00:00:00
Kita mau menyelamatkan anak-anak, tapi
00:00:02
gimana? Gurunya sendiri harus
00:00:04
diselamatkan. Jadi guru itu untuk
00:00:06
mengejar administrasi demi karir atau
00:00:09
jadi guru itu sebenarnya penerang
00:00:11
kegelapan program baru sekalipun, tapi
00:00:14
kalau didekati dengan pendekatan lama,
00:00:18
cara-cara budaya yang lama, maka tidak
00:00:21
akan melahirkan sebuah kebaruan dan
00:00:23
gagasan genuin. Bukan kurikulum, bukan
00:00:25
kebijakan. Gurunya, gurunya. Kenapa Pak
00:00:28
Rizal kok malah ngurusi guru-guru ini?
00:00:30
Apa sih yang Bapak cari? Saya lahir kan
00:00:33
karena orang
00:00:49
tua. Halo teman-teman GSM di mana pun
00:00:53
berada. Selamat datang di Gerakan
00:00:56
Sekolah Menyenangkan. Hari ini kita
00:00:58
berada di Sekolah Alam Bukit Akasiah
00:01:01
Kabupaten Sumedang. Kita bersama dengan
00:01:04
narasumber utama kita nih di Ngaji
00:01:06
Pendidikan Gerakan Sekolah Menyenangkan,
00:01:09
Bapak Muhammad Nurizal PhD. Halo, Bapak.
00:01:12
Selamat siang, Pak. Selamat siang,
00:01:14
gimana kabarnya? Sehat, Pak.
00:01:15
Alhamdulillah. Alhamdulillah. Selamat
00:01:17
datang di Jawa Barat, ya. Iya. Kelihatan
00:01:20
fresh. Iya. Karena lingkungannya juga
00:01:23
mendukung kaget bisa sampai ke sini ya.
00:01:25
Enggak kepikiran nyampai ke Sumedang di
00:01:28
sebuah bukit yang indah, sejuk. Dan Pak
00:01:31
Rizal sadar enggak sih kita itu
00:01:33
frekuensinya kayak sama
00:01:35
ya? W warnanya kita loh kita enggak
00:01:38
janjian sebenarnya ya. Katanya wong kang
00:01:40
saleh kumpulo. Nah kita tidak mengatakan
00:01:43
saleh ya. Wong kang sefrekuensi kumpulo.
00:01:46
Enggak janjian kan Pak? Enggak janjian.
00:01:48
Oke, Teman-teman. Hari ini juga saya
00:01:50
ditemani dengan ee seorang guru
00:01:53
inspiratif dari Kabupaten Semarang,
00:01:56
pegiat KSM juga ya, Pak Muhammad Ali
00:01:59
Sadikin. Selamat siang, Pak Ali. Selamat
00:02:01
siang, Teteh. Kita sudah siap ya untuk
00:02:03
mencecar Bapak nih. Kita culik ya. Kita
00:02:06
culik dari sesi ngaji pendidikan. Iya.
00:02:09
Ayanya dari mana kan? Oh iya, aku dari
00:02:12
pegiat GSM Cirebon Raya gitu. dua-duanya
00:02:17
ini sudah melalang buat se Indonesia
00:02:19
kayaknya. Amin.
00:02:21
Ini berkat GSM, Pak. Kalau menurut saya
00:02:24
ee apa semua yang GSM ajarkan pada kita
00:02:28
ya, value-value GSM. Alhamdulillah kita
00:02:31
bisa sebarkan ke teman-teman dan
00:02:33
mudah-mudahan bisa berdampak lebih
00:02:34
banyak ya. Syukur kalau gitu. Oke, Pak,
00:02:37
kita mau nanya apa nih sama Bapak nih
00:02:38
mumpung ada di sini? Iya, mungkin kita
00:02:40
koneksikan dengan ee judul ngaji
00:02:42
pendidikan di bulan Februari ini. Heeh.
00:02:45
itu, Pak. Ee judulnya adalah guru,
00:02:49
penyelamat atau penonton generasi masa
00:02:51
depan. Iya. I kalau kita mau pikir-pikir
00:02:54
ya, Pak ya, pertanyaan itu pasti kita
00:02:57
akan jawabnya penyelamat dong. Betul.
00:02:59
Betul. Nah, kalau kita sudah tahu kita
00:03:01
akan menjadi seorang penyelamat masa
00:03:02
depan, terus kenapa isu itu dibawa oleh
00:03:05
GSM? Iya. Pertanyaan itu dibawa.
00:03:08
Kata Sokrates itu kan kita harus selalu
00:03:10
mempertanyakan diri kita terus toh.
00:03:13
Makanya apakah betul kita menganggap
00:03:15
sudah jadi penyelamat atau sekedar
00:03:17
penonton tapi pura-pura mengaku jadi
00:03:20
penyelamat? Nah, itu saya pikir ee
00:03:24
materi ini mungkin ingin mengingatkan
00:03:26
itu. Apakah betul kita sudah jadi
00:03:28
penyelamat atau sekedar penonton tapi
00:03:31
tidak memahami atau tidak menyadarinya.
00:03:34
Berarti kan kita harus tahu generasi ke
00:03:37
depan itu kebutuhannya apa. Generasi ke
00:03:39
depan itu ingin membawa bangsa kita ke
00:03:42
mana. Apalagi 2045 kita punya cita-cita
00:03:47
Indonesia emas 100 tahun dan apakah
00:03:50
potret data-data kita sudah menuju ke
00:03:53
sana atau tidak? Kalau tidak kita ada
00:03:56
upaya apa yang harus bisa kita lakukan.
00:03:58
Nah, saya pikir saya lebih mengajak
00:04:01
untuk introspeksi ke sana. Oke. Tadi
00:04:04
Bapak mengatakan introspektif ya, Pak
00:04:06
Ali ya. Introspeksi mendalam dari kaitan
00:04:09
ngaji pendidikan juga tadi.
00:04:11
Alhamdulillah banyak guru-guru yang
00:04:12
tersadar, tertampar, terbakar gitu ya.
00:04:16
Tapi mungkin bingung implementasinya di
00:04:19
sekolah tuh seperti apa agar bisa
00:04:21
menjadi penyelamat bangsa ini, Pak.
00:04:25
Kalau yang paling mudah orang yang tidak
00:04:28
tahu dan bingung itu berarti kan harus
00:04:31
pengin mencari tahu terus-menerus ya.
00:04:34
Gampangannya gitu. Nah, cara mencari
00:04:37
tahu itu ya bisa banyak hal. Bisa baca
00:04:39
buku, bisa banyak baca sejarah sehingga
00:04:41
tahu akar akar persoalan dan
00:04:44
permasalahan. termasuk baca-baca buku
00:04:47
yang bisa memprediksi tentang bumi masa
00:04:50
depan itu seperti apa, persoalan yang
00:04:53
akan kita hadapi ke depan itu gimana,
00:04:56
ada yang bilang tentang climate change,
00:04:58
global warming, krisis air, krisis
00:05:00
pangan, krisis krisis makanan, krisis
00:05:04
energi dan seterusnya. Lalu kita sebagai
00:05:07
guru itu di dalam mengajar sudah ke sana
00:05:10
atau belum?
00:05:11
Apakah kita betul-betul menyadarkan
00:05:14
anak-anak kita untuk menyiapkan
00:05:16
kemungkinan krisis yang terjadi di masa
00:05:18
depan atau belum? Itu misal, itu misal
00:05:20
ya. Atau mungkin ada krisis yang lain
00:05:23
yang sedang kita hadapi tentang
00:05:25
penggunaan teknologi di mana teknologi
00:05:28
itu sudah sedemikian pesat
00:05:30
perkembangannya. Ada artificial
00:05:32
intelligence di mana kemampuan teknologi
00:05:35
sudah menyerupai dan bahkan melebihi
00:05:37
kemampuan kecerdasan manusia. Nah, nanti
00:05:40
ke depan berarti kan akan ada benturan
00:05:42
antara peradaban antara ini manusia
00:05:45
betulan atau manusia robot. Berarti
00:05:47
kemungkinan kan yang terjadi bukan lagi
00:05:50
benturan gap kecerdasan, tapi gap
00:05:52
spiritualitas.
00:05:54
E spiritualitas tentang eksistensi kita
00:05:57
sebagai manusia itu kan akan terjadi
00:05:59
benturan. Nah, guru-guru menyadari itu
00:06:01
enggak. Seumpama kita itu menganggap
00:06:04
belum tahu. Tapi kalau kita sudah tahu,
00:06:06
pertanyaannya apa yang sudah kita
00:06:09
siapkan meskipun hanya dari ruang kelas
00:06:12
misalnya kan tidak harus ya kita itu
00:06:14
jadi penguasa atau jadi apa untuk
00:06:17
mengubah keadaan ya ubah aja kita kira
00:06:20
dari kelas tuh apa menarasikan tentang
00:06:23
apa keadaan di masa depan lalu
00:06:25
menyiapkan diri misalnya gitu.
00:06:28
Eu saya melihat kok dari jawaban tadi
00:06:31
ternyata apakah ini menjadi beban ya
00:06:34
bagi guru dalam lingkup kecil sebuah
00:06:37
ekosistem pendidikan. Tapi saya akan
00:06:39
mengangkat lebih luas ketika Pak Rizal
00:06:42
memandang konteks pendidikan itu sebagai
00:06:44
untuk membangun peradaban tadi kan
00:06:45
kebutuhan siswa ke depan macam-macam.
00:06:47
Kira-kira itu kan tidak lepas dari
00:06:49
peradaban nanti ke depan
00:06:51
seperti apa Pak Rizal memandang konteks
00:06:53
pendidikan sebagai ee salah satu unsur
00:06:56
untuk membangun peradaban ke depan?
00:06:58
Heeh. pendidikan tuh kan kata Ki Hajar
00:07:01
atau kata banyak ee fcurolog masa lalu,
00:07:05
Sokrates, Plato itu kan ee adalah proses
00:07:11
yang membuat kita sebagai manusia itu ee
00:07:15
menjadi
00:07:16
tahu untuk memahami bagaimana dunia dan
00:07:19
alam ini bekerja. lalu kemudian mencari
00:07:24
tahu untuk menemukan problem solving,
00:07:27
persoalan tentang kejadian-kejadian atau
00:07:31
permasalahan yang ada di kehidupan ini
00:07:33
dengan teknologi, dengan inovasi, dengan
00:07:36
metodologi dan sebagainya. Jadi
00:07:39
pendidikan itu kan membuat orang dari
00:07:42
tidak tahu menjadi tahu. Nah, sehingga
00:07:46
kalau kita bicara peradaban, peradaban
00:07:48
itu kan adalah proses imajinasi manusia
00:07:52
untuk
00:07:53
membentuk pola kehidupan yang
00:07:55
diinginkannya.
00:07:57
Zaman dulu mungkin kehidupannya baru
00:07:59
zaman batu atau mungkin zaman berburu.
00:08:03
Lalu kita menemukan alat pertanian kita
00:08:06
kemudian bisa menetap kemudian bisa
00:08:08
bertani. Ketika bertani berarti yang
00:08:11
tadinya cara berkehidupannya berburu
00:08:14
menjadi cara kehidupan bertani yang
00:08:15
harus menetap sehingga tata susila, hak
00:08:18
asasi dan sebagainya itu mengemuka. Lalu
00:08:21
kita menemukan teknologi listrik
00:08:24
mengakibatkan terjadi revolusi industri
00:08:26
ya. uap listrik mengakibatkan orang
00:08:30
berpindah peradabannya dari peradaban
00:08:32
agraris ke peradaban
00:08:34
industrialisasi. Berarti kan kemudian
00:08:36
terjadi perubahan skill orang-orang
00:08:38
bertani menjadi skill-nya harus bisa
00:08:41
membaca, tulis, hitung agar bisa menjadi
00:08:43
tenaga kerja di
00:08:45
industri-industri. Maka terjadi proses
00:08:47
perubahan sekolah, proses perubahan
00:08:50
kebudayaan dan sebagainya. Lalu kemudian
00:08:52
tercipta chips komputer yang membuat
00:08:55
setiap individu manusia bisa menjadi
00:08:58
kantor. Yang tadinya manusia hanya bisa
00:09:01
melakukan satu dua pekerjaan gara-gara
00:09:03
ada Microsoft, MS Office. Manusia bisa
00:09:06
membuat PowerPoint, manusia bisa membuat
00:09:09
Excel untuk menghitung, manusia bisa
00:09:11
mengetik dengan cepat dengan MSW.
00:09:13
Manusia bahkan bisa membuat video dengan
00:09:15
lebih mudah sehingga manusia menjadi
00:09:17
makhluk yang lebih berdaya dari
00:09:19
sebelumnya. I. Jadi satu individu
00:09:21
manusia itu seolah-olah seperti 10
00:09:24
individu manusia di zaman lama gara-gara
00:09:27
ada chips komputer. Lalu sekarang ada
00:09:29
artificial intelligence. manusia
00:09:31
membangun peradaban di mana AI ini kalau
00:09:34
kawin dengan bioengineering, kawin
00:09:37
dengan biologis itu bisa merekayasa DNA
00:09:39
genetik manusia sehingga manusia bisa
00:09:42
mereproduksi dan meregenerasi sel
00:09:45
sehingga sel itu tidak pernah rusak
00:09:46
sehingga manusia kemungkinan akan hidup
00:09:49
berumur panjang mungkin 200 tahun 300
00:09:51
tahun sehingga peradaban berubah lagi
00:09:54
sehingga persoalan yang terjadi juga
00:09:56
berubah lagi. Nah, sehingga alat apa
00:09:59
yang paling mungkin untuk memahami dunia
00:10:01
ini bekerja? Satu-satunya adalah
00:10:03
pendidikan. Pendidikan menurut saya.
00:10:06
Oke, Pak. Menarik sekali. Kita bisa
00:10:09
lebih dalam nih ya. Eh, aku nih ee tadi
00:10:13
ini paradoks banget nih, Pak. Iya. tadi
00:10:16
Bapak mengatakan peradaban itu kan terus
00:10:18
berkembang, berubah di zaman yang serba
00:10:21
canggih, teknologi yang semakin maju
00:10:23
saat ini. Bapak sampaikan tadi ee apa
00:10:27
namanya gambarannya gitu. Tapi tadi
00:10:29
ketika diaji pendidikan ada seorang guru
00:10:32
bertanya kan, "Pak, iya kita mau
00:10:35
menyelamatkan anak-anak tapi gimana?
00:10:37
Gurunya sendiri harus diselamatkan
00:10:39
gitu." Iya. I gurunya sendiri tersandra
00:10:42
gitu, Pak. oleh belenggu administrasi
00:10:45
lah, oleh belenggu rutinitas lah. Kes
00:10:49
kayak gimana nih, Pak, memandang
00:10:50
paradoks di lapangan seperti
00:10:53
ini? Ya, enggak mudah ya ini.
00:10:57
Tapi ee
00:11:00
gini, sebenarnya persoalan administrasi
00:11:03
itu kan bisa diselesaikan juga dengan
00:11:05
administrasi ya. Ya. Dan saya pikir ada
00:11:08
banyak alat teknologi yang bisa membantu
00:11:10
guru untuk mempermudah menyelesaikan
00:11:14
administrasi. Bahkan kita juga mengenal
00:11:16
kan budaya copy paste antara teman satu
00:11:19
dengan teman yang lain. Jadi sebenarnya
00:11:23
persoalan administrasi itu bukan
00:11:24
persoalan yang sulit sebenarnya. Oke.
00:11:27
Tapi yang sulit itu mental terjajah
00:11:29
untuk lepas dari ketergantungan pikiran
00:11:32
lama. Oke. Yang
00:11:34
sebenarnya persoalan yang kita hadapi
00:11:37
ini pikiran lama yang sudah menjadi
00:11:39
dogma yang dipercayai dan kalau kita
00:11:43
tidak melakukan itu seolah-olah
00:11:45
melanggar dan dosa. Padahal peradaban
00:11:48
dan kebudayaan ini berubah. Maka
00:11:50
proses-proses administrasi dan proses
00:11:54
itu pun juga bisa berubah. Nah, cuma
00:11:57
kita mau mengubah pikiran lama kita yang
00:11:59
sulit. Nah, sehingga yang kita lakukan
00:12:02
di GSM adalah mengembalikan the first
00:12:05
principle thinking itu apa? Jadi guru.
00:12:09
Jadi guru itu untuk mengejar
00:12:11
administrasi demi karir atau jadi guru
00:12:14
itu
00:12:15
sebenarnya jadi penerang kegelapan? Ya,
00:12:19
gu itu kan penerang, ru itu eh ee
00:12:22
pemusnah ya. Gu itu ru itu kegelapan.
00:12:24
Jadi pemusnah kegelapan dari anak yang
00:12:27
tidak tahu menjadi tahu. Nah, kalau kita
00:12:30
sibuk ngurus administrasi walaupun itu
00:12:32
tidak salah lalu kita lupa untuk
00:12:34
mengajar murid, apakah itu makna guru
00:12:37
yang sebenarnya? Oke. Jadi, GSM itu
00:12:40
selalu ingin mengembalikan kepada
00:12:43
individu guru itu. Jadi, orientasi
00:12:45
hidupmu tuh apa ketika jadi guru? Apakah
00:12:48
kamu sudah mencapai tujuan mulia hidupmu
00:12:51
sebagai guru atau sekedar menggugurkan
00:12:53
kewajiban? Sebenarnya itu dulu yang yang
00:12:56
diajak untuk merenung guru-guru itu.
00:12:59
Kalau itu sudah menancap di
00:13:02
sanubari, kami meyakini guru itu akan
00:13:05
bisa menemukan jalannya sendiri. He.
00:13:08
Ketika ini kan sudah ke guru nih ya tadi
00:13:10
e globalnya pendidikan. Ternyata peran
00:13:13
guru itu ketika pendidikan tadi
00:13:15
dihubungkan dengan kebudayaan
00:13:16
sangat-sangat penting sekali bahwa
00:13:18
pendidikan itu bisa membangun kebudayaan
00:13:20
ee peradaban bangsa kini. Berarti kalau
00:13:23
di dalamnya itu ada guru nih lah peran
00:13:26
guru berarti kan sangat krusial Pak ke
00:13:29
mana bangsa Indonesia ini seperti apa
00:13:31
bangsa yang yang gotong-royong yang
00:13:33
keluarga itu bangsa seperti apa ini ada
00:13:35
pada tangan tangan guru termasuk saya
00:13:37
gini lah membangun kesadaran itu gitu
00:13:39
loh tidak hanya sekedar mekanistik ee
00:13:42
apa yang menjadi tugasnya tapi melampaui
00:13:44
itu saya itu akan membangun peradaban
00:13:46
bangsa ini. Gimana, Pak? Kalau dari dari
00:13:48
Pak Rizal, kata filsuf, kacamata itu
00:13:52
akan tampak jadi kacamata kalau berjarak
00:13:55
dengan
00:13:56
mata. Kalau kacamata itu menempel tepat
00:13:59
di mata, tidak tampak itu
00:14:02
kacamata. Tapi begitu ada jarak sedikit
00:14:04
saja dari kacamata, maka itu adalah
00:14:07
kacamata yang bisa jadi alat bantu bagi
00:14:09
kita yang membutuhkan. Berarti apa?
00:14:12
Kalau guru sudah terjebak pada sistem
00:14:14
rutinitas seperti itu, maka agar bisa
00:14:17
menyadari harus berjarak dengan
00:14:19
ekosistem yang lama. Hm. Berjarak dengan
00:14:24
membuat jarak agar bisa sempat merenungi
00:14:28
dan memahami apakah aku sudah
00:14:30
benar-benar menjalankan tugas mulia
00:14:33
sebagai guru.
00:14:35
Selalu melakukan selalu melakukan
00:14:37
perubahan.
00:14:38
GSM itu mudah-mudahan kita harapkan
00:14:42
hadir untuk menjadi rumah pergerakan
00:14:45
bagi guru-guru yang gelisah dan kemudian
00:14:48
punya jarak terhadap keadaan yang ada di
00:14:51
dekatnya. Karena kalau kita enggak
00:14:53
berjarak, kita tidak tahu apakah kita
00:14:55
itu benar atau salah. Maka kita
00:14:57
berjarak. Makanya coba dilihat para
00:14:59
pendobrak itu selalu pergi dari luar
00:15:02
negeri kemudian balik kembali lalu dia
00:15:05
membangun peradaban atau membangun
00:15:06
dobrakan pemikiran pasti tuh Tan Malaka
00:15:10
apa
00:15:12
ee Agus Salim Ci Hajar Dewantoro, Sosro
00:15:17
Kartono hampir semua selalu pernah
00:15:21
berjarak dengan negerinya lalu kemudian
00:15:23
kembali ke negerinya untuk membangun
00:15:25
negerinya dengan caranya masing-masing.
00:15:27
ya kita tidak bicara benar salah atau
00:15:30
ini terlarang atau tidak. Saya tidak
00:15:32
masuk ke dalam jebakan politik seperti
00:15:34
itu. Tapi selalu berjarak. Maka guru itu
00:15:38
untuk menemukan kemuliaan dirinya harus
00:15:41
berjarak dengan keadaan. Cara
00:15:44
berjaraknya ya berkumpul dengan
00:15:46
orang-orang yang punya kegelisahan dan
00:15:48
frekuensi. Nah, kalau menemukan di
00:15:51
komunitas A silakan di komunitas A
00:15:53
enggak apa-apa. Lakukan itu terus. di
00:15:55
komunitas B juga lakukan itu terus. Nah,
00:15:58
makanya GSM itu menawarkan alternatif.
00:16:01
Mudah-mudahan itu bisa menjadi komunitas
00:16:04
yang bisa menciptakan jarak. Ketika
00:16:07
jarak itu terjadi, lalu guru bisa
00:16:10
meneropong dari luar atau dari setengah
00:16:13
luar. Lalu dia menemukan, "Oh, aku
00:16:16
kurang ini. Aku harusnya begitu."
00:16:18
Menarik tadi ada ada dua nih yang yang
00:16:19
harus kita perdalam. ada rumah
00:16:21
pergerakan dan yang satunya saya masih
00:16:23
pengin penasaran dengan guru tadi gitu
00:16:24
loh. Ketika pemerintah juga sudah banyak
00:16:27
melakukan ee apa namanya intervensi ee
00:16:31
menyelesaikan permasalahan melalui guru
00:16:34
pelatihan-pelatihan bahkan bermodalkan
00:16:36
anggaran besar besar gitu loh. Tapi
00:16:38
ternyata kita juga melihat teman-teman
00:16:40
yang masuk di dalamnya itu ternyata tadi
00:16:43
masih masih merasa e tidak mampu atau
00:16:47
kurang mampu atau bahkan sekarang
00:16:48
menjadi pasif aja gitu. Ee itu apa yang
00:16:51
salah, Pak Rizal?
00:16:54
Ada
00:16:55
teori
00:16:57
ee prismatik, masyarakat prismatik saya
00:17:00
lupa W Rick namanya eh penelitinya itu
00:17:04
mengatakan terkadang masyarakat e
00:17:07
berkembang itu akan terjebak pada
00:17:09
masyarakat prismatik. Apa itu masyarakat
00:17:11
prismatik? Ketika ada sinar, satu sinar
00:17:14
di prisma yang baik, dia akan di ee
00:17:16
pendarkan menjadi banyak sinar. Satu
00:17:18
sinar itu mencerminkan masyarakat
00:17:21
tradisional. Banyak sinar itu
00:17:23
mencerminkan masyarakat modern. Jadi
00:17:26
prisma itu karena punya kejernihan ya
00:17:30
itu bisa memendarkan satu sinar menjadi
00:17:32
banyak cahaya. Nah, masalahnya di negara
00:17:36
berkembang prisma itu keruh terkadang
00:17:40
sehingga prismanya keruh. ekosistem
00:17:42
sistem di situ kerus sehingga dia tidak
00:17:44
bisa memendarkan satu sinar itu menjadi
00:17:47
banyak sinar yang melambangkan
00:17:48
modernitas. Heeh. Apa maksud keruh itu?
00:17:51
Keruh itu adalah keruh pikiran dan cara
00:17:53
pandang. Artinya apa?
00:17:56
program baru sekalipun, intervensi
00:17:59
modern sekalipun, tapi kalau didekati
00:18:03
dengan pendekatan lama, cara-cara budaya
00:18:06
yang lama, maka tidak akan melahirkan
00:18:08
sebuah kebaruan dan gagasan genuin. Yang
00:18:11
lahir hanya rutinitas dan formalitas.
00:18:14
Meskipun dasar filosofisnya bagus, iya
00:18:17
bisa saja dia tidak pakai dasar
00:18:18
filosofis. Dia hanya pakai tujuan saja
00:18:21
yang orientasinya memang untuk program.
00:18:24
Jadi pendekatannya programatik bukan
00:18:26
pendekatannya adalah demokratisasi
00:18:28
gagasan dan ide melalui intervensi. Itu
00:18:31
berkeberlanjutan terus. berlanjutan
00:18:33
terus yang itu sebenarnya pemantik saja
00:18:36
dan itu kemudian akan bisa melahirkan
00:18:37
gagasan-gagasan baru dan
00:18:39
mendemokratisasi dalam sistem demokrasi
00:18:42
yang baru itu tampaknya di kita
00:18:45
sepertinya banyak peneliti yang
00:18:47
mengatakan belum terjadi. Saya tidak
00:18:50
mengatakan tidak, karena kita kan harus
00:18:52
berupaya untuk bisa terjadi, belum
00:18:55
terjadi sehingga anggaran kita besar ya
00:18:58
kita kan kalau enggak salah sekarang
00:18:59
600700 triliun anggaran pendidikan
00:19:01
meskipun tidak semuanya dikandut ya.
00:19:04
Saya enggak tahu pemangkasan anggaran
00:19:05
ini berapa. Teman-teman saya yang di
00:19:08
kampus itu mengatakan efisiensi untuk
00:19:10
perguruan tinggi katanya sekitar 22
00:19:12
triliun kepotong persisnya. Saya enggak
00:19:14
tahu ya di Kendigbut berapa. Sehingga
00:19:16
ini yang dikhawatirkan teman-teman,
00:19:18
apakah nanti berdampak pada aktivitas
00:19:20
riset dan sebagainya. Lalu saya bilang
00:19:22
ke teman saya, "Untuk apa anggaran besar
00:19:24
kalau orientasinya salah? Untuk apa
00:19:26
anggaran besar kalau sasarannya salah?"
00:19:29
untuk apa juga anggaran besar kalau cara
00:19:32
mengerjakannya tidak dengan cara pikir
00:19:34
yang baru. Nah, sehingga menurut saya
00:19:37
sekarang persoalannya adalah di
00:19:39
membangun cara pikir baru. Oke. Nah,
00:19:41
pendidikan menurut saya adalah senjata
00:19:44
paling ampuh untuk menciptakan cara
00:19:45
pikir baru. Apakah ini sejalan dengan
00:19:48
tadi yang disampaikan oleh Bapak ketika
00:19:50
ngaji pendidikan? Eh, Bapak tuh kan
00:19:52
sampaikan pemikiran dan perjuangan dari
00:19:55
tiga tokoh e tadi Tanaka Diponegoro dan
00:19:58
Kartini bahwa perjuangan mereka sampai
00:20:01
dikenang banyak orang sampai hari ini
00:20:03
itu bergerak berdasarkan keresahan.
00:20:06
Betul apa yang terjadi di sekeliling
00:20:08
mereka. Tiga orang tadi yang sampaikan.
00:20:10
Kemudian respek terhadap diri sendiri.
00:20:13
dia tidak mau menjatuhkan orang lain,
00:20:16
tidak mau dijatuhkan, tidak mau dia
00:20:18
diinjak, tapi juga dia tidak mau
00:20:20
menginjak orang. Apakah pemikiran Bapak
00:20:22
itu mengajak guru-guru itu ke sana
00:20:25
sesuai dengan fenomena yang tadi Bapak
00:20:27
sampaikan ee di bangsa kita? Iya. Iya.
00:20:31
Karena orang merdeka enggak perlu
00:20:32
merdeka dengan menginjak orang lain. Itu
00:20:35
kolonialis merdeka dengan menginjak
00:20:37
orang lain. Itu namanya orang merdeka
00:20:39
dia tidak butuh orang lain, tapi dia mau
00:20:41
bekerja sama dengan orang lain. Nah,
00:20:44
konteks menginjaknya gimana, Pak? Kalau
00:20:46
dia menciptakan sistem yang justru malah
00:20:50
mengekang orang lain. Misalnya banyak
00:20:53
guru yang terkekang dengan sistem, kan?
00:20:55
Banyak kata katanya guru-guru sendiri
00:20:57
merasa terkekang. Berarti kalau kita
00:20:59
sebagai pemimpin kan harus merenung,
00:21:01
berarti sistem apa yang membuat agar
00:21:03
guru-guru ini tidak terketang? Itu dulu
00:21:05
kan juga diselesaikan mestinya tidak
00:21:07
sekedar hanya ganti kurikulum.
00:21:09
Jangan-jangan kalau ganti kurikulum
00:21:10
malah membuat guru-guru itu kebingungan
00:21:13
karena 5 tahun sebelumnya itu baru
00:21:15
adaptasi kemudian harus menerima
00:21:17
kurikulum baru sehingga guru kemudian
00:21:19
tidak tahu dan ke mana-mana blingsatan
00:21:23
enggak karuan. Nah, sehingga yang tidak
00:21:25
mengekang itu berarti oh berarti
00:21:26
jangan-jangan bukan kurikulumnya yang
00:21:28
harusnya kuganti ya. Jangan-jangan
00:21:30
sistem administrasinya dulu yang
00:21:32
kuganti. Bagaimana guru itu punya
00:21:35
keringanan di dalam menjalankan
00:21:37
administrasi. Tapi jangan berhenti
00:21:38
keringanan karena jangan-jangan guru itu
00:21:41
malas kalau hanya ringan saja. Berarti
00:21:43
kan harus menciptakan ekosistem apa yang
00:21:45
membuat guru itu jadi cinta belajar dan
00:21:48
mengajar. berarti tidak berhenti hanya
00:21:50
meringankan administrasi, tidak hanya
00:21:53
berhenti untuk tidak menuntut, tetapi
00:21:56
menciptakan ekosistem yang membuat guru
00:21:59
itu terus mau belajar dan cinta belajar.
00:22:02
Berarti kalau begitu ekosistem apa?
00:22:04
Ekosistem yang membuat orang itu cinta
00:22:06
berarti kan ekosistem yang membuat guru
00:22:08
itu menemukan dirinya dan sebagainya.
00:22:11
Caranya gimana? ketika belajar dari
00:22:13
sejarah itu tidak belajar dari materi
00:22:15
sejarah, tapi sebenarnya mengajak
00:22:17
guru-guru itu untuk menemukan akar
00:22:20
persoalan yang diperjuangkan oleh para
00:22:22
tokoh itu. Akar persoalannya apa?
00:22:25
berarti kita bisa belajar dari akar
00:22:27
persoalannya untuk diselesaikan hari ini
00:22:28
dengan cara hari ini. Kalau misalnya
00:22:31
Kartini akar persoalannya adalah
00:22:32
feodalisme,
00:22:35
patriarkisme yang ditanamkan oleh
00:22:37
Belanda dan bangsawan-bangsawan yang
00:22:39
mendukung kolonial pada saat itu, maka
00:22:42
jangan-jangan agar bisa kayak Kartini,
00:22:44
guru-guru yang terus mau membaca dan
00:22:46
kritis tetapi tidak harus menjatuhkan
00:22:48
orang lain, ya itu berarti membongkar
00:22:51
akar
00:22:52
feodalisme. berarti membongkar akar
00:22:55
sistem yang
00:22:57
menindas. Caranya gimana ya agar mudah?
00:23:00
Oh, enggak mungkin aku sendirian.
00:23:02
berarti harus kolaborasi dengan
00:23:03
kementerian lain, kolaborasi dengan
00:23:06
dinasinas yang lain, kolaborasi dengan
00:23:08
pemerintah daerah yang lain, atau
00:23:10
mungkin kolaborasi dengan civil society
00:23:12
yang sedang bergerak untuk
00:23:14
memperjuangkan itu. Tapi gini, Pali, aku
00:23:18
punya keresahan juga nih. kita
00:23:21
berganti-ganti kurikulum. Kemudian
00:23:23
kebijakan pemerintah sudah banyak
00:23:25
berganti-ganti demi untuk katanya
00:23:27
kesejahteraan guru, kemudian peningkatan
00:23:30
profesionalisme guru di lapangan gitu.
00:23:33
Nyatanya, Pak, itu tidak berdampak
00:23:35
banyak di lapangan untuk ee signifikan
00:23:38
melakukan perubahan pendidikan gitu loh,
00:23:40
Pak. ini sebenarnya guru-guru kita di
00:23:43
bawah ini kekurang siapan mereka
00:23:45
menerima kebijakan ataukah memang sistem
00:23:48
di kebijakan itu yang memang ee tidak
00:23:52
tepat sasaran gitu atau kurang dalam ee
00:23:56
membuat apa namanya kebijakan itu
00:23:58
regulasinya itu kayak enggak tepat gitu
00:24:01
gimana gitu. Ada yang mengatakan banyak
00:24:03
ada gap antara implementasi dan
00:24:05
kebijakan memang jadi kebijakannya
00:24:08
maksudnya A tapi implementasinya tidak.
00:24:11
misalnya kurikulum 2013 yang sebenarnya
00:24:14
tematik saintifik untuk membangun budaya
00:24:16
sains tidak lagi berbasis mata pelajaran
00:24:19
tapi basisnya tema yang didekati dengan
00:24:22
multidisiplin ilmu karena gurunya cara
00:24:24
pikirnya lama budayanya lama dan
00:24:27
pelatihannya tidak membentuk
00:24:30
multilateral thinking itu guru
00:24:32
mendekatinya dengan
00:24:35
cara lama akhirnya yang dipelajari tetap
00:24:38
bukan temanya tapi temanya dibag di
00:24:40
beberapa mata pelajaran. Akhirnya setiap
00:24:42
mata pelajaran diajarkan diajarkan
00:24:45
ulangan ujian di setiap mata pelajaran.
00:24:47
Dampaknya bukannya membangun budaya
00:24:49
ilmia tapi memberatkan. Memberatkan.
00:24:51
Karena satu ulangan ujian satu tema itu
00:24:54
bisa terdiri dari lima mata pelajaran.
00:24:56
Jadi anak-anak dan guru harus mengajar
00:24:58
menguji lima itu jadi lebih berat.
00:25:01
kebijakannya indah mungkin, tetapi
00:25:05
pelaksanaannya tidak sama karena ada gap
00:25:08
di situ. Ada gap dan gap itu lahir dari
00:25:11
apa? Manusianya, SDM-nya. Kalau
00:25:14
manusianya SDM-nya ini artinya dari
00:25:16
segala carutmarut atau permasalahan
00:25:19
pendidikan di Indonesia ini kalau
00:25:20
menurut Pak Risal atau GSM ini yang
00:25:22
paling mendasar yang harus diperbaiki
00:25:23
itu apa? Gurunya. Gurunya bukan
00:25:25
kurikulum, bukan kebijakan. Gurunya.
00:25:28
Gurunya.
00:25:29
Guru yang berjiwa merdeka, dia akan
00:25:32
meningkatkan kualitas dirinya sendiri
00:25:35
dan dia akan punya martabat untuk
00:25:37
memberi dampak bagi banyak orang. Dan
00:25:39
dia sadar agar bisa memberi dampak maka
00:25:41
kualitas dirinya harus meningkat maka
00:25:43
dia akan belajar sendiri. Maka ketika
00:25:45
ekosistem itu benar-benar dijalankan
00:25:47
oleh pemerintah, negara siapapun itu ya
00:25:51
pemerintahnya, guru itu akan bisa
00:25:54
mencari itu sendiri. Dan kalau ini
00:25:57
terjadi kurikulum apapun enggak masalah
00:26:00
karena gurunya aja enggak akan ada
00:26:03
kebingungan karena sang kurikulum itu
00:26:05
adalah gurunya itu dan ini saya pernah
00:26:08
ketemu sama Duta besar Indonesia dan
00:26:10
Vietnam waktu di Swedia saya mewakili
00:26:13
UGM saya lupa tahun berapa kalau enggak
00:26:15
salah sebelum COVID ya 2018 sekali saya
00:26:19
tanya itu dua duta besar itu di acara
00:26:22
kenapa kok pisanya Vietnam sama pisanya
00:26:25
nya Indonesia lebih tinggi Vietnam
00:26:28
sekarang ee karena padahal kan Vietnam
00:26:30
baru ikut yang Indonesia ee bilangnya
00:26:34
sudah buat kurikulum baru, sudah buat
00:26:37
model pelatihan guru yang baru,
00:26:39
menyampaikan itu. Saya enggak nanya lagi
00:26:42
karena oh ya berarti ya sudahlah tahunya
00:26:45
di situ. Yang Vietnam enggak kami
00:26:47
membuat perubahan program baru tapi yang
00:26:50
paling penting gurunya. Gurunya kenapa?
00:26:52
Karena sebagus apapun program itu kalau
00:26:54
tidak dijalankan oleh kualitas manusia
00:26:56
yang baik percuma maka kami fokus
00:27:00
empasiz pada guru karena kata dia guru
00:27:03
yang baik mengajar setahun ada yang
00:27:05
banyak bilang itu bagaikan 2 tahun tapi
00:27:09
guru yang tidak baik mengajar setahun
00:27:10
bagaikan setengah tahun dan itu terjawab
00:27:15
oleh kualitas visa kita di mana lulusan
00:27:18
S1 di Jakarta menurut TIA ini ya lembaga
00:27:21
Ois OD kemampuan literasinya di bawah
00:27:24
rata-rata literasi lulusan SMP di OACD.
00:27:29
OAECD itu negara-negara maju rarata. Ada
00:27:32
Australia, ada Eropa, Finlandia, ada
00:27:35
Swedia, Denmark dan sebagainya. Kalau
00:27:38
anak SMP itu berarti usia berapa? 7 8 9
00:27:42
kuliah itu berarti usia berapa? 4 ee
00:27:45
berapa tahun? 13 14 15 ya. ee
00:27:49
17. Iya. Berarti kan 78 * 2 kan 16 ya
00:27:53
berarti. Betul. Kemampuan guru yang
00:27:55
tidak baik ngajar setahun bagaikan
00:27:57
setengah tahun. Jadi sudah ngajar lulus
00:28:00
S1 berarti kan sudah berapa? 12 tahun
00:28:02
plus 4 tahun lah ya. 16 tahun lulusan S1
00:28:06
kan 16 tahun berarti lulusan SMP berarti
00:28:08
kan 9 tahun berarti. Betul separuhnya
00:28:11
separuhnya terkonfirmasi. Sekarang kalau
00:28:13
saya hubungkan nih dengan rumah
00:28:16
pergerakan tadi, gerakan komunitas
00:28:18
gerakan menyenangkan yang di mana di
00:28:20
dalamnya ada guru-guru untuk saling
00:28:22
belajar, saling berdinamika, saling
00:28:24
berbagi, saling menguatkan dan lainnya.
00:28:26
Pak Rizal menyebutnya sebagai rumah
00:28:28
pergerakan. Apa yang mendasari itu, Pak?
00:28:34
Kan guru ini kan bagi yang resah ya dan
00:28:36
mau bergerak melakukan perubahannya
00:28:38
sendiri kan
00:28:39
butuh wadah ya, tempat ya. tempat untuk
00:28:43
memulai dan kembali. Dan rumah itu kan
00:28:46
adalah tempat kita memulai aktivitas dan
00:28:49
kembali setelah beraktivitas. Sehingga
00:28:52
di rumah berarti kita ada kenyamanan, di
00:28:54
rumah ada ketenangan, kedamaian, tapi di
00:28:57
rumahlah kita memulai berimajinasi dan
00:29:00
memiliki harapan. Masa depan rumah yang
00:29:02
baik akan menciptakan harapan-harapan
00:29:04
baru bagi anak-anaknya dan keluarganya
00:29:07
itu sendiri. Nah, sehingga kalau GSM itu
00:29:10
jadi rumah pergerakan, harapan kita
00:29:12
mereka berani untuk memulai sesuatu
00:29:16
dengan mimpi dan harapannya dan memulai
00:29:18
dan kemudian tidak berakhir ya, tetapi
00:29:20
kadang kembali kalau capek dan jenuh dan
00:29:23
kemudian apa ee terrec energinya di
00:29:28
rumah sebagai perusahaan yang untuk
00:29:29
istirahat lalu rear kembali untuk
00:29:31
melakukan perubahannya. Karena apa?
00:29:34
untuk berjalan jauh ini butuh banyak
00:29:37
orang. Kalau mau menang-menangan jalan
00:29:40
sendirian. Tapi kan hanya seusia lomba
00:29:42
saja.
00:29:44
Lomba tuh usianya kalau pas lomba ya
00:29:46
begitu dia harus maraton dia cepat mati
00:29:49
dia. Suara iya prestasi. Iya lari cepat
00:29:54
bisa itu untuk lomba-lomba dan
00:29:56
sebagainya. Tapi kalau kita ingin
00:29:57
membangun peradaban kan butuh lama
00:29:59
maraton. Coba aja lari cepat-cepat di
00:30:01
maraton mati. Tapi Bapak seberapa yakin
00:30:03
dengan rumah pergerakan ini bisa
00:30:05
berdampak lagi guru-guru? Kalau kita
00:30:06
bertauhid kita harus selalu
00:30:09
yakin yakin gitu ya. Oke. Kayaknya ini
00:30:13
ya seru kalau mau ngob ngobrol sama Pak
00:30:15
Rizal itu enggak enggak apa selalu
00:30:17
kebiasaan di GSM itu enggak tahu waktu g
00:30:19
loh bahkan malam ini ngomong-ngomong Pak
00:30:21
Rizal dari sekian obrolan tadi dan saya
00:30:24
mengenal Pak Rizal ee selama ini Pak
00:30:26
Rizal itu seorang dosen gitu ya. I kalau
00:30:29
melihat dosen-dosen lain itu kok
00:30:31
mengejar apa ya, mengejar pangkat,
00:30:33
mengajar ee bahkan gelar profesor atau
00:30:36
apapun dengan menulis dengan ee
00:30:39
literasi-literasi yang apa
00:30:41
penelitian-penelitian gitu. Kenapa Pak
00:30:43
Rizal kok malah ngurusi guru-guru ini
00:30:46
ya? Meskipun Pak Rizal juga guru gitu.
00:30:48
Kenapa jauh ya sampai ke
00:30:50
Kalimantan-posok gitu ya?
00:30:53
menginspirasi banyak orang tuh gimana,
00:30:55
Pak? Apa yang Bapak apa sih yang Bapak
00:30:58
cari? Wah, ini di rumah. Iya. Enak
00:31:01
meroyek ya uang gitu. Teman-teman saya
00:31:05
lebih kaya dari saya meroyek sana sini
00:31:07
kan. Apalagi sekarang AI itu kan
00:31:09
berkembang luas ya. Jadi banyak dosen AI
00:31:12
dan saya kan dosen AI itu kan
00:31:14
berkembang. Tapi gini ya, saya lahir kan
00:31:17
karena orang
00:31:19
tua. Nah, maaf, maaf karena saya kedua
00:31:21
orang tua saya sudah
00:31:23
tiada. Saya itu punya prinsip ee dari
00:31:27
keluarga pesantren. Walaupun saya enggak
00:31:30
nyantri karena dibawa orang tua saya ke
00:31:32
Jogja sejak kecil, jadi enggak sempat
00:31:34
nyantri.
00:31:35
Saya itu disuruh untuk takut dan taat
00:31:38
sama orang tua.
00:31:41
Nah, sori. Orang tua saya itu sering
00:31:45
berpesan ee tirulah kakekmu walaupun
00:31:47
enggak bisa jadi
00:31:49
kiai. Apa orang yang selalu menyebarkan
00:31:52
ilmunya? Dan bapak saya itu selalu
00:31:54
bolak-balik itu ya ngomong ke saya,
00:31:58
"Sori sor
00:32:00
enggak bangga anaknya jadi siapat
00:32:04
punya jabatan, punya punya perayaan
00:32:08
enggak bangga saya saya menemankan
00:32:11
bangga kalau anaknya itu dari mimpi
00:32:14
kalau membangga minginya kepada banyak
00:32:16
orang saya terus
00:32:19
mikir kebetulan ilmu tentang pengalaman
00:32:22
anak-anak yang luar biasa dahsyat
00:32:25
sekolah di Austral
00:32:27
dan tidak hanya kecerdasannya ya tetapi
00:32:30
kemampuan berpikirnya, empatinya,
00:32:33
karakternya itu terbentuk dan kemudian
00:32:36
saya sama berpikir ada beberapa persen
00:32:38
orang
00:32:39
Indonesia 3 luar negeri di daerah itu
00:32:42
lalu mengalami apa ya ee pengalaman
00:32:47
belajar yang terbaik dibahan itu berapa
00:32:49
persen?
00:32:50
1% tidak lalu kalau ingin membangun
00:32:54
Indonesia kan butuh orang-orang yang
00:32:55
pernah mengalami seperti itu di luar
00:32:57
negeri lulang bukannya di sana ya saya
00:33:00
tidak mengatakan yang terus di sana itu
00:33:03
enggak enggak nasionalis mereka mungkin
00:33:05
punya nasionalismenya sendiri pulang
00:33:08
saya jadi pikiran kalau saya sama ini
00:33:13
istri saya itu perah ditawarinat sekolah
00:33:16
kan hanya orang yang menikmati
00:33:20
Tapi kalau kita membuat sesuatu yang
00:33:24
disibatkan gerakan sosial aktivitas
00:33:26
sosial dan itu dian dari orang banyak
00:33:29
sekolah tinggi sekolah piran mungkin
00:33:31
sekolah swasta yang
00:33:34
beruang sekarang mungkin akan lebih
00:33:37
berdampak dari se
00:33:40
saya sadar mungkin tidak punya siapa
00:33:43
tidak punya jabatan tidak punya ya punya
00:33:46
pertemanan tapi ya sudahlah enggak usah
00:33:48
Enggak usah memanfaatkan perkangan itu
00:33:51
ya rezeki aja dampak itu ya yang bisa.
00:33:57
Nah, karena ini jadi orientasi hidup dan
00:34:00
itu saya itu takut sama orang tua saya
00:34:04
memilih dan saya orang tua saya. Wow.
00:34:10
Pak terakhir Jakarta dari mungkin dari
00:34:14
GSM yang tadinya kecil. Heeh. He di
00:34:17
Sleman aja
00:34:20
seluruh Indonesia tersebar komunitas
00:34:22
yang bahkan sudah ratusan menyebar
00:34:25
Jakarta. Apa yang Bapak?
00:34:29
Puncak manusia itu bahagia.
00:34:33
Puncak manusia itu bahagia. Puncak itu
00:34:36
bahagia. Ya, mudah-mudahan ini
00:34:39
perjalanan. Iya. Baik. Dan pendidikan
00:34:42
itu adalah untuk mencapai kebahagiaan
00:34:43
setinggi-tinggi.
00:34:45
Baik. itu sudah iya iya sor ya ini ini
00:34:50
enggak apa-apa gitulah kalau untuk
00:34:52
ngobrol sama Bapak dan sama teman-teman
00:34:55
CSM ya diung ngobrolin tentang negara
00:34:58
pendidikan dan kesan kita danya selalu
00:35:00
mendengar tuh merasa direcas kembali iya
00:35:03
kembali dan ee kita jadi refleksi ya mau
00:35:07
seperti apa kita menjadi seorang gitu ya
00:35:09
sebagai penonton atau sebagai penyelamat
00:35:11
peradaban bangsa Indonesia gitu
00:35:12
teman-teman jadi pilihan ada di tangan
00:35:15
teman-teman mau jadi guru penyelamat
00:35:17
bangsa ini atau hanya sekedar menonton
00:35:19
dan melihat. Terima kasih telah bersama
00:35:21
kami di ee Ngobrol Bareng dengan Pak
00:35:24
Rizal. Ee sehat selalu teman-teman.
00:35:27
Jangan lupa untuk like dan subscribe.
00:35:29
Sampai jumpa ketemu di kegiatan
00:35:32
selanjutnya.
00:35:56
Yeah.