00:00:00
Bantaran k Jati Bunder adalah sedikit
00:00:02
potret kawasan kumuh di wilayah Jakarta
00:00:04
jauh dari kata layak namun Warga seolah
00:00:07
sudah terbiasa hidup dengan kondisi
00:00:09
seperti ini Padahal di lokasi yang
00:00:10
mereka tinggali banjir hingga terserang
00:00:12
penyakit kerap mengintai
00:00:18
[Musik]
00:00:30
aroma tak sedap menyergap begitu Kaki
00:00:33
melangkah memasuki Jalan jetibnd terd
00:00:35
Tanah Abang Jakarta
00:00:37
[Musik]
00:00:40
Pusat dari jembatan kecil di kampung itu
00:00:43
terlihat berderet rumah-rumah tingkat
00:00:45
semi permanen berimpitan di sepanjang
00:00:47
Sungai selebar kurang lebih 2,5
00:00:50
[Musik]
00:00:54
m gegap Gempita kemegahan sebuah kota
00:00:58
terselip sebuah kawasan Kumu gubuk-gubuk
00:01:00
yang berjajar di bantarang
00:01:02
[Musik]
00:01:05
kaliih bu
00:01:08
[Musik]
00:01:11
iya bukan hanya di pinggir kali
00:01:13
pemukiman di sini bahkan di ataskali
00:01:16
faktanya masih ada di sepanjang sungai
00:01:19
ini rumah-rumah nangkring Apa alasan
00:01:21
mereka masih tetap tinggal di sini kita
00:01:23
telusuri
00:01:28
faktanyauh dari kata layak namun Warga
00:01:31
seolah sudah terbiasa hidup dengan
00:01:33
kondisi seperti ini ada yang memang
00:01:36
sejak lahir atau bahkan orang tua mereka
00:01:38
pun lahir di sini sudah puluhan atau
00:01:41
bahkan ratusan tahun Bantaran kali sudah
00:01:44
mulai ada yang
00:01:45
meninggali namun pastinya Tak Lagi Sama
00:01:48
seperti masa lalu kini kondisinya
00:01:51
miris sempit Warga bahkan membuat
00:01:54
perluasan tak permanen di atas
00:01:57
kali ada yang dipakai untuk dapur garasi
00:02:01
atau hanya jadi tempat santai melepas
00:02:03
lelah mayi udah berapa lama di sini mayi
00:02:06
Iya dari lahir dari lahir Berapa lama
00:02:08
tuh 65 tahun airnya bagus kalinya cakep
00:02:13
banyak penuh bisa berenang sekarang udah
00:02:16
begini Udah emang aja cucu Ah banyak
00:02:20
dulu airnya Banyak Neng tinggi kalau
00:02:23
sekarang ini sampah melulu gitu a enggak
00:02:26
takut ini kan kursinya enggak ahan apa
00:02:30
ini pakai apa ini kayu lah kayu Neng tuh
00:02:33
pernah ada kejadian jatuh gak ada ada
00:02:36
ada ponakan di sini itu tuh ududah
00:02:40
rusak udah He pernah udah tapi gak
00:02:43
was-was sekang tapi enggak sih gak
00:02:45
kenapenap Gak berdarah gak ken-nap
00:02:47
nyebur aja heh begitu udah kebekali
00:02:51
sekarang ada batu-batu juga kalau JAT
00:02:54
sekarang mah
00:02:56
takut Dik bund dariiran air su kerukut
00:03:00
tampak sampah plastik mendominasi
00:03:03
ratusan bahkan mungkin ribuan benda
00:03:05
plastik berbagai warna bentuk dan ukuran
00:03:07
Solah menjadi teman hidup warga
00:03:15
sehari-hari apalagi anak-anak kerap
00:03:17
Bermain di Sekitar Sungai yang airnya
00:03:19
tak lagi mengalir berwarna hitam pekat
00:03:22
dan berbau tak sedap
00:03:32
membersihkan aliran sungai yang ada di
00:03:34
sini itu berulang-ulang tapi tidak
00:03:36
menyelesaikan masalah karena ketika
00:03:38
dibersihkan tidak ada yang jaga siapa
00:03:39
jaga sambah ini jadi kembali lagi ke
00:03:41
masyarakat nah masyarakat membang sambah
00:03:43
juga karena memang e tempat membang
00:03:45
nirnya enggak ada Jadi mau enggak mau
00:03:47
kesadaran masyarakat juga Kalau dibilang
00:03:49
legal enggak legal
00:03:51
e status tanah mereka di sini juga
00:03:53
banyakingin surat ada jual belinya
00:03:55
segala macam tapi yang jelas mereka
00:03:57
bertinggal di sini sudah berpuluh-puluh
00:03:58
tahun sudah sudah beranak-minak di sini
00:04:01
seperti
00:04:02
itu selain strategis karena berkatan
00:04:05
dengan mata pencarian mereka yang
00:04:07
bekererja sebagai buru harian lepas
00:04:09
menyewa untuk tinggal di sini cenderung
00:04:11
lebih murah apa nih Lagi masak bumbu
00:04:15
sate meski kerap dihantui masalah banjir
00:04:18
saat musim penghujan datang atau masalah
00:04:21
kesehatan faktanya banyak warga memilih
00:04:25
bertahan apalagi pembiaran lahan yang
00:04:28
seharusnya tak boleh ditinggali
00:04:29
berlangsung selama berpuluh-puluh tahun
00:04:32
sehingga muncul satu persatu dan
00:04:34
menjaburnya permukiman-permukiman
00:04:36
[Musik]
00:04:38
Kumu dan jangan lupa lahan-lahan seperti
00:04:40
bantaran sungai kolong jembatan jalan
00:04:43
layang di beberapa lokasi ya di Jakarta
00:04:46
bisa dikatakan dalam ta petik
00:04:47
tanah-tanah yang selama ini terabaikan
00:04:49
atau tidak teraapat dengan baik oleh
00:04:51
pemerintah ya Sehingga muncullah
00:04:53
perumahan-perumahan dalam tanda peti
00:04:55
ilegal ya yang lambat laun dibiarkan
00:04:57
akhirnya tumbuh menjamur menjadi
00:04:59
pemukiman atau Kampung kumuh yang ber
00:05:01
langsung
00:05:03
bertahun-tahun permasalahan ini jelas
00:05:06
bukan masalah pemerintah daerah saja
00:05:08
melainkan juga tanggung jawab pemerintah
00:05:10
pusat karena tak cuma menata ulang
00:05:13
tempat tinggal mereka tapi juga
00:05:15
mengatasi solusi mata pencarian baru
00:05:17
yang bisa menaikkan taraf hidup mereka
00:05:20
perlunya ada kerjasama pemerintah pusat
00:05:22
dan pemerintah asal daerah mereka juga
00:05:24
tidak boleh melepas tangan karena di
00:05:26
situ mereka juga bisa membantu subsidi
00:05:28
misalnya ya bagi mereka yang yang sedang
00:05:30
merantau ke Jakarta untuk dibantu
00:05:32
subsidi pembayaran uang sewanya oleh
00:05:34
pemerintah kota maupun provinsi asal
00:05:37
dari para pendatang tadi jadi di sini
00:05:39
juga kita tekankan membangun tanpa
00:05:41
menggusur tapi lebih kepada menggeser
00:05:43
membangun tidak memiskinkan mereka tapi
00:05:45
justru meningkatkan kesejahteraan mereka
00:05:47
nah hal-hal ini yang harus
00:05:50
[Musik]
00:05:54
diangkat meski baunya sangat menyengat
00:05:57
pun tak kantongi izin rumah-rumah rumah
00:05:59
di bantaran kali di Jakarta Rupanya
00:06:02
masih jadi favorit masyarakat yang
00:06:03
berada di bawah garis kemiskinan Jakarta
00:06:06
yang punya visi kota Global berjuta
00:06:08
pesona pun ternyata punya berjuta
00:06:10
tantangannya pula Dan inilah salah
00:06:12
satunya Angelina Dewi anak Adi
00:06:14
menulusuri Fanya