00:00:10
Sebelum memasuki ceritanya, admin mau
00:00:13
disclaimer dulu. Konten ini dibuat
00:00:16
semata-mata untuk tujuan edukasi dan
00:00:18
dokumentasi sejarah tanpa maksud untuk
00:00:21
memihak, menghasut, atau membangkitkan
00:00:24
permusuhan di antara kelompok atau
00:00:26
individu manapun. Semua informasi yang
00:00:28
disampaikan berdasarkan sumber yang
00:00:31
tersedia dan ditujukan sebagai
00:00:33
pembelajaran bagi kita semua. Konflik
00:00:36
ini merupakan bagian dari sejarah yang
00:00:38
mengajarkan betapa pentingnya
00:00:40
perdamaian, toleransi, dan persatuan di
00:00:43
tengah keberagaman. Kami mengajak semua
00:00:46
pihak untuk menyikapi video ini dengan
00:00:48
bijak, menghindari ujaran kebencian,
00:00:51
serta menjadikan peristiwa ini sebagai
00:00:53
pelajaran untuk membangun masa depan
00:00:55
yang lebih harmonis.
00:00:57
Jika Anda memiliki pandangan atau
00:00:59
informasi tambahan, silakan berdiskusi
00:01:02
dengan santun di kolom komentar dengan
00:01:04
tetap menghormati semua pihak dan
00:01:07
menjaga nilai-nilai
00:01:12
kebersamaan. Konflik Ambon yang meletus
00:01:14
pada akhir Januari
00:01:17
1999 bukanlah sebuah insiden spontan
00:01:20
yang muncul tanpa latar belakang. Ia
00:01:23
ibarat api yang telah lama membara di
00:01:25
bawah abu tertutup dan nyaris tak
00:01:27
terlihat. Namun sesungguhnya menyimpan
00:01:30
potensi ledakan sosial yang dahsyat.
00:01:32
Ketika akhirnya pecah, konflik ini bukan
00:01:35
sekadar pertikaian antaragama, melainkan
00:01:38
manifestasi dari luka sejarah,
00:01:39
ketimpangan sosial, dan dinamika politik
00:01:42
yang telah membusuk selama puluhan
00:01:44
tahun. Akar ketegangan di Ambon dapat
00:01:47
ditelusuri sejak masa kolonial Belanda.
00:01:50
Dalam sistem pemerintahan kolonial,
00:01:52
masyarakat Maluku khususnya yang
00:01:54
beragama Kristen mendapat posisi
00:01:56
strategis dalam militer dan birokrasi.
00:01:59
Mereka banyak direkrut menjadi tentara
00:02:02
KNIL, mendapatkan pendidikan, dan
00:02:04
ditempatkan dalam posisi administrasi
00:02:06
pemerintahan.
00:02:08
Sementara itu, kelompok Muslim Maluku
00:02:10
dan para pendatang dari luar daerah
00:02:13
seperti Bugis, Buton, dan Makassar lebih
00:02:16
banyak bergerak dalam sektor
00:02:17
perdagangan, pelayaran, atau pertanian.
00:02:20
Pembagian peran sosial ekonomi ini
00:02:22
menciptakan stratifikasi yang secara
00:02:24
tidak langsung membentuk batas identitas
00:02:26
dan rasa kepemilikan terhadap sumber
00:02:29
daya dan kekuasaan. Seiring waktu,
00:02:31
ketegangan yang bersifat struktural ini
00:02:34
semakin mengeras dengan masuknya arus
00:02:36
migrasi besar-besaran ke Ambon dari
00:02:38
berbagai wilayah Indonesia Timur. Para
00:02:40
pendatang yang sebagian besar muslim
00:02:43
mulai mendominasi pasar-pasar
00:02:45
tradisional dan sektor ekonomi informal.
00:02:48
Banyak masyarakat lokal baik muslim
00:02:50
maupun Kristen merasa terpinggirkan oleh
00:02:52
dinamika baru ini. Di satu sisi,
00:02:55
kelompok Kristen merasa kehilangan
00:02:57
dominasi historis mereka. Di sisi lain,
00:03:00
kelompok muslim lokal merasa identitas
00:03:03
mereka disamakan dengan para pendatang
00:03:05
dan ikut terseret dalam persaingan
00:03:07
ekonomi serta konflik antar kelompok
00:03:09
yang kian tajam. Runtuhnya rezim Orde
00:03:12
Baru pada tahun
00:03:15
1998 mempercepat proses disintegrasi
00:03:18
sosial. Kebebasan berekspresi yang
00:03:20
muncul pasca reformasi justru menjadi
00:03:23
ruang bagi tumbuhnya polarisasi
00:03:25
identitas berbasis agama dan etnis.
00:03:27
Konflik-konflik kecil mulai bermunculan
00:03:30
dan narasi kami versus mereka menjadi
00:03:33
semakin kuat di tengah masyarakat.
00:03:35
Sayangnya, aparat keamanan yang
00:03:37
seharusnya menjadi penengah justru kerap
00:03:39
dianggap memihak salah satu kelompok.
00:03:42
Dalam beberapa kasus, TNI dan Polri pun
00:03:44
terlibat dalam ketegangan yang bisa
00:03:46
memperburuk krisis kepercayaan publik
00:03:49
terhadap institusi negara. Di balik
00:03:51
layar, aktor-aktor lokal dan nasional
00:03:54
turut memainkan peran. Para elit politik
00:03:56
memanfaatkan situasi ini untuk membangun
00:03:59
basis kekuasaan. Sementara kelompok
00:04:01
kriminal dan preman bersenjata tumbuh
00:04:04
subur di tengah kekacauan. Pasar-pasar
00:04:06
tradisional menjadi titik panas
00:04:08
perebutan pengaruh dan sentimen agama
00:04:10
menjadi alat yang efektif untuk
00:04:12
memobilisasi massa. Pada November
00:04:16
1998, Jakarta Utara diguncang oleh
00:04:19
kerusuhan berdarah. yang dikenal sebagai
00:04:21
tragedi ketapan. Bentrokan terjadi
00:04:24
antara kelompok preman Ambon beragama
00:04:26
Kristen dan warga muslim lokal. Insiden
00:04:29
ini menewaskan puluhan orang dan
00:04:31
menyebabkan kerusakan besar termasuk
00:04:33
pembakaran rumah ibadah dan pemukiman
00:04:36
warga. Setelah kerusuhan mereda, TNI
00:04:39
Angkatan Laut mengambil langkah tegas
00:04:42
dengan menertibkan dan memulangkan
00:04:44
hampir 200 orang preman Ambon dari
00:04:47
Jakarta ke kampung halaman mereka di
00:04:50
Maluku. Langkah ini dilakukan sebagai
00:04:53
bagian dari upaya meredakan ketegangan
00:04:56
dan memulihkan stabilitas keamanan di
00:04:58
ibu kota pasca
00:04:59
kerusuhan. Namun kembalinya para preman
00:05:02
tersebut justru membawa dampak serius di
00:05:05
tanah asal mereka.
00:05:07
Menurut sejumlah saksi mata dan peneliti
00:05:09
konflik, beberapa dari preman yang
00:05:11
dipulangkan itulah yang kemudian
00:05:13
berperan sebagai provokator dalam
00:05:15
pecahnya kekerasan sektariat pertama
00:05:17
kali di Ambon pada Januari
00:05:21
1999. Mereka disebut-sebut memicu
00:05:24
konflik antara komunitas muslim dan
00:05:26
Kristen yang sebelumnya hidup
00:05:28
berdampingan secara relatif damai.
00:05:31
Aksi provokatif ini menciptakan percikan
00:05:33
awal yang kemudian menjalar menjadi
00:05:35
konflik horizontal berkepanjangan di
00:05:37
Maluku yang menewaskan ribuan orang dan
00:05:40
memecah belah struktur sosial masyarakat
00:05:42
selama
00:05:43
bertahun-tahun. Peran preman dalam
00:05:45
dinamika konflik ini menambah
00:05:47
kompleksitas persoalan. Menunjukkan
00:05:50
bagaimana kekerasan urban bisa berpindah
00:05:52
dan menyulut ketegangan baru di wilayah
00:05:54
yang rentan secara sosial dan politik.
00:05:59
[Musik]
00:06:02
Konflik yang melanda Maluku pada akhir
00:06:05
dekade 19-an tidak muncul begitu saja.
00:06:09
Akar permasalahannya sangat kompleks
00:06:11
melibatkan ketegangan sosial, identitas
00:06:14
etnis, dan simbol-simbol keagamaan yang
00:06:17
kemudian berubah menjadi kekerasan
00:06:18
berskala besar. Pada Januari
00:06:23
1999 terjadi pertikaian kecil di Kota
00:06:26
Ambon antara seorang pemuda muslim
00:06:28
dengan seorang pemuda Kristen di
00:06:30
terminal Batu Merah. Konflik itu
00:06:33
berkembang dengan cepat menjadi
00:06:34
bentrokan bernuansa agama dan etnis.
00:06:37
Target utama kekerasan saat itu adalah
00:06:39
pendatang muslim dari suku Bugis, Buton,
00:06:42
dan Makassar. Kelompok yang telah lama
00:06:45
merantau dan menetap di Maluku khususnya
00:06:47
Ambon. Serangan demi serangan terhadap
00:06:50
komunitas pendatang memicu eksodus
00:06:52
besar-besaran. Ribuan orang terpaksa
00:06:55
meninggalkan rumah dan mencari
00:06:56
perlindungan di daerah lain yang lebih
00:06:58
aman. Sayangnya setelah eksodus tersebut
00:07:02
konflik justru menyebar ke wilayah lain
00:07:04
di Provinsi Maluku, termasuk pulau-pulau
00:07:06
yang sebelumnya relatif tenang.
00:07:08
Ketegangan semakin meningkat akibat
00:07:10
munculnya berbagai desas-desus dan isu
00:07:13
sensitif terutama yang berkaitan dengan
00:07:16
simbol keagamaan.
00:07:18
Masyarakat mulai terpicu oleh kabar
00:07:20
bohong tentang penyerangan terhadap
00:07:21
masjid atau gereja yang memperdalam rasa
00:07:24
curiga dan kebencian antar umat
00:07:26
beragama. Konflik sempat mereda pada
00:07:28
bulan Mei
00:07:31
1999. Saat itu, perhatian publik beralih
00:07:34
pada masa kampanye menjelang pemilihan
00:07:36
umum. Namun ketenangan ini bersifat
00:07:39
sementara. Ketika hasil pemilu diumumkan
00:07:42
dan Partai Demokrasi Indonesia
00:07:44
Perjuangan atau PDIP memenangkan suara
00:07:46
terbanyak di Ambon, situasi kembali
00:07:48
memanas. Sebagian masyarakat menafsirkan
00:07:51
kemenangan PDIP sebagai kemenangan
00:07:53
kelompok Kristen. Meskipun partai ini
00:07:56
secara resmi tidak berbasis agama,
00:07:59
kemenangan tersebut dijadikan pemicu
00:08:01
oleh kelompok tertentu untuk melakukan
00:08:03
aksi kekerasan dan sentimen agama
00:08:05
semakin meruncing. Masyarakat mulai
00:08:08
bergerak dengan semangat mempertahankan
00:08:10
identitas agamanya. Kekerasan pun
00:08:13
kembali pecah secara terbuka. Bahkan
00:08:15
aparat keamanan yang seharusnya menjadi
00:08:17
penengah ikut terseret dalam konflik dan
00:08:20
terbagi berdasarkan garis agama. Hal ini
00:08:23
menyebabkan kinerja aparat lumpuh dan
00:08:25
tidak mampu meredam situasi. Selama
00:08:28
tahap pertama ketika secara relatif
00:08:30
jumlah orang yang terbunuh masih sedikit
00:08:33
dan tingkat kebencian antaragama belum
00:08:35
mencapai klimaksnya, maka operasi
00:08:37
intelijen direncanakan secara cermat
00:08:39
untuk mengkondisikan kedua komunitas
00:08:41
menerkam leher satu sama lain segera
00:08:44
setelah kerusuhan sosial dipicu.
00:08:46
Operasi-operasi intelijen ini mencakup
00:08:49
penyaluran pamflet-pamflet provokatif di
00:08:51
kalangan penduduk dan penyaluran handy
00:08:54
di kalangan pemimpin kelompok-kelompok
00:08:56
setempat agar kerusuhan dapat dipicu
00:08:58
secara simultan dalam jangkauan yang
00:09:00
luas. Beberapa pamflet tanpa nama yang
00:09:03
disebarkan di Ambon memperingatkan kedua
00:09:06
belah pihak bahwa pihak lain sedang
00:09:08
merencanakan untuk membakar rumah-rumah
00:09:10
ibadah mereka dan memperingatkan sebuah
00:09:13
kelompok etnik bahwa kelompok etnik lain
00:09:16
sedang merencanakan untuk membinasakan
00:09:18
mereka. Pamflet-pamflet serupa
00:09:20
disebarkan di kalangan kaum muslim di
00:09:22
Maluku Utara menjelang kerusuhan bulan
00:09:25
Agustus dan November 1999.
00:09:29
Ditandatangani oleh para pemimpin gereja
00:09:31
Protestan di Ambon, isi pamflet-pamflet
00:09:34
itu mendesak orang Kristen untuk
00:09:36
membinasakan semua orang muslim. Salah
00:09:38
satu pamflet jatuh ke tangan aparat desa
00:09:40
di Tidore. Sebuah pertemuan diadakan dan
00:09:43
ketika pendeta setempat Ari Risa tidak
00:09:46
muncul untuk menjelaskan isi surat itu,
00:09:49
ternyata ia diserang dan dibunuh di
00:09:51
rumahnya. Mengingat bahwa pertarungan
00:09:54
yang masih berlangsung di Ambon rasanya
00:09:56
sangat tidak mungkin bahwa ada pemimpin
00:09:58
gereja menginginkan konflik itu merambat
00:10:01
ke daerah lain di kepulauan itu. Jadi,
00:10:03
dapat disimpulkan bahwa pamflet-pamflet
00:10:06
ini dibuat oleh para agitator yang
00:10:08
sangat profesional yang mengenal
00:10:10
masyarakat Maluku Utara dengan sangat
00:10:12
baik.
00:10:14
Puncak eskalasi kekerasan antara umat
00:10:16
muslim dan terjadi pada 26 Desember
00:10:21
1999. Dua tragedi besar mengguncang
00:10:24
publik. penyerangan dan pembakaran
00:10:26
Gereja Silo, serta pembantaian massal
00:10:29
terhadap sekitar 800 muslim di Masjid
00:10:31
Desa Tobelo, Halmahera Utara yang
00:10:34
dilakukan oleh masa Kristen. Kedua
00:10:36
kejadian ini menjadi titik balik yang
00:10:38
memperdalam konflik dan menimbulkan
00:10:40
trauma berkepanjangan bagi masyarakat
00:10:42
kedua belah pihak. Gereja Silo adalah
00:10:45
simbol penting bagi umat Kristen
00:10:47
Protestan Maluku. Lokasinya di jantung
00:10:50
kota Ambon menjadikannya bukan sekadar
00:10:52
tempat ibadah, tetapi juga penanda
00:10:54
identitas komunitas. Saat bangunan megah
00:10:57
itu dilalap api, suara lonceng
00:10:59
terakhirnya seolah menjadi perpisahan
00:11:02
tragis antara kedamaian dan awal dari
00:11:04
babak baru penuh kekerasan. Pasca
00:11:06
pembakaran, ribuan warga Kristen tumpah
00:11:09
ruah di jalan-jalan. Sebagian besar
00:11:11
dalam kondisi marah, syok, dan penuh
00:11:14
dendam. Suasana kota mencekam.
00:11:16
Pemuda-pemuda Kristen membentuk barisan
00:11:19
pertahanan, memblokade jalan-jalan
00:11:21
utama, mempersenjatai diri dengan
00:11:23
parang, panah hingga senjata rakitan,
00:11:26
aroma asap, sisa kebakaran, serta doa
00:11:29
dari berbagai penjuru menggema
00:11:30
bersahutan. Seakan kota telah terbelah
00:11:33
menjadi dua dunia yang saling mengintai
00:11:35
dan saling menunggu kesempatan untuk
00:11:37
menyerang. Banyak keluarga Kristen
00:11:39
mengungsi ke daerah-daerah kantong
00:11:41
Kristen seperti kuda mati, benteng,
00:11:44
lateri dan sekitarnya.
00:11:47
Sementara umat Islam memperkuat basis
00:11:49
mereka di Whaong, Air Salobar,
00:11:51
Galunggung, dan Batu Merah. Aparat
00:11:53
keamanan baik polisi maupun TNI
00:11:56
seringkiali kewalahan bahkan dituduh
00:11:58
berpihak dan tidak mampu menengahi
00:12:00
secara adil. Sementara di Desa Tobelo,
00:12:03
Halmahira Utara, tragedi yang terjadi
00:12:06
lebih mengerikan. Masjid yang biasanya
00:12:09
menjadi tempat suci dan perlindungan
00:12:11
berubah menjadi tempat pembantaian
00:12:13
massal. Sekitar 800 Muslim termasuk
00:12:16
perempuan dan anak-anak dibantai secara
00:12:18
sistematis oleh masa Kristen bersenjata
00:12:21
yang datang dari desa-desa sekitar.
00:12:24
Kesaksian selamat dari tragedi ini
00:12:26
menggambarkan kengerian yang tak
00:12:28
terbayangkan. Beberapa korban
00:12:30
bersembunyi di bawah tumpukan mayat
00:12:32
untuk menghindari kematian. Darah
00:12:34
mengalir di lantai masjid.
00:12:36
Dinding-dinding dipenuhi peluru dan noda
00:12:38
kejam dari pembantaian yang
00:12:41
terjadi. Masjid itu sendiri kemudian
00:12:43
dibakar menyisakan puing-puing dan aroma
00:12:46
kematian yang membekas hingga
00:12:49
berminggu-minggu. Kabar tentang tragedi
00:12:51
Tobelo menyebar cepat melalui
00:12:53
pesan-pesan radio, rekaman amatir, dan
00:12:56
cerita saksi selamat. Ketika berita itu
00:12:59
sampai ke Ternate, Ambon, dan Makassar,
00:13:02
reaksi balas dendam langsung muncul.
00:13:05
Para pemuka agama muslim menyerukan
00:13:07
jihad. Ratusan pemuda dari Sulawesi
00:13:09
Selatan, Sumatera, dan Jawa mulai
00:13:12
berlayar menuju Maluku. Membentuk
00:13:14
kelompok yang kemudian dikenal sebagai
00:13:16
laskar jihad. Mereka datang dengan
00:13:19
doktrin dan semangat untuk melindungi
00:13:22
saudara seiman. Di sisi lain, komunitas
00:13:25
Kristen juga tidak tinggal diam.
00:13:28
Mereka membentuk laskar Kristus yang
00:13:31
terdiri dari pemuda-pemuda militan dari
00:13:33
Ambon, Pulau Seram, bahkan dari wilayah
00:13:36
Maluku Tenggara. Setiap kelompok percaya
00:13:39
bahwa mereka sedang mempertahankan agama
00:13:42
dan tanah leluhur. Sepintas kerusuhan
00:13:44
besar yang terjadi di Maluku pada tahun
00:13:49
1999 tampak seperti letupan spontan
00:13:52
akibat ketegangan antar warga. Namun
00:13:55
jika ditelusuri lebih dalam, konflik
00:13:57
tersebut ternyata melibatkan dua
00:13:59
jaringan yang memiliki kepentingan
00:14:01
tersembunyi, yaitu jaringan militer dan
00:14:03
kelompok militan keagamaan. Kedua
00:14:06
jaringan ini memang memiliki tujuan yang
00:14:08
berbeda. Namun, mereka tampaknya
00:14:11
dipersatukan oleh satu kepentingan yang
00:14:13
sama, menggagalkan upaya pemerintah
00:14:15
pusat saat itu dalam mereduksi peran
00:14:17
dominan militer serta membangun
00:14:19
masyarakat yang lebih terbuka,
00:14:21
demokratis, dan toleran. Dalam kondisi
00:14:24
sosial yang panas dan mudah meledak,
00:14:26
kerusuhan pun menjadi alat yang efektif
00:14:29
untuk mengacaukan tatanan sipil yang
00:14:30
mulai berkembang pasca reformasi. Salah
00:14:33
satu indikasi kuat bahwa konflik ini
00:14:36
tidak sepenuhnya berlangsung alami
00:14:38
adalah adanya upaya perekrutan dan
00:14:40
pengiriman anggota dari luar daerah.
00:14:42
Pada bulan Juli
00:14:45
1999, seorang tokoh agama dari Maluku
00:14:48
dilaporkan pergi ke Makassar untuk
00:14:50
merekrut sekitar 60 pemuda dari
00:14:53
organisasi keagamaan dan kemudian
00:14:55
mengirim mereka ke Ambon. Tujuan mereka
00:14:58
adalah bergabung dengan kelompok milisi
00:15:00
lokal yang disebut-sebut sebagai
00:15:02
pelindung umat. Namun ironisnya, tidak
00:15:05
lama setelah itu, sang tokoh harus
00:15:07
menanggung kehilangan pribadi anaknya
00:15:10
sendiri. Seorang anggota polisi bernama
00:15:12
Alvian Eki Hasanusi menjadi korban
00:15:15
penembakan misterius pada 17
00:15:18
Mei sementara itu, kehadiran unsur-unsur
00:15:22
militer dalam konflik ini juga menjadi
00:15:24
sorotan banyak pihak. Sampai dengan Mei
00:15:27
2000, sekitar 70% dari korban tewas dan
00:15:30
luka-luka di kedua belah pihak diketahui
00:15:33
terkena tembakan senjata organik milik
00:15:35
TNI dan Polri. Hal ini menimbulkan
00:15:38
pertanyaan besar mengenai peran dan
00:15:40
netralitas aparat keamanan dalam
00:15:42
mengendalikan situasi. Setidaknya ada
00:15:46
empat kesatuan keamanan yang terlibat
00:15:48
aktif di lapangan, yaitu pasukan
00:15:50
Kostrat, Brawijaya, Brimop, dan Kopasus.
00:15:54
Keterlibatan Kopasus mungkin tidak
00:15:57
sejelas tiga kesatuan lainnya, tetapi
00:15:59
sejumlah kesaksian menyebut bahwa
00:16:01
beberapa anggota Kopasus menyamar dengan
00:16:04
mengenakan atribut milisi seperti jubah
00:16:06
putih dan jenggot palsu agar tampak
00:16:09
seperti bagian dari laskar jihad atau
00:16:11
milisi Kristen. Penyamaran ini bukan
00:16:14
hanya untuk menyusup, tetapi juga memicu
00:16:16
kekacauan lebih lanjut. Beberapa tentara
00:16:19
Kopasus bahkan pernah tertangkap di atas
00:16:21
kapal KM Lambelu pada 5 Agustus 2000
00:16:24
ketika hendak menyusup ke Ambon.
00:16:27
Sementara itu, sekitar 70 orang anggota
00:16:30
Kopasus terlihat secara terbuka
00:16:32
meninggalkan Ambon menggunakan pesawat
00:16:34
Hercules milik TNI setelah sebelumnya
00:16:36
mengangkut perlengkapan mereka dalam
00:16:38
peti besar. Keberadaan pasukan terlatih
00:16:41
di medan konflik juga terdeteksi melalui
00:16:44
metode serangan yang digunakan. Misalnya
00:16:47
dalam salah satu insiden penyerangan ke
00:16:49
Universitas Kristen Indonesia Maluku,
00:16:51
teknik tempur seperti penggunaan drum
00:16:53
minyak kosong untuk mendekati sasaran
00:16:56
sambil melempar granat sangat khas
00:16:58
militer. Belum lagi akurasi tembakan
00:17:00
penembak jitu yang sering membidik
00:17:02
kepala secara tepat mengindikasikan
00:17:04
keterampilan tempur tingkat tinggi yang
00:17:06
umumnya hanya dimiliki oleh pasukan
00:17:08
khusus. Tanpa dukungan jaringan ini,
00:17:11
banyak pengamat meyakini bahwa kelompok
00:17:14
laskar jihad tidak akan mampu melakukan
00:17:16
serangan berskala besar. Contohnya
00:17:19
adalah penyerangan ke markas Brimop
00:17:21
ditantui Ambon pada 21 hingga 22 Juni
00:17:25
2000. Dalam insiden ini, markas yang
00:17:28
dihuni sekitar 2.000 anggota Polri dan
00:17:30
keluarganya berhasil diserbu. Gudang
00:17:33
amunisi dibakar, dua barak diratakan,
00:17:36
dan
00:17:37
832 pucuk senjata, serta 8.000 butir
00:17:40
peluru berhasil diambil alih oleh massa.
00:17:44
Kondisi semakin rumit karena banyak
00:17:46
anggota polisi yang ditempatkan di
00:17:48
Maluku merupakan warga lokal. Dalam
00:17:51
situasi seperti ini, keterlibatan
00:17:53
emosional tidak bisa dihindari. Polisi
00:17:57
cenderung membela kelompok agama yang
00:17:59
sama, entah Kristen maupun Muslim. Di
00:18:02
sisi lain, meskipun tentara secara resmi
00:18:04
ditugaskan untuk netral, kenyataan di
00:18:06
lapangan sering berkata lain. Hubungan
00:18:09
akrab antara tentara dan warga desa yang
00:18:12
mereka lindungi membuat sebagian aparat
00:18:14
kehilangan
00:18:15
objektivitas. Dalam beberapa kasus,
00:18:17
tentara bahkan terlihat memberikan
00:18:19
dukungan langsung kepada
00:18:20
kelompok-kelompok
00:18:22
tertentu. Bantuan ini tidak selalu
00:18:24
bersifat militer, tetapi bisa berupa
00:18:27
pasukan makanan, informasi, bahkan
00:18:29
senjata. Ada tentara yang ditengarai
00:18:32
menjual peluru untuk mendapatkan rokok
00:18:34
atau makanan. Situasi ini memperburuk
00:18:37
citra aparat keamanan di mata masyarakat
00:18:40
yang saat itu sedang terpecah belah.
00:18:42
Kekacauan, ketidakpercayaan, dan
00:18:45
kekerasan meraja lelela seolah hukum
00:18:48
telah kehilangan wibawanya.
00:18:55
Konflik Ambon yang pecah pada awal
00:18:59
1999 menjadi salah satu tragedi
00:19:01
kemanusiaan terbesar dalam sejarah
00:19:03
Indonesia pasca reformasi. Bentrokan
00:19:06
antara kelompok muslim dan Kristen yang
00:19:08
awalnya dipicu oleh pertikaian kecil di
00:19:11
terminal Batu Merah dengan cepat meluas
00:19:13
menjadi perang komunal berskala besar.
00:19:16
Dampaknya sangat luas meliputi kerusakan
00:19:18
fisik, penderitaan manusia, kehancuran
00:19:21
sosial, dan luka psikologis yang dalam.
00:19:24
Korban jiwa jatuh dalam jumlah yang
00:19:26
sangat besar mencakup anak-anak,
00:19:28
perempuan hingga orang lanjut usia.
00:19:31
Banyak yang terbunuh secara kejam di
00:19:33
jalanan, di dalam rumah, bahkan di
00:19:35
tempat ibadah. Selain yang meninggal,
00:19:38
tak terhitung jumlah orang yang terluka
00:19:40
akibat kekerasan fisik, senjata tajam,
00:19:43
tembakan, maupun luka bakar dari
00:19:45
bangunan yang dibakar. Rumah sakit
00:19:47
kewalahan menangani para korban.
00:19:50
Sementara obat-obatan dan tenaga medis
00:19:52
sangat terbatas. Ratusan ribu warga
00:19:55
terpaksa meninggalkan kampung halaman
00:19:57
mereka. Mereka kehilangan rumah, harta
00:20:00
benda, dan seringkiali juga anggota
00:20:02
keluarga. Para pengungsi hidup dalam
00:20:04
kondisi memprihatinkan di tenda-tenda
00:20:07
darurat, barak-barak sementara, bahkan
00:20:09
hutan dan pulau-pulau terdekat. Akses
00:20:12
terhadap makanan, air bersih, dan
00:20:14
layanan kesehatan sangat terbatas
00:20:17
sehingga memperparah penderitaan mereka.
00:20:20
Infrastruktur Kota Ambon dan wilayah
00:20:22
sekitarnya hancur parah. Ribuan rumah
00:20:24
warga dibakar. Begitu pula sekolah,
00:20:26
pasar, kantor pemerintahan, masjid,
00:20:29
gereja, dan jembatan.
00:20:31
Jalan-jalan menjadi sepi dan mencekam.
00:20:34
Kota dulunya hidup dan dinamis berubah
00:20:36
menjadi kawasan yang porak-poranda,
00:20:38
sunyi, dan penuh
00:20:43
ketakutan. Pada puncak konflik Ambon
00:20:46
tahun
00:20:48
1999 hingga 2002, intensitas kekerasan
00:20:52
yang begitu besar akhirnya mendorong
00:20:54
pemerintah pusat turun tangan langsung
00:20:56
dalam proses perdamaian. Proses ini
00:20:58
berlangsung cepat bahkan terbilang
00:21:01
sangat singkat jika dibandingkan dengan
00:21:03
standar umum perjanjian damai di wilayah
00:21:05
konflik. Puncaknya adalah
00:21:07
penandatanganan perjanjian damai Malino
00:21:09
Kedua pada 11 Februari 2002 yang
00:21:12
dilangsungkan di pegunungan Malino,
00:21:14
Sulawesi Selatan. Dua tokoh penting dari
00:21:17
pemerintah pusat yang memimpin proses
00:21:20
ini adalah Susilo Bambang Yudoyono. Saat
00:21:22
itu menjabat sebagai Menteri Koordinator
00:21:25
Bidang Politik dan Keamanan serta Jusuf
00:21:27
Kala, Menteri Koordinator Kesejahteraan
00:21:29
Rakyat.
00:21:31
Jusuf Kala kemudian meminta Gubernur
00:21:33
Maluku untuk menunjuk masing-masing satu
00:21:35
perwakilan dari komunitas muslim dan
00:21:37
Kristen. Kedua perwakilan ini lalu
00:21:40
membentuk delegasi yang lebih besar
00:21:42
terdiri dari 35 orang muslim dan 34
00:21:46
orang Kristen. Total 69 orang ini
00:21:49
dikumpulkan dan difasilitasi untuk
00:21:52
berdialog di Malino selama 3 hari. Namun
00:21:55
proses yang serba cepat ini menyisakan
00:21:57
persoalan. Tidak ada waktu yang cukup
00:21:59
untuk melibatkan komunitas secara luas
00:22:02
dan bahkan para pemimpin agama tidak
00:22:04
dilibatkan dalam konsultasi publik.
00:22:06
Akibatnya sebagian kelompok masyarakat
00:22:09
merasa bahwa perwakilan yang hadir tidak
00:22:11
benar-benar mencerminkan aspirasi
00:22:13
mereka. Meski pemerintah pusat dan
00:22:16
daerah telah berupaya menyeimbangkan
00:22:18
jumlah perwakilan dari masing-masing
00:22:20
komunitas, mereka belum cukup
00:22:22
memperhatikan kredibilitas dan kapasitas
00:22:24
para delegasi tersebut. Tidak semua dari
00:22:27
mereka memiliki otoritas untuk
00:22:29
menegakkan kesepakatan di lapangan.
00:22:32
Walau begitu, Perjanjian Malino I tetap
00:22:34
menjadi tonggak penting. Ia menandai
00:22:37
berakhirnya konflik secara formal dan
00:22:39
menunjukkan adanya kemauan politik yang
00:22:41
kuat untuk menghentikan kekerasan.
00:22:44
Berbeda dengan Malino 1 yang hanya
00:22:46
berupa deklarasi, Malino 2 adalah
00:22:49
perjanjian damai yang bersifat lebih
00:22:51
konkret dan mengikat. Kalau kalian
00:22:54
tertarik membaca isi lengkap perjanjian
00:22:56
Malino 2, admin sudah sediakan link
00:22:58
sumbernya di
00:23:00
[Musik]
00:23:02
deskripsi. Konflik Ambon bukan hanya
00:23:05
soal pertikaian antara dua kelompok
00:23:07
agama, tetapi gambaran kompleks tentang
00:23:09
bagaimana politik, ekonomi, sejarah, dan
00:23:12
identitas bisa saling bertabrakan dalam
00:23:14
ruang sosial yang rapuh. Dari konflik
00:23:17
ini kita belajar bahwa luka lama yang
00:23:19
tak pernah disembuhkan, ketidakadilan
00:23:21
yang dibiarkan, serta manipulasi oleh
00:23:24
kepentingan tertentu bisa berubah
00:23:26
menjadi bencana kemanusiaan. Namun di
00:23:28
balik tragedi selalu ada harapan. Upaya
00:23:31
rekonsiliasi, dialog antar umat, dan
00:23:34
kerja keras banyak pihak membuktikan
00:23:36
bahwa damai bukan mustahil. Kita semua
00:23:39
punya peran untuk menjaga persatuan,
00:23:41
menolak kekerasan, dan membangun
00:23:43
Indonesia yang adil dan inklusif bagi
00:23:45
semua. Karena sejarah seharusnya bukan
00:23:48
untuk dilupakan, melainkan untuk
00:23:49
dipelajari agar tidak terulang
00:23:53
kembali. Itulah yang bisa admin
00:23:55
sampaikan. Jika terdapat kesalahan,
00:23:58
admin mohon maaf ya. Terima kasih bagi
00:24:01
kalian yang sudah nonton sampai habis.
00:24:04
Sampai jumpa lagi di video selanjutnya.
00:24:06
Semoga kita selalu diberikan kesehatan,
00:24:09
kebahagiaan, rezeki yang banyak, dan
00:24:11
berkah.
00:24:13
[Musik]
00:24:14
Yeah.