa atau kejadian atau gagasan atau situasi yang dihadapi institusi.
00:05:07
Misalnya, karena perubahan jaman, orang sekarang lebih senang untuk mengerjakan apapun secara 'online.'
00:05:18
Mungkin karena kita sekarang menghadapi virus COVID-19.
00:05:22
Tetapi juga di banyak konteks sebelum pandemi ini terjadi, orang sudah mulai bekerja menggunakan Internet.
00:05:30
Organisasi mungkin mulai gagap memahami: kenapa ya seperti ini.
00:05:35
Bahkan ada guyon khan, ada 'joke,'
00:05:40
dihentikan polisi karena melanggar lampu merah, ditanya polisi,
00:05:44
“Bapak, ibu mana surat-surat?”
00:05:47
Anda jawab, ”Maaf Pak Polisi, sekarang saya nggak lagi pakai surat, saya pakai email”.
00:05:52
Tentu ini sebuah 'joke.'
00:05:53
Tetapi ini menunjukkan bagaimana situasinya sudah berubah.
00:05:57
Kegagapan ini biasanya terjadi karena kacamata, cara pandang yang dipakai untuk melakukan atau memahami sesuatu dulu,
00:06:06
kini tidak mampu lagi untuk menjelaskan gejala atau peristiwa atau kejadian.
00:06:15
Di tingkat keluarga misalnya, kalau dulu setengah mati meminta anak-anak itu harus kembali masuk rumah
00:06:25
ketika jam sudah sore hari atau saat Maghrib karena bermain seharian di jalan bersama dengan teman-temannya di halaman.
00:06:34
Sekarang situasinya berubah. Setengah mati kita menyuruh anak-anak kita sekarang untuk bermain di luar
00:06:39
karena mereka begitu terikat dengan 'gadget.'
00:06:42
Mereka begitu terikat dengan 'game.'
00:06:45
Ini banyak keluarga yang kemudian gagap memaknai itu.
00:06:50
Bagaimana orang menghabiskan waktu di depan komputer dan berinternet.
00:06:56
Ini fenomena-fenomena, kejadian-kejadian yang menimbulkan kegagapan.
00:07:01
Kedua, kegagapan ini muncul secara terulang dan relatif meluas secara sistematis
00:07:09
baik di dalam institusi, kelompok, organisasi, dan di antara institusi itu
00:07:19
dengan institusi lain yang serupa.
00:07:21
Tidak hanya terjadi di keluarga saya, tetapi juga di keluarga Anda, di keluarga mereka.
00:07:27
Tidak hanya mempengaruhi kantor Pemerintah A tetapi juga Kementerian B dan C.
00:07:33
Tidak hanya organisasi atau perusahaan 1 tetapi juga perusahaan 2, 3 dan seterusnya.
00:07:39
Jadi, ada situasi dimana kegagapan cara memahami tadi, muncul secara terulang dan meluas.
00:07:50
Tiga, nah prioritas tertinggi untuk melakukan inovasi adalah
00:07:58
ketika fenomena kegagapan ini berdampak langsung pada hakikat akan adanya, dan kinerja, dari institusi tersebut.
00:08:11
Saya ambil contoh, ketika sekarang banyak keterampilan bisa dipelajari dari Internet.
00:08:21
Ketika orang bisa belajar bahkan sampai mendapatkan diploma dan sertifikat dengan belajar 'online.'
00:08:29
Dan, permintaan pasar, organisasi sekarang, sudah tidak lagi mensyaratkan seseorang harus punya ijasah S1.
00:08:42
Banyak perusahaan besar di dunia sekarang tidak lagi mensyaratkan ijasah untuk bekerja.
00:08:47
Yang dibutuhkan adalah sertifikat keahlian.
00:08:50
Ini membuat kegamangan, membuat kegagapan, institusi pendidikan.
00:08:58
Wah, bagaimana saya menyiapkan mahasiswa saya?
00:09:02
Apa yang dibutuhkan? Kegagapan ini terulang, meluas.
00:09:08
Banyak organisasi pendidikan mulai berpikir, "Harus bagaimana saya?"
00:09:13
Itulah titik di mana mereka mesti melakukan inovasi.
00:09:19
Karena hanya dengan demikian, ia akan tetap relevan.
00:09:26
Keempat. Tapi ada dilema, ada tegangan.
00:09:32
“Highly innovative means high risk, but also high yield.
00:09:41
Moderately innovative means moderate risk, but also moderate yield”.
00:09:50
Jadi, makin tinggi inovasinya, resikonya juga makin tinggi.
00:09:59
Tetapi kalau berhasil, hasilnya juga makin tinggi.
00:10:03
Sementara kalau inovasinya moderat, resikonya juga moderat.
00:10:11
Hasilnya juga segitu-gitu saja.
00:10:15
Jadi, ada empat hal:
00:10:18
Satu, adopsi adalah bagian dari berinovasi.
00:10:24
Tetapi tentu berinovasi lebih dari sekedar mengadopsi.
00:10:29
Yang kedua, berinovasi itu terutama dan pertama-tama terkait dengan
00:10:38
kemampuan dan kapasitas individu untuk memahami konteks dirinya,
00:10:44
masalah apa yang terjadi sehingga butuh kebaruan.
00:10:48
Ketiga, pemahaman kapan inovasi itu mesti dilakukan.
00:10:54
Yaitu, ketika muncul fenomena ketidakmampuan memahami peristiwa,
00:11:01
fenomena ini meluas dan berdampak pada kinerja dan hakikatnya sendiri.
00:11:09
Dan yang keempat, tegangan.
00:11:12
Makin tinggi inovasinya, main tinggi resikonya tetapi juga makin tinggi hasilnya.
00:11:19
Nah, apa kriteria dalam ber-adopsi? Dalam mengadopsi inovasi?
00:11:28
Everett Rogers, seorang cendekiawan dalam bidang inovasi memberi lima kriteria.
00:11:36
Kriteria nomor satu, 'triability,' bahwa sebuah inovasi itu bisa dicoba.
00:11:48
Nomor dua, 'observability,' bahwa hasilnya bisa dilihat, bisa diamati.
00:11:58
Yang ketiga, 'relative advantage,' bahwa inovasi itu punya kelebihan dibandingkan dengan apa yang saat ini sudah ada.
00:12:12
Yang keempat, ada aspek 'complexity,' bahwa inovasi ini tidak berlebihan kerumitannya untuk dipelajari, untuk digunakan.
00:12:29
Dan yang kelima, 'compatibility,' bahwa inovasi ini sesuai, cocok, masuk, 'compatible,' dalam lingkungan di mana dia akan diadopsi.
00:12:46
Ini adalah lima kriteria umum yang diusulkan oleh Rogers,
00:12:53
bagi kita untuk memutuskan, mengadopsi sebuah inovasi atau tidak.
00:13:01
Lima kriteria ini bisa dipakai untuk diri pribadi, maupun institusi.
00:13:11
Bagaimana kita mengadopsi inovasi?
00:13:15
Rogers, mengemukakan dan mengusulkan sebuah model.
00:13:21
Model ini terbagi dalam dua bagian besar.
00:13:28
Bagian pertama adalah inisiasi.
00:13:31
Bagian yang kedua, implementasi.
00:13:34
Keputusan diambil ketika inisiasi ini dilakukan,
00:13:42
sebelum implementasi yang lebih luas dijalankan.
00:13:48
Dalam tahap inisiasi, ada dua bagian.
00:13:53
Bagian pertama, namanya 'agenda setting.'
00:13:57
Bagian yang kedua, namanya 'matching.'
00:14:01
'Agenda setting' ini adalah tahap di mana masalah yang dihadapi --umumnya oleh organisasi, oleh kelompok--
00:14:11
itu menciptakan kebutuhan untuk inovasi.
00:14:18
Contoh, institusi pendidikan menghadapi pasar yang sekarang tidak lagi membutuhkan lulusan S1 untuk bekerja.
00:14:32
Jadi kita bayangkan seorang Rektor atau pimpinan Perguruan Tinggi memimpin rapat
00:14:39
untuk mengambil keputusan mengadopsi sebuah inovasi,
00:14:43
yaitu perubahan kurikulum misalnya.
00:14:45
Bayangkan dia memimpin rapat tersebut dan berkata,
00:14:49
”Bapak, Ibu Dekan Fakultas, Ketua Jurusan, Ketua Departemen.
00:14:54
Pasar tenaga kerja kita sudah berubah.
00:14:58
Mereka meminta, tidak lagi lulusan S1 dengan ijasah tetapi cukup punya keahlian dan sertifikat.
00:15:10
Tetapi kita sebagai Perguruan Tinggi, kita punya misi, dan misi kita lebih dari sekedar memenuhi pasar tenaga kerja.
00:15:18
Karena itu kita akan mengadopsi sejumlah inovasi.
00:15:22
Kita kan membuka jurusan baru yang bersifat praktis.
00:15:26
Kita akan memodifikasi cara kita menyampaikan mata kuliah di jurusan-jurusan yang klasikal dengan cara yang lebih baru, lebih modern.
00:15:38
Kita akan menggunakan teknologi digital misalnya.
00:15:41
Kita akan membuka kerja sama dengan industri-industri sehingga mahasiswa kita bisa magang."
00:15:48
Itu yang oleh Rogers disebut sebagai tahapan 'decision.'
00:15:54
Setelah 'decision' diambil, setelah keputusan diambil, maka difusi inovasi masuk ke tahap berikutnya yaitu implementasi.
00:16:05
Di implementasi ini ada tiga bagian besar,
00:16:09
satu 'redefining' atau 'restructuring,' artinya penataan kembali,
00:16:16
pemberian definisi ulang, bagaimana inovasi itu diadopsi tapi juga dimodifikasi,
00:16:24
dimasukkan ke dalam struktur yang ada, atau struktur yang ada diubah.
00:16:29
Misalnya bagaimana pembelajaran dilakukan.
00:16:33
Kalau dulu misalnya sepenuhnya pembelajarannya 'offline,' sekarang ada pembelajaran 'online.'
00:16:39
Bukan hanya karena pandemi, tetapi karena tuntutan pasar.
00:16:42
Kalau dulu, proses praktis sedikit dilakukan, sekarang didorong lewat magang yang lebih banyak ke industri, misalnya.
00:16:50
Tetapi kita lihat bahwa 'restructuring' dan 'redefining' ini adalah upaya aktif organisasi
00:16:58
untuk menghidupi tegangan antara apa yang terjadi di luar sana
00:17:05
--pasar-- dan ketika inovasi yang baru itu diadopsi. Apa yang musti dikerjakan?
00:17:13
Setelah 'restructuring' dan 'redefining,' tahap berikutnya adalah 'clarifying.'
00:17:19
'Clarifying' ini perlu, karena antara organisasi dengan inovasi yang diadopsi ini tadi, mesti terjadi relasi yang pas.
00:17:32
Bahwa misalnya, visi misi identitas organisasi tidak lantas tergerus karena inovasi.
00:17:41
Sebuah Perguruan Tinggi yang mempunyai keragaman ilmu tidak lalu lantas tereduksi menjadi semacam kursus, misalnya.
00:17:52
Karena hanya melayani kepentingan pasar yang membutuhkan keahlian yang itu-itu saja atau yang tertentu saja. Ini 'clarifying.'
00:18:01
Terakhir, 'routinising.' 'Routinising' adalah tahap terakhir dalam adopsi di mana seluruh warga,
00:18:12
seluruh anggota organisasi tersebut, melakukan proses mengadopsi inovasi itu
00:18:20
dan menjadikannya bagian dari kehidupan mereka sehari-hari dalam berorganisasi, dalam menjalankan pekerjaan.
00:18:28
Contoh tadi, sebuah Perguruan Tinggi, atau Universitas, yang kemudian mengadopsi kurikulum yang baru
00:18:35
untuk menjawab perubahan pasar tapi sekaligus mempertahankan idealisme sebagai institusi pendidikan tinggi tadi,
00:18:43
lantas dilakukan, dihidupi, dijalankan oleh seluruh civitas akademika.
00:18:49
Itu adalah tahapan adopsi inovasi menurut Rogers.
00:18:56
Jadi saya ulangi sekali lagi,
00:18:59
dalam mengadopsi inovasi ada tiga bagian besar:
00:19:04
bagian pertama, inisiasi.
00:19:07
Bagian kedua, pengambilan keputusan atau 'decision.'
00:19:13
Bagian ketiga, implementasi.
00:19:15
Dalam inisiasi, ada 'agenda setting,' memastikan, memahami bahwa organisasi menghadapi persoalan dan dia membutuhkan inovasi.
00:19:32
'Matching,' melihat apakah inovasi yang akan diadopsi sesuai dengan masalah yang dihadapi.
00:19:44
Lalu, 'decision.' Setelah 'decision' diambil, setelah keputusan dibuat, implementasi.
00:19:56
'Restructuring,' menata kembali organisasi agar pas dengan inovasi yang dipilih.
00:20:07
'Clarifying,' memastikan relasi antara organisasi dengan inovasi itu jelas, nilainya nyambung.
00:20:18
Dan terakhir 'routinising,' inovasi itu dijalankan sebagai bagian dari hidup oleh organisasi.
00:20:27
Upaya memahami adopsi inovasi ini penting,
00:20:32
agar kita tahu tidak hanya teknikalitas bagaimana adopsi dilakukan,
00:20:39
tetapi lebih dalam dari itu: agar kita sungguh mengerti, bahwa mengadopsi inovasi itu, lebih dari sekedar ikut-ikutan.
00:20:50
Mulai dari menggunakan 'handphone,' karena teman saya pakai, saya ikut pakai.
00:20:57
Karena organisasi itu menggunakan pendekatan itu, maka organisasi saya juga ikut.
00:21:07
Agar kita tidak hanya sekedar ikut-ikutan.
00:21:10
Tetapi benar-benar memahami mengapa sebuah inovasi mesti kita adopsi.
00:21:18
Karena, di jaman yang berubah, di jaman yang bergerak makin cepat ini,
00:21:25
sering kali kita tidak mudah memutuskan karena ruang yang tersisa itu makin sempit.
00:21:35
Orang mengatakan siapa yang cepat, dia yang menang.
00:21:39
Kalau dulu, siapa yang besar, yang menang. Sekarang jamannya berubah.
00:21:44
Siapa yang makin cepat, yang makin lincah yang menang.
00:21:47
Tanpa sadar, kita mempercayai itu dan selalu hidup dalam ketergesa-gesaan. Termasuk dalam mengadopsi inovasi.
00:21:56
Ini punya risiko. Ini punya bahaya.
00:22:00
Bahwa kita hanya akan menjadi pengguna, hanya akan menjadi pasar.
00:22:05
Padahal, kita memahami inovasi bukan karena kita hanya menjadi pengguna inovasi,
00:22:15
tetapi justru mengembangkan kapasitas inovatif di diri kita, di diri semua orang.