00:00:00
Jujur gw lumayan sedih sih pas dengar brand ini,
00:00:02
sepatu Bata—sampai tutup pabrik mereka, PHK ratusan karyawan
00:00:06
karena selama 4 tahun berturut-turut mereka rugi sampai 500 M.
00:00:09
Dan jujur ya buat kalian kalau—milenial
00:00:11
atau mungkin gen Z perbatasan milenial
00:00:13
harusnya ngalamin seberapa legend-nya brand ini.
00:00:16
Lebih dari satu abad dan selalu dikorelasiin sama sepatu pas kita growing up.
00:00:20
Sebenarnya ada udang di balik batu, di balik kasusnya Bata.
00:00:22
Kok bisa perusahaan segede itu, yang legend banget—
00:00:25
omzetnya tuh pernah 1 T selama 3 tahun berturut-turut.
00:00:27
Sekrang harus rugi 500 M.
00:00:29
Nostalgianya tuh sekuat itu.
00:00:31
Dulu tuh kalau misalnya orang punya sepatu Bata, apalagi di sekolah ya,
00:00:34
itu artinya kelas premium.
00:00:36
Tapi gw gak tahu kalian ngerasain atau gak, coba kalian komen di bawah.
00:00:38
Cuma karena tiba-tiba ini kasusnya ke-blow up,
00:00:40
mereka sampai punya julukan Nokia versi sepatu.
00:00:42
Jadi kayak—sepatu-sepatunya tuh sebenarnya kualitasnya bagus.
00:00:45
Tapi banyak komen-komen dari netizen,
00:00:47
model yang dikeluarin tuh itu-itu aja dan gak inovatif.
00:00:49
Kalau dipikir-pikir ya,
00:00:50
banget perusahaan yang giant-giant belakangan ini—
00:00:52
kasusnya mirip-mirip, dari Tupperware, Body Shop.
00:00:54
Kita mau belajar nih, kenapa perusahaan-perusahaan giant ini tiba-tiba
00:00:57
kelihatannya banyak yang roboh di beberapa tahun ini?
00:00:59
Di balik model yang gak ngikutin zaman,
00:01:01
sebenarnya ada faktor yang di luar kontrol mereka
00:01:03
dan gw lihat banyak orang gak ngebedah topik ini.
00:01:05
Karena anehnya gini, kalau kalian lihat laporan keuangannya,
00:01:07
Sampai 10 tahun terakhir mereka tuh profit terus.
00:01:10
Dan profitnya tuh gede.
00:01:10
Omzetnya selalu mendekati 1 T terus
00:01:12
dan baru banget dari tahun 2020 kalian lihat
00:01:14
minus,
00:01:16
minus,
00:01:16
minus.
00:01:17
Kok kelihatannya kayak pas banget bertepatan di COVID
00:01:19
dan mereka gak recover sejak itu?
00:01:20
Dan salah satu alasannya, mereka sendiri yang announce di annual report 2023,
00:01:24
mereka kalah saing sama sepatu China.
00:01:26
Narasi ini tuh kayak di Indonesia sekarang lagi banjir banget produk China
00:01:30
Dan salah satunya sepatu.
00:01:31
Bikin mereka gak bisa compete karena
00:01:32
dari segi harga, speed, sama kualitasnya itu gak sebanding.
00:01:35
Dan buat kalian yang masih ngerasa Bata itu brand lokal—
00:01:38
ya gw ngerti sih kenapa dikira brand lokal.
00:01:39
Karena analoginya kayak batu bata, Indonesia banget nih.
00:01:41
Itu sebenarnya brand asal dari Ceko.
00:01:43
Gara-gara kasus ini gw juga kaget,
00:01:45
ternyata ini bukan brand lokal.
00:01:46
Yang nostalgia banget, dari kecil kita ngerasa
00:01:48
ini brand legend banget yang melekat banget nilai-nilai Indonesianya.
00:01:51
Ternyata brand dari luar.
00:01:52
Tapi sebelum gw analisa kenapa Bata itu menurun terus,
00:01:55
sampai dapat julukan Nokia versi sepatu.
00:01:56
sepatu ini cerita yang lumayan menarik
sampai dapat julukan Nokia versi sepatu.
00:01:57
sepatu ini cerita yang lumayan menarik
00:01:58
Karena mereka udah di Indonesia bahkan sebelum kita merdeka.
00:02:00
Kita bahas dulu sejarahnya di Chapter 1 The Long History.
00:02:04
Gw yakin dari yang nonton video ini sampai sekarang
00:02:06
masih ngira Bata itu brand lokal.
00:02:07
Padahal Bata itu berasal dari nama founder-nya, Tomas Bata.
00:02:11
Ini fotonya mereka.
00:02:12
Dari Republik Ceko, dibangun tahun 1894.
00:02:15
Gila sih udah selama itu.
00:02:16
Dan mereka tuh family busniness ternyata.
00:02:18
Karena brand ini dibangun sama adik kakak
00:02:20
Tomas, Anna, dan Antonn Bata.
00:02:21
Dimulai dari tahun 1897,
00:02:23
mereka keluarin sepatu ini The Batovka.
00:02:25
Menurut gw desainnya mirip sama tikus.
00:02:27
Tapi di era itu, sepatu itu mind blowing banget.
00:02:29
Dari segi kualitasnya top banget.
00:02:31
Style, design, lightweight (ringan).
00:02:33
Dah gara-gara The Batovka brand mereka meroket banget.
00:02:36
Spesifik di tahun 1897—
00:02:38
ini zaman-zaman orang ngevolusioner proses manufaktur pakai mesin.
00:02:41
Kalau kalian ingat, ini dekat-dekat revolusi industri yang pertama.
00:02:44
Mechanism Production Technic.
00:02:46
Dimana mesinnya waktu itu pakai tenaga
00:02:47
dan dari checkpoint ini mereka langsung fast forward jadi
00:02:49
produsen sepatu terbesar di Eropa.
00:02:51
Dan di tahun 1899 mereka buka toko pertamanya.
00:02:54
Di 1905 mereka dinobbatkan The Largest Footwear Company di Eropa.
00:02:58
Bayangin loh, perusahaan sepatu terbesar di Eropa.
00:03:00
Nah ini yang unik.
00:03:01
Di 1936, bisa dibilang in tuh kayak masa kejayaannya.
00:03:04
The Golden Era of Bata.
00:03:06
Kenapa gw bilang masa kejayaan?
00:03:07
Soalnya mereka keluarin produk baru, namanya Bata Tennis.
00:03:10
Kalau kalian lihat desainnya, kebayang gak?
00:03:11
Berapa brand-brand lain yang sampai sekarang kelihatannya terinspirasi dari desain ini.
00:03:15
Awalnya didesain sebenarnya khusus untuk anak sekolah di India.
00:03:18
Tapi turned out jadi sepatu paling laris di dunia sepanjang sejarah.
00:03:22
Yang awalnya family business doang,
00:03:23
sampai akhirnya ekspansi ke 30 negara.
00:03:25
Lebih dari 5.000 toko di seluruh Asia, Eropa, dan Amerika.
00:03:28
Pernah jual 60 juta pasang sepatu dalam setahun.
00:03:30
Dan dapat Guinness World Records
00:03:32
sebagai The World's Largest Shoe Manufacturer and Retailer.
00:03:35
Jadi sepatu Bata ini bukan kaleng kaleng.
00:03:38
Terus kenapa mereka bisa dikira brand Indonesia?
00:03:40
Karena mereka masuk tuh dari tahun 1931.
00:03:43
Awalnya mereka ga ada pabrik.
00:03:44
Mereka pakai sistem impor dari NV Nethererlandsch-Indisch.
00:03:48
Gw gak tau ngomongnya bener atau gak.
00:03:49
Statusnya jadi importer sepatu yang beroperasi di Tanjung Priok.
00:03:52
Nah baru 6 tahun kemudian, tahun 1940,
00:03:55
Tomas Bata bikin pabrik sepatu di tengah Perkebunan karet di area Kalibata.
00:03:59
Ini gak tau—beneran ya, Bata bikin di Kalibata.
00:04:01
Tepatnya di Jalan Kalibata Raya, Jakarta Selatan.
00:04:03
40 tahun kemudian, 1982 mereka public listing jadi perusahaan Tbk.
00:04:07
Dan tahun 1994, tahun gw lahir,
00:04:09
mereka akhirnya ngebangun pabrik besarnya di Purwakarta.
00:04:12
Nah ini pabrik yang kemarin beritanya tuh stop beroperasi
00:04:15
dan nge-PHK ratusan karyawan.
00:04:16
Ya akhirnya di tahun 2023—
00:04:18
mereka masih punya ratusan toko, sekitar 458,
00:04:21
tapi situasinya lagi gak baik-baik aja.
00:04:23
Nah ini ternyata strategi mereka
00:04:24
kenapa di setiap negara mereka kesannya kayak produk lokal.
00:04:27
Kalau kalian lihat logo-logo ini,
00:04:28
di negara yang berbeda-beda mereka pakai logo berbeda juga.
00:04:32
Ini nama konsepnya country origins effect.
00:04:34
Biar lebih melekat ke local culture.
00:04:36
Dan sekarang kita sudah tahu sejarahnya ya,
00:04:37
dimana perusahaan ini bukan kaleng-kaleng.
00:04:39
Kenapa mereka bisa merugi banget di Indonesia?
00:04:41
Kita masuk ke Chapter 2 The Downfall.
00:04:45
Nah sebelum kalian ngira Bata itu hancur total—
00:04:47
beda dibanding kasus Tupperware sama Body Shop
00:04:49
yang kejadiannya tuh sebenarnya di situasi global—
00:04:52
Bata sendiri tuh, khusus di Indonesia, mereka gak works.
00:04:54
Karena concern-nya gini,
00:04:55
kalau kebanyakan brand kehilangan demand,
00:04:57
instingnya mereka nutup gerainya.
00:04:59
Nah tapi Bata ini di 30 April 2024 mereka tutup pabriknya,
00:05:03
bukan gerai-gerainya.
00:05:04
Kalau dilihat dari laporan keuangan,
00:05:05
di tahun 2023 aja mereka kehilangan 190 M.
00:05:09
Dibanding tahun lalunya lagi, 2022 mereka rugi 100 M.
00:05:13
Padahal ya kalau dilihat secara brand,
00:05:15
secara ranking di seluruh dunia,
00:05:16
mereka tuh baru dinobatin jadi brand sepatu No. 7 di Asia.
00:05:20
Dan ini gak lama-lama yang lalu.
00:05:21
Sayangnya ini gak berlaku di Indonesia.
00:05:22
Dimana alasan utamanya sebenarnya karena
00:05:25
ada perubahan yang rapid banget di preferensi sama behavior konsumennya.
00:05:29
Spesifiknya dimulai pas COVID.
00:05:30
Kalau kalian ngira omzet 1 T itu gede di Indonesia,
00:05:33
omzet mereka di India itu 6,5 T.
00:05:36
Bahkan udah masuk top 3 brand di India.
00:05:38
Cuma, coba kita kait-kaitin ya.
00:05:40
Kalau kalian tahu alasannya kalian bisa komen di bawah.
00:05:42
Kenapa bisa pas banget di COVID
00:05:43
dan mereka bilang kalah saing sama banyak China.
00:05:46
Kira-kira apa nih yang naik banget di COVID kemarin
00:05:48
yang mungkin bikin produk-produk China banjir di Indonesia?
00:05:51
Dan kadang yang bikin susah, karena mereka udah perusahaan gede,
00:05:53
mereka tuh ngalamin problem-problem yang kayak gini nih.
00:05:55
Namanya impairment assets.
00:05:57
Atau simpelnya banyak banget stok persediaan mereka
00:05:59
udah mulai masuk ke masa penuaan.
00:06:01
Karena permintaannya gak bisa keep up di Indonesia
00:06:04
dengan model-model yang mereka sudah produksi,
00:06:05
ya mau gak mau mereka tutup pabriknya.
00:06:07
Balik lagi ya kalau dibandingin sama kondisi di India,
00:06:09
Pas Bata hancur di COVID, mereka tuh bounce back-nya cepet loh.
00:06:12
Tahun depan mereka langsung profit lagi.
00:06:14
Karena India itu market terbesarnya Bata
00:06:16
plus India itu ada tensi sama China.
00:06:18
Jadi mereka gak kena saingan-saingan produk yang banjir di negara mereka.
00:06:21
Kalian lihat sendiri nih laporan keuangannya.
00:06:22
Gila sih, ini market yang gede banget.
00:06:24
Mungkin bisa dipertahanin di Indonesia kalau mereka solve 3 hal ini.
00:06:27
Kalau mereka bisa ngikutin perkembangan taste dari konsumen,
00:06:30
bisa saingan sama kompetitor sepatu lainnya,
00:06:32
sama bisa mempertahankan demand.
00:06:33
Cuma sebenarnya fair gak sih?
00:06:34
Ini bahkan statement resmi dari mereka langsung.
00:06:37
Spesifik nuduh produk-produk China
00:06:39
yang banjir ke Indonesia, yang mungkin gak lewat jalur yang legal,
00:06:43
makanya harganya itu bisa dibanting.
00:06:44
Ya kalau situasinya kayak gitu, mau gak mau mereka harus adjust.
00:06:47
Apalagi makro ekonomi kan sekarang lagi gak baik-baik aja.
00:06:49
Banyak yang gak pasti, harga bahan baku naik,
00:06:52
tapi sebagai brand mereka harus mempertahankan kualitasnya mereka.
00:06:54
Jadi karena rugi terus,
00:06:55
penutupan pabrik ini dilihat sebagai keputusan terbaik mereka
00:06:58
untuk sementara waktu ini.
00:07:00
Pertanyaannya kalau misalnya udah sampai terpuruk kayak gitu,
00:07:02
saingannya kelihatannya susah banget untuk dilawan.
00:07:04
Masuk ke Chapter 3 Will Bata Comeback?
00:07:09
Sebenarnya kan problem-nya klasik.
00:07:10
Brand yang udah segitu lama kadang tuh keenakan.
00:07:12
Bahkan secara struktur organisasi bikin mereka susah buat inovasi.
00:07:16
Apalagi kalau kita ngomongin tentang brand China.
00:07:17
atau bahkan kompetitor brand lokal lainnya.
00:07:19
Dimana trend fast fashion atau modelnya tuh cepet banget berubah.
00:07:23
Ternyata ini hal yang susah diikutin sama Bata.
00:07:25
Cuma gini, menurut gw mereka ada 2 opsi.
00:07:26
Satu, lean in sama The Power of Branding.
00:07:29
Mau gimana pun Bata itu tetap punya kekuatan branding yang melekat banget
00:07:32
dan nostalgia sama mayoritas dari milenial di Indonesia.
00:07:36
Atau bahkan emak-emak yang dari dulu maksain
00:07:38
anaknya buat belanja ke sana pas mereka mau sekolah.
00:07:41
Karena brand ini udah nemenin kita dari zaman kecil sampai gede—
00:07:44
walaupun akhirnya kita tahu bukan brand lokal—tetap ada sense of belonging.
00:07:47
Kita ngerasa kayak ada kepemilikannya.
00:07:49
So, menurut gw opsi comeback tuh masih ada.
00:07:51
Cuma mereka harus restrukturisasi gila-gilaan.
00:07:53
Mungkin refresh produk lain yang lebih inovatif
00:07:56
Tapi kalau jatuh-jatuhnya selalu ngelihat dari masalah eksternal
00:07:58
yaitu produk China atau produk kompetitor,
00:08:01
menurut gw itu cuma alasan dibalik mereka gak bisa adaptasi.
00:08:03
Dan ini klasik.
00:08:04
Banyak banget perusahaan yang udah ratusan tahun,
00:08:06
belakangan ini kita lihat hancur gara-gara gak bisa adaptasi.
00:08:09
Dan sebenarnya menurut gw penutupan pabrik itu agak make sense.
00:08:11
Karena kalau misalnya mereka mau refresh,
00:08:13
produknya keluar sesuai dengan permintaan atau demand.
00:08:16
Walaupun harganya lebih mahal mereka bisa rely ke third party factory.
00:08:19
Atau kerennya untuk kalian anak muda itu maklon.
00:08:22
Atau kalau gw lihat ya, ada kemungkinan juga ambil opsi ke-2.
00:08:25
Sebenarnya Indonesia market-nya cuma sepersekian dari market India mereka,
00:08:29
atau mungkin Italia dan Eropa—yaudah kita ditinggal aja.
00:08:32
Tetaplah menurut gw dengan desain produk-produknya sekarang itu ada market-nya.
00:08:35
Cuma apakah mereka bisa grow terus dan sustain?
00:08:38
Jawabannya belum tentu.
00:08:38
Pintarnya, Bata ini punya loyalty program yang namanya Bata Club.
00:08:42
Hampir 3 juta member dan 600 ribu yang aktif.
00:08:44
Kalau kita lihat dari 2023,
00:08:46
lebih dari setengah penjualan mereka itu hasil dari loyalty program ini.
00:08:50
Ini balik lagi yang gw bilang, the power of branding yang melekat banget di masyarakat Indonesia.
00:08:54
So buat gw, Bata bisa comeback.
00:08:56
Tapi ini ceklis yang mereka harus terapin.
00:08:58
Satu, mereka harus benar-benar efisiensi biaya yang dikeluarin.
00:09:01
Mungkin penutupan pabrik itu step pertamanya.
00:09:03
Dua, mereka harus bisa adaptasi dari segi
00:09:05
desain-desain sepatu yang ngikutin zaman.
00:09:07
Nah ini yang susah.
00:09:08
Karena mereka udah punya inventory segitu banyak stok
00:09:10
yang mungkin salah prediksi pas COVID terjadi.
00:09:13
Dan pabrik kan gak boleh downtime, mereka tetap harus produksi terus.
00:09:15
Jadi somehow mereka harus mikirin poin ke-3.
00:09:17
Cepat keluarin barang-barangnya.
00:09:19
Kalau di bisnis istilahnya inventory turn over harus dibikin lebih singkat.
00:09:22
Biar mereka bisa langsung refresh ke barang-barang yang lebih baru.
00:09:24
Baru poin terakhir—maybe go online.
00:09:26
Gw lihat sih sebenarnya mereka udah mulai pnline dari tahun 2020.
00:09:29
Cuma kelihatannya belum seefektif
00:09:30
atau segede itu awareness-nya dibading toko offline mereka.
00:09:34
Dari yang gw amatin, banyak banget brand offline susah untuk masuk ke online.
00:09:38
Atau bisa dibilang lebih susah dibanding brand yang lahir di online masuk ke offline.
00:09:41
Sebenarnya balik lagi, ini tuh kasus yang menurut gw agak de javu.
00:09:44
Baru aja viral soal Tipperware, Body Shop.
00:09:46
Intinya mau brand yang udah setua apapun,
00:09:48
kalau mereka masuk ke industri yang fast moving,
00:09:51
mereka harus punya organisasi atau tim yang bisa update terus soal perkembangan zaman.
00:09:55
Makanya kata adaptif itu gak bakal pernah hilang dari strategi bisnis.
00:09:58
Kalau menurut kalian kayak gimana?
00:09:59
Apa mereka yaudah stick sama style design atau produk yang kayak sekarang?
00:10:03
Yang penting dapat market yang mereka punya aja?
00:10:05
Atau mereka harus benar-benar banting setir
00:10:07
terus masuk ke market yang lebih hits di milenial sama gen Z?
00:10:10
I'll see you guys on the next video, bye-bye!