Memaknai Sholat #Tbp 04/05/25 #dailyreflections

00:33:53
https://www.youtube.com/watch?v=gdCt9M1bPRA

Resumen

TLDRThe discussion focuses on self-development, spirituality, and the understanding of God, emphasizing the need for individuals to evaluate their consciousness and the duality of human and divine aspects. The speaker critiques societal misconceptions about spirituality and the use of theological language, advocating for a clearer understanding of these concepts. The importance of rituals in providing evaluative frameworks for personal growth is highlighted, along with the necessity of resolving human duality before making claims about the divine. Ultimately, the goal of studying consciousness is to achieve awareness of one's context in daily life.

Para llevar

  • 🧠 Self-development is about evaluating consciousness.
  • 🙏 God should not be viewed as a judge; this is an ego delusion.
  • 📖 Spirituality and religiosity are interconnected.
  • 🔍 Understanding the context of spiritual terms is crucial.
  • 🗺️ The 'map of consciousness' helps in self-awareness.
  • 🔄 Rituals provide space for evaluating human and divine contexts.
  • ⚖️ Resolve human duality before discussing the divine.
  • 📚 Use theological language with caution and understanding.
  • 💡 The ultimate goal is awareness of one's daily context.
  • 🌱 Personal growth requires clarity in understanding oneself.

Cronología

  • 00:00:00 - 00:05:00

    The session begins with a prayer led by Dr. David Arain, emphasizing gratitude for knowledge and understanding. A participant raises a question about personal development and the concept of spiritual guardians, which leads to a discussion on the importance of understanding the essence of terms like 'spirituality' in society.

  • 00:05:00 - 00:10:00

    Dr. Arain critiques the lack of clarity in the understanding of spiritual terms within the community, highlighting the confusion surrounding their origins and meanings. He stresses the need for a clear understanding of self-awareness and consciousness, referencing a map of consciousness as a tool for personal development.

  • 00:10:00 - 00:15:00

    The discussion shifts to the importance of using books as a foundation for learning and understanding personal development. Dr. Arain emphasizes that learning should be structured and that participants should engage with written materials to ensure clarity and correctness in their understanding.

  • 00:15:00 - 00:20:00

    Dr. Arain introduces the concept of evaluating one's context in life as a key goal of personal development. He mentions that understanding one's consciousness is crucial for navigating daily life and that this evaluation should be systematic and ongoing.

  • 00:20:00 - 00:25:00

    The conversation touches on the duality of human experience and the divine, arguing that misconceptions about God often stem from unresolved human dualities. Dr. Arain stresses the importance of addressing these dualities rather than dismissing the existence of God based on personal projections.

  • 00:25:00 - 00:33:53

    Finally, Dr. Arain concludes by reiterating the significance of religious practices as a means of evaluating one's self in relation to both human and divine contexts. He encourages participants to embrace both spirituality and religiosity as interconnected aspects of personal growth.

Ver más

Mapa mental

Vídeo de preguntas y respuestas

  • What is the main topic of the discussion?

    The main topic revolves around self-development, spirituality, and understanding the duality of human and divine aspects.

  • What does the speaker say about the concept of God?

    The speaker suggests that the portrayal of God as a judge is an ego delusion stemming from childhood guilt.

  • How does the speaker view the relationship between spirituality and religiosity?

    The speaker believes that spirituality and religiosity should not be separated, as both serve as evaluative frameworks for understanding one's consciousness.

  • What is the purpose of self-development according to the speaker?

    The purpose of self-development is to evaluate one's consciousness and understand the context of one's existence.

  • What does the speaker mean by 'map of consciousness'?

    The 'map of consciousness' refers to a framework for understanding the different contexts of self-awareness.

  • What is the significance of rituals in spirituality?

    Rituals provide a space for individuals to evaluate their human and divine contexts.

  • What does the speaker say about societal understanding of spiritual terms?

    The speaker criticizes society for adopting spiritual terms without understanding their origins or meanings.

  • What is the speaker's view on the use of theological language?

    The speaker warns against using theological language without understanding one's own context, as it can lead to confusion.

  • How does the speaker suggest addressing the duality of humanity?

    The speaker suggests that individuals should resolve their human duality before making claims about the divine.

  • What is the ultimate goal of studying consciousness?

    The ultimate goal is to achieve awareness of one's context in daily life.

Ver más resúmenes de vídeos

Obtén acceso instantáneo a resúmenes gratuitos de vídeos de YouTube gracias a la IA.
Subtítulos
id
Desplazamiento automático:
  • 00:00:00
    [Musik]
  • 00:00:24
    Bismillahirrahmanirrahim. Asalamualaikum
  • 00:00:26
    warahmatullahi wabarakatuh. Selamat
  • 00:00:28
    malam, Teman-teman.
  • 00:00:30
    ya di titik balik purban masih dengan
  • 00:00:32
    edisi dari daily reflection Dr. David
  • 00:00:35
    Arain. Baik, sebelum kita awali kelas
  • 00:00:37
    kita malam ini, mari kita berdoa
  • 00:00:39
    terlebih dahulu sebagai wujud kesyukuran
  • 00:00:41
    atas nikmat, rahmat dan kepahaman dalam
  • 00:00:43
    kita malam ini. Berdoa silakan.
  • 00:00:46
    Auzubillahiminasyaitanirrajim.
  • 00:00:48
    Bismillahirrahmanirrahim. Rbiidna ilma
  • 00:00:50
    warzuqna fahma birahmatika yaamarahimin.
  • 00:00:53
    Amin. Bang Aswar.
  • 00:00:56
    Iya, Om.
  • 00:00:58
    Kang, ini ada yang tanya menarik sekali
  • 00:01:01
    nih. Gimana? Gimana,
  • 00:01:04
    Kang? Ee saya pernah ikut pengembangan
  • 00:01:07
    diri. Ee jadi saya diinstal makhluk
  • 00:01:11
    penjaga seperti sahabat virtual. Ee
  • 00:01:14
    kalau kata ilmu agama itu mungkin qodam
  • 00:01:17
    ya bahasa jawanya itu sedulur papat
  • 00:01:21
    limau pancer mungkin lah ini nanti kalau
  • 00:01:24
    ikut MTLC ini bermasalah enggak?
  • 00:01:29
    Paling hilang.
  • 00:01:33
    Yakin
  • 00:01:35
    kalau memang benar-benar ada ya itu ya
  • 00:01:38
    hilang
  • 00:01:39
    RPD ya. Itu kan opo gitu ya.
  • 00:01:43
    pengembangan diri. Hah?
  • 00:01:48
    Ikulah repote orang kita itu. Aman aman
  • 00:01:51
    berarti, Kang. Ya, diri aja belum kenal
  • 00:01:55
    sudah dikembangin macam-macam. Ngono
  • 00:01:57
    loh. Manusia. Pengembangan benar ituu
  • 00:02:00
    pengembangan manusia bukan pengembangan
  • 00:02:02
    diri. Oh. Kalau diri enggak dikembangin,
  • 00:02:05
    Kang ya. Loh, kok ngembang jadi opang
  • 00:02:08
    roti apa
  • 00:02:10
    gimana? Pasti terminal. Oke. Iya kan?
  • 00:02:14
    Asalamualaikum warahmatullahi
  • 00:02:15
    wabarakatuh. Opiku. Asalamualaikum.
  • 00:02:20
    Lanjutlanjut. Oke. Oke. Jadi ya makanya
  • 00:02:25
    sebenarnya dari dari dulu kan kita punya
  • 00:02:27
    isu itu bahwa sebenarnya masyarakat kita
  • 00:02:31
    ini memang gak ngerti apa-apa gitu
  • 00:02:34
    loh. Istilahnya toh yang keren.
  • 00:02:38
    Tapi itu kemudian ya gak tahu esensinya
  • 00:02:42
    apa gitu misalnya kata spiritual gitu
  • 00:02:45
    kan. Itu juga problematis di masyarakat.
  • 00:02:48
    Enggak ada yang tahu itu artinya opo
  • 00:02:52
    sih? Iya
  • 00:02:54
    toh. Jadi itu ee satu persoalan bagi
  • 00:02:59
    bangsa kita
  • 00:03:00
    ini. Istilah-istilah itu gak jelas asal
  • 00:03:04
    usulnya. Dari kosakata apa? Dari suku
  • 00:03:08
    mana kosakata itu gak
  • 00:03:11
    jelas.
  • 00:03:14
    Tahu-tahu tahu-tahu muncul macam-macam.
  • 00:03:21
    Ya,
  • 00:03:23
    itu suatu apa
  • 00:03:27
    ya bangsa yang gagal itu sebenarnya.
  • 00:03:31
    Karena masyarakatnya itu menerima
  • 00:03:36
    kosakata yang enggak jelas itu asal
  • 00:03:38
    usulnya dari mana
  • 00:03:40
    gitu, dari kampung mana si kosakata
  • 00:03:44
    itu. Terus orang di sana itu memahaminya
  • 00:03:47
    bagaimana?
  • 00:03:50
    segala macam itu
  • 00:03:54
    muncul. Makanya kita sejak awal
  • 00:03:57
    itu di
  • 00:03:59
    PCI kita sudah deklarasi bahwa yang kita
  • 00:04:04
    pelajari itu aku. Sudah titik objeknya
  • 00:04:08
    aku gitu.
  • 00:04:11
    objek materialnya aku. Dan sebenarnya
  • 00:04:16
    gini, apa yang di ee apa namanya? Apa
  • 00:04:22
    yang dibuat oleh
  • 00:04:24
    Haukin sebagai peta kesadaran?
  • 00:04:30
    I
  • 00:04:32
    kan
  • 00:04:35
    itu kalau kita terjemahkan nanti saya
  • 00:04:38
    tulis tuh di buku saya ya Pande Hauto
  • 00:04:41
    gitu itu sebenarnya kan peta konteks
  • 00:04:45
    keakuan iya
  • 00:04:47
    toh kan gitu.
  • 00:04:51
    Map of consciousness ini kalau
  • 00:04:52
    diterjemahkan dalam bahasa
  • 00:04:56
    kita ini sebenarnya peta konteks
  • 00:05:02
    keakuan itu nanti saya akan
  • 00:05:04
    tulis di buku saya
  • 00:05:08
    gitu.
  • 00:05:11
    Peta,
  • 00:05:15
    konteks, rasa kean, konteks keakuan aja
  • 00:05:19
    lah ya.
  • 00:05:21
    Atau teman-teman kalau nunggu buku saya
  • 00:05:23
    kelamaan kamu ikut ikut kelasnya Mas
  • 00:05:27
    Didu yang tanggal berapa Om?
  • 00:05:30
    tanggal 11
  • 00:05:32
    besok itu saya akan
  • 00:05:35
    jelasin termasuk di buku yang akan
  • 00:05:38
    dibedah tanggal 11
  • 00:05:41
    itu.
  • 00:05:42
    Akhirnya Haukin
  • 00:05:45
    mengakui
  • 00:05:48
    bahwa power versus force
  • 00:05:51
    itu pengversusan power dengan force itu
  • 00:05:54
    suatu error, suatu kesalahan.
  • 00:05:58
    Karena sebenarnya enggak bisa
  • 00:06:01
    diversuskan itu. Hain ngakuin sendiri.
  • 00:06:04
    Nanti kita akan bedah itu ya
  • 00:06:06
    di buku acaranya Mas
  • 00:06:10
    Didu. Di kelas lain enggak dibahas. Itu
  • 00:06:13
    memang khusus beda bukunya Mas Didu di
  • 00:06:16
    Jogja. Di Yogyakarta. Di rumah jomblo.
  • 00:06:20
    Di rumah jomblone Mbak Ahmad. Nah gitu
  • 00:06:22
    ya. Ya jomblo bukan rumah
  • 00:06:25
    jomblo. Rumah jomblo mbah Ahmad ng loh
  • 00:06:29
    kok rumah jomblo menyakitkan iki wis R
  • 00:06:31
    dadi w enggak jadi tak
  • 00:06:36
    promosikan iki pesertanya 300-an
  • 00:06:43
    iki malam ini saya kelupaan bawa volpen
  • 00:06:47
    ya jadi gak pakai
  • 00:06:50
    volpen.
  • 00:06:51
    Jadi ee masyarakat kita itu
  • 00:06:56
    lagi-lagi belajar pengembangan diri
  • 00:06:59
    itu enggak
  • 00:07:02
    tuntas. Enggak
  • 00:07:04
    tuntas. Pokoknya teman-teman ya,
  • 00:07:09
    Teman-teman
  • 00:07:11
    ee ayo peta kesadaran itu peta konteks
  • 00:07:15
    keakuan gitu. Jadi konteks keakuan itu
  • 00:07:18
    sudah kita kan
  • 00:07:21
    di PCI kan sudah selesai toh itu
  • 00:07:24
    memetakan konteks keakuan itu ada
  • 00:07:27
    konteks D3 itu sejak tab 1 itu sudah
  • 00:07:30
    selesai begitu
  • 00:07:32
    dipetakan konteks keakuan tuh ya D3 D4
  • 00:07:36
    D5 D6
  • 00:07:39
    D7 D8 D9 D10 itu dulu harus clear sejak
  • 00:07:43
    awal ini adalah konteks Kak AK an karena
  • 00:07:47
    dia adalah konteks keakuan, maka itu
  • 00:07:51
    sebenarnya angka-angka
  • 00:07:53
    itu itu bukan hierarki
  • 00:07:57
    nilai. Hanya saja konteks keakuan tadi
  • 00:08:02
    itu adalah angka-angka asosiatif. Ah,
  • 00:08:06
    itu orang harus
  • 00:08:08
    paham bahwa angka-angka di dalam peta
  • 00:08:11
    kesedaran itu adalah
  • 00:08:13
    angka-angka asosiatif.
  • 00:08:16
    itu
  • 00:08:18
    ya
  • 00:08:21
    angka-angka pada peta
  • 00:08:26
    kesadaran
  • 00:08:27
    adalah
  • 00:08:31
    angka-angka
  • 00:08:34
    asosiatif. Artinya angka itu berasosiasi
  • 00:08:37
    dengan konteks tertentu. 400 berarti
  • 00:08:41
    konteks dimensi keempat gitu. 500
  • 00:08:45
    berarti konteks dimensi kelima dan
  • 00:08:50
    seterusnya.
  • 00:08:52
    Nah, dan pada akhirnya kan gini ya. Apa
  • 00:08:58
    sih tujuan akhir
  • 00:09:01
    daripada orang
  • 00:09:03
    ikut orang
  • 00:09:06
    ikut pembelajaran kesadaran atau apa sih
  • 00:09:10
    tujuan akhir
  • 00:09:13
    daripada
  • 00:09:16
    ee kelas mentoring MTLC gitu kan.
  • 00:09:23
    Tujuannya itu hanya satu,
  • 00:09:27
    bahwa kamu bisa
  • 00:09:29
    mengevaluasi konteks
  • 00:09:32
    akumu, ya kan? Kamu bisa
  • 00:09:35
    mengevaluasi konteks akumu terkait
  • 00:09:38
    dengan peristiwa hidup sehari-hari,
  • 00:09:44
    gitu. Itu nanti ee apa ya? Pokoknya soal
  • 00:09:48
    itu nanti kita akan bahas di beda buku
  • 00:09:51
    ya.
  • 00:09:52
    Satu buku sendiri itu satu buku sendiri.
  • 00:09:55
    Jadi teman-teman kalau mau belajar
  • 00:09:56
    pengembangan diri itu tertib bukunya
  • 00:10:00
    pakai buku jangan gak pakai
  • 00:10:04
    buku harus satu buku harus ada
  • 00:10:08
    bukunya nanti dikasihkan juga kan
  • 00:10:10
    PDF-nya Om ya dibiasakan pakai buku,
  • 00:10:14
    biasakan baca gitu.
  • 00:10:17
    Jangan gak ada bukunya terus akhirnya
  • 00:10:19
    itu kata siapa gak jelas.
  • 00:10:22
    Gak bisa
  • 00:10:23
    di bahas
  • 00:10:26
    bersama-sama ya toh. Kayak misalnya kan
  • 00:10:29
    bahwa
  • 00:10:31
    pversusan power dengan force itu suatu
  • 00:10:34
    kesalahan. Kita sudah bahas jauh
  • 00:10:37
    hari kita sudah
  • 00:10:41
    bahas seperti jadi namanya belajar ilmu
  • 00:10:43
    tuh ya usahakan ada kitabnya.
  • 00:10:48
    Makanya kita dari awal di PCI itu bahkan
  • 00:10:52
    sebelum PCI masih namanya Power Force
  • 00:10:56
    Indonesia ngomong itu pakai
  • 00:10:59
    buku ya toh kayak gini kan pembacaan
  • 00:11:02
    kayak gini ini dibiasakan pakai
  • 00:11:05
    buku biar apa biar konteksnya
  • 00:11:09
    jelas biar kemudian tuh kalau ada salah
  • 00:11:13
    itu bisa dikoreksi bareng-bareng kan
  • 00:11:15
    gitu toh
  • 00:11:19
    Sekarang langsung kita masuk ke pokoknya
  • 00:11:21
    ya. Oh ya, Kang sebelum lanjut ya, nanti
  • 00:11:24
    kan habis ini saya ada sesi sama Bu
  • 00:11:28
    siapa namanya
  • 00:11:30
    ya?
  • 00:11:31
    [Musik]
  • 00:11:33
    Ee apa
  • 00:11:38
    namanya? Ee sama Bu Sopo iku Rek? Ayo
  • 00:11:43
    restor Bu Nuri. Nanti tolong dikirimin
  • 00:11:46
    bikinin linknya, Kang ya. Saya gak bisa.
  • 00:11:49
    Ini
  • 00:11:50
    Haidar bikinin
  • 00:11:53
    linknya nanti habis ini langsung
  • 00:11:56
    kelasnya Bu Nuri. Oke.
  • 00:11:58
    Wes enggak bawa volpen itu jadi tangane
  • 00:12:02
    nulis
  • 00:12:03
    di kertas sendiri gitu. Karena saya
  • 00:12:06
    kalau ngomong enggak nulis itu enggak
  • 00:12:08
    hidup kayak enggak hidup gitu.
  • 00:12:13
    Sekarang kita langsung masuk
  • 00:12:16
    ke ee pembacaan
  • 00:12:19
    ya,
  • 00:12:22
    pembacaan daily reflection. Nah,
  • 00:12:24
    insyaallah tahun depan itu nanti baca
  • 00:12:28
    daily reflection saya. Nah, sampai tahun
  • 00:12:29
    depan lah. Setelah setelah ini kayaknya
  • 00:12:32
    ya daily reflection-nya bisa tulisan
  • 00:12:36
    saya sendiri.
  • 00:12:41
    Oke, 20 Mei ya. Sadarilah bahwa
  • 00:12:45
    penggambaran Tuhan sebagai
  • 00:12:48
    hakim adalah delusi
  • 00:12:51
    ego yang muncul sebagai proyeksi rasa
  • 00:12:57
    bersalah dari hukuman masa kanak-kanak.
  • 00:13:02
    Sadarilah
  • 00:13:04
    bahwa Tuhan itu bukanlah orang tua. Nah,
  • 00:13:09
    ini masalah penting
  • 00:13:12
    ini. Karena begini. Karena begini.
  • 00:13:17
    di dalam
  • 00:13:19
    [Musik]
  • 00:13:21
    buku-buku itu terutama aliran apa ya?
  • 00:13:25
    Frankfurt ya kayak Carl
  • 00:13:29
    Marx, kemudian Nise, para pembunuh Tuhan
  • 00:13:32
    gitu ya.
  • 00:13:33
    Nise, kemudian Karl
  • 00:13:36
    Marmax, Freud termasuk kita sudah baca
  • 00:13:40
    kan
  • 00:13:43
    bahwa dan ini berkembang di Indonesia.
  • 00:13:46
    Nasami dibuat repot karena
  • 00:13:50
    kemudian Tuhan itu dikira hanya
  • 00:13:53
    rekaan-rekaan
  • 00:13:56
    pikiran. I toh ya toh Mas Yani?
  • 00:14:00
    Jadi Tuhan itu dianggap
  • 00:14:04
    sebagai ee
  • 00:14:08
    proyeksi orang tua gitu
  • 00:14:12
    ya. Itu
  • 00:14:14
    sebenarnya omongan kayak begitu.
  • 00:14:17
    gitu. Itu adalah omongan yang
  • 00:14:22
    mencampuradukan
  • 00:14:24
    antara non dualitas kemanusiaan dan
  • 00:14:29
    nonalitas
  • 00:14:31
    keilahian. Makanya ini perlu pemetaan
  • 00:14:34
    yang berapi, pemetaan yang benar. bahwa
  • 00:14:38
    dualitas itu ada dua, dualitas pada
  • 00:14:43
    kemanusiaan dan dualitas pada
  • 00:14:48
    keilahian. Dualitas pada kemanusiaan
  • 00:14:51
    diselesaikan dengan nondualitas
  • 00:14:55
    pada
  • 00:14:56
    kemanusiaan. Sementara dualitas pada
  • 00:14:59
    keilahian diselesaikan dengan
  • 00:15:03
    nondualitas pada keilahian. sudah
  • 00:15:07
    ada tempatnya
  • 00:15:10
    sendiri-sendiri sehingga kemudian tuh
  • 00:15:14
    jangan
  • 00:15:16
    ee apa ya kita itu
  • 00:15:19
    menulis tanpa tahu konteks itu
  • 00:15:23
    jangan tambah kacau.
  • 00:15:27
    Memang mungkin secara sosiologis ya,
  • 00:15:31
    orang-orang
  • 00:15:32
    yang mengucapkan kata
  • 00:15:35
    Tuhan berpikirnya secara teologis
  • 00:15:39
    itu ya atau berpikir alat teologis itu
  • 00:15:43
    dia juga belum punya kategori bahwa pada
  • 00:15:46
    dirinya itu ada dualitas kemanusiaan,
  • 00:15:51
    ada dualitas keilahian, gitu loh.
  • 00:15:56
    Sehingga memang penggambaran akan Tuhan
  • 00:15:59
    itu adalah penggambaran dalam dualitas
  • 00:16:03
    [Musik]
  • 00:16:05
    kemanusiaan ya. Atau maka Tuhan
  • 00:16:07
    digambarkan seperti Bapaknya gitu kan.
  • 00:16:12
    Jadi Tuhan itu
  • 00:16:16
    dikira itu adalah
  • 00:16:19
    ilusi
  • 00:16:21
    sosiologis seperti tulisan Niet dan
  • 00:16:25
    lain-lain. Itulah para pembunuh Tuhan.
  • 00:16:27
    Tapi menurut saya berdasarkan pemetaan
  • 00:16:30
    yang sudah dibuat ini, mereka itu sudah
  • 00:16:35
    ngomongin banyak hal, posisi akunya
  • 00:16:38
    enggak
  • 00:16:39
    dicek. Ya enggak sih?
  • 00:16:41
    Mereka ngomong Tuhan, ngomong ini,
  • 00:16:44
    tapi baik yang ngomong maupun yang
  • 00:16:46
    diomongin sama-sama enggak ngecek posisi
  • 00:16:50
    haknya. Akhirnya keduanya
  • 00:16:54
    ribut. Mestinya
  • 00:16:57
    kalau cek dulu posisi aku, terang kok.
  • 00:17:04
    gak ada masalah bahwa memang dualitas
  • 00:17:06
    itu ada
  • 00:17:08
    dua dan memang terlalu lata. Jadi ee
  • 00:17:12
    dalam masyarakat kita itu terlalu
  • 00:17:15
    latah dan apa ya kosakata teologis itu
  • 00:17:21
    kemudian
  • 00:17:23
    menjadi ee dominan dalam kehidupan
  • 00:17:27
    sehari-hari.
  • 00:17:29
    Tetapi tanpa sadar bahwa kosakata
  • 00:17:33
    teologi tadi itu dipakai oleh aku yang
  • 00:17:38
    masih es kecil yang
  • 00:17:41
    bahkan yang
  • 00:17:43
    bahkan dualitas dengan kemanusiaannya
  • 00:17:46
    aja belum
  • 00:17:48
    tuntas, belum terkategori dengan baik
  • 00:17:51
    gitu
  • 00:17:52
    loh. sudah dibanjiri dengan kosakata
  • 00:17:57
    teologis.
  • 00:17:59
    Akhirnya kosakata teologis tadi dibajak
  • 00:18:03
    oleh aku yang penuh
  • 00:18:05
    kegelapan. Akhirnya kemudian
  • 00:18:09
    muncul bahwa Tuhan itu tidak ada. Apa
  • 00:18:13
    sih kayak gitu
  • 00:18:16
    itu. Jadi kita ini aja fokus saja di
  • 00:18:20
    kajian kita. Perhatikan dulu duduknya
  • 00:18:23
    aku
  • 00:18:25
    gitu ya. Toh kalau aku itu masih di
  • 00:18:29
    dualitas mau nulis apa
  • 00:18:32
    saja itu sebenarnya dalam rangka untuk
  • 00:18:36
    narsis. Bahayanya kan gitu.
  • 00:18:40
    untuk narsisnya aku bukan akhirnya
  • 00:18:42
    ciri-ciri narsis itu menciptakan
  • 00:18:46
    fragmentasi, menciptakan
  • 00:18:49
    pembelahan menciptakan
  • 00:18:55
    pembelahan terbelah kemanusiaan itu. Itu
  • 00:18:59
    berarti dualitas dengan kemanusiaan
  • 00:19:02
    belum selesai. sudah pakai
  • 00:19:05
    kosakata teologis. Ah,
  • 00:19:08
    itu suatu persoalan. Jadi, pada akhirnya
  • 00:19:13
    gini loh, aku itu menjadi
  • 00:19:17
    korban atau menjadi pelaku dari bencana
  • 00:19:21
    kemanusiaan eh
  • 00:19:23
    bencana sosial gitu.
  • 00:19:28
    itu yang harus
  • 00:19:32
    di apa namanya? Itu yang harus
  • 00:19:35
    di pahami bahwa kalau aku itu es kecil
  • 00:19:39
    inilah aktor dari bencana sosial.
  • 00:19:44
    Apalagi sekarang ini ya melalui
  • 00:19:47
    mesos kos untuk bencana sosial itu
  • 00:19:51
    mengerikan ya
  • 00:19:54
    toh. Kita sudah bosan setiap hari
  • 00:19:58
    melihat timeline itu isinya cuman ijazah
  • 00:20:02
    Jokowi
  • 00:20:04
    aja kan bencana
  • 00:20:09
    sosial. Iya.
  • 00:20:11
    nanti ke mana-mana gitu. Padahal kalau
  • 00:20:16
    diselesaikan diselesaikan ya gak
  • 00:20:20
    jadi timeline kita itu tidak penuh
  • 00:20:23
    dengan hal-hal yang
  • 00:20:27
    sifatnya hal-hal seperti itu gitu ya.
  • 00:20:32
    Jadi seperti yang ditakutkan oleh ya
  • 00:20:36
    seperti yang ditakutkan
  • 00:20:39
    oleh Gitawirwan bahwa Mesos itu nanti
  • 00:20:43
    akan memperpara bencana sosial
  • 00:20:47
    gitu ya.
  • 00:20:50
    Jadi pada akhirnya ego itu mendapatkan
  • 00:20:54
    ruangnya untuk
  • 00:20:57
    narsis ya mendapatkan ruangnya untuk
  • 00:21:01
    satu sisi
  • 00:21:03
    itu positif kalau dilihat dalam
  • 00:21:08
    kerangka proses progresif. Dan saya
  • 00:21:10
    melihat apa mengajaklah ya mengajak
  • 00:21:14
    teman-teman tuh
  • 00:21:16
    melihat narsisik ego itu sebagai tahap
  • 00:21:20
    awal sebelum dilarutkan gitu. Jadi tidak
  • 00:21:22
    tidak juga apa tidak juga menyeranglah
  • 00:21:25
    ya. Kita tempatkan itu dalam kerangka
  • 00:21:28
    proses progresif.
  • 00:21:35
    Jadi tidak perlu
  • 00:21:36
    ada sidang sidang sidang kode etik S
  • 00:21:40
    kecil enggak perlu enggak perlu karena
  • 00:21:45
    kita melihatnya
  • 00:21:47
    sebagai proses progresif gitu. Tapi satu
  • 00:21:51
    sisi
  • 00:21:53
    ya satu
  • 00:21:56
    sisi itu juga menimbulkan
  • 00:21:59
    kerugian ruang publik.
  • 00:22:02
    Akhirnya hak publik itu harusnya
  • 00:22:05
    mendapatkan ee
  • 00:22:08
    pendidikan ya toh
  • 00:22:10
    justru
  • 00:22:12
    memperkuat sifat narsis. Nah, itu satu.
  • 00:22:16
    Jadi dan
  • 00:22:22
    ya itu satu problem ya.
  • 00:22:26
    Jadi, dan kita harus membiasakan diri
  • 00:22:29
    untuk merangkul logika-logika
  • 00:22:32
    kontradiktif. Jadi, yang benar yang mana
  • 00:22:34
    nih? Berita negatif itu adalah awal
  • 00:22:38
    untuk melarutkan atau untuk memperkuat
  • 00:22:40
    narsistik? Kedua-duanya benar
  • 00:22:44
    gitu ya.
  • 00:22:46
    Toh kedua-duanya benar. Tinggal kamu
  • 00:22:50
    akumu itu di mana?
  • 00:22:53
    Jadi jangan mencari kebenaran objektif.
  • 00:22:56
    Kalau kebenaran objektif itu pasti dia
  • 00:22:59
    menolak
  • 00:23:02
    kontradiktif seperti
  • 00:23:06
    itu. Oke. Jadi
  • 00:23:09
    bahwa ee menyadari bahwa apa namanya
  • 00:23:16
    ini penggambaran Tuhan
  • 00:23:21
    sebagai penghukum gitu ya.
  • 00:23:26
    adalah delusi ego yang muncul sebagai
  • 00:23:29
    proyeksi rasa bersalah dari hukuman masa
  • 00:23:32
    kanak-kanak. Ya, ini kan berarti
  • 00:23:35
    sebenarnya aku itu belum selesai
  • 00:23:39
    dengan dualitas pada
  • 00:23:42
    kemanusiaannya. Bukan berarti ini
  • 00:23:44
    menjadi dalil Tuhan itu tidak
  • 00:23:47
    ada ya
  • 00:23:51
    ngawur ya. Ini kan berarti bahwa aku itu
  • 00:23:56
    belum selesai
  • 00:23:59
    dengan dengan dualitas pada
  • 00:24:03
    kemanusiaannya. Maka yang harus
  • 00:24:05
    dilakukan adalah bukan kok membuat dalil
  • 00:24:09
    Tuhan itu hanya proyeksi ego, bukan.
  • 00:24:14
    Tetapi bahwa orang itu masih belum
  • 00:24:18
    tuntas dengan dualitas pada
  • 00:24:20
    kemanusiaannya.
  • 00:24:23
    seperti
  • 00:24:32
    itu. Iya toh. Jadi selesaikan dualitas
  • 00:24:37
    pada non eh selesaikan dualitas pada
  • 00:24:41
    kemanusiaan, bukan membuat dalil tentang
  • 00:24:46
    Tuhan kayak gitu.
  • 00:24:49
    Tapi memang sangat berbahaya ya, sangat
  • 00:24:52
    berbahaya pola dakwa ya, pola dakwah
  • 00:24:58
    yang
  • 00:24:59
    [Musik]
  • 00:25:00
    ee pola dakwa
  • 00:25:04
    yang apa kalau orang Jawa bilang
  • 00:25:07
    itu apa ya sembarangan.
  • 00:25:14
    pola dakwah sembarangan itu tidak
  • 00:25:18
    memperhatikan
  • 00:25:19
    ee kesehatan
  • 00:25:23
    atau tidak memperhatikan perkembangan
  • 00:25:27
    konteks aku gitu. Itu serampangan betul
  • 00:25:32
    itu. Dan apesnya bahasa teologi ini
  • 00:25:36
    telah menjadi bahasa kebudayaan.
  • 00:25:41
    apa
  • 00:25:43
    sih? Padahal padahal
  • 00:25:48
    ya dalam pengalaman saya sendiri
  • 00:25:52
    itu ya kalau mau menggunakan bahasa
  • 00:25:55
    teologi itu ya konteks akunya mesti
  • 00:25:57
    dituju ke
  • 00:25:58
    [Musik]
  • 00:26:00
    atas. Dujuh ke atas. Maka di situ dalam
  • 00:26:05
    pengalaman
  • 00:26:07
    saya, ibadah itu adalah ruang yang
  • 00:26:13
    diatur agar aku tuh tidak melupakan
  • 00:26:17
    konteks-konteks keilahian. aku hadir,
  • 00:26:20
    aku harus hadir di sana gitu
  • 00:26:24
    loh. Tidak hanya mengurusi konteks
  • 00:26:27
    kemanusiaanku, tetapi
  • 00:26:29
    juga tidak tanpa melupakan konteks
  • 00:26:33
    keilahian.
  • 00:26:34
    Maka ee pada tingkat itu salat itu bagi
  • 00:26:38
    saya suatu karunia karena itu adalah
  • 00:26:41
    memberi
  • 00:26:42
    ruang bagi
  • 00:26:44
    aku untuk
  • 00:26:47
    hadir. Min kan salat itu kan minimal dia
  • 00:26:50
    9 nih rbigfirli gitu kan.
  • 00:26:57
    Jadi pada akhirnya
  • 00:26:59
    tuh
  • 00:27:00
    melalui ritual ya atau melalui ritual
  • 00:27:04
    itu, melalui religi
  • 00:27:06
    itu itu
  • 00:27:09
    adalah ee memberi ruang kepada aku untuk
  • 00:27:14
    mengevaluasi mengevaluasi konteks bahwa
  • 00:27:18
    oke ada konteks
  • 00:27:21
    keilahian, ada konteks
  • 00:27:24
    kemanusiaan kan seperti
  • 00:27:28
    itu. Jadi di dalam pemahaman saya
  • 00:27:33
    pribadi itu tidak
  • 00:27:35
    memversuskan antara spiritualitas dan
  • 00:27:39
    religiusitas. Kenapa?
  • 00:27:42
    Karena
  • 00:27:43
    dalam
  • 00:27:45
    pelaksanaan dalam
  • 00:27:47
    pelaksanaan religiusitas itu kan ee
  • 00:27:54
    adalah sebuah program sosial. sebuah
  • 00:27:59
    program sosial untuk mengevaluasi
  • 00:28:03
    duduknya
  • 00:28:06
    aku. Program sosial untuk mengevaluasi
  • 00:28:09
    duduknya aku. itu juga saya jelaskan
  • 00:28:13
    di saya jelaskan di kata pengantar buku
  • 00:28:16
    saya yang akan terbit
  • 00:28:19
    bahwa
  • 00:28:22
    ee apa ya di masa-masa
  • 00:28:25
    awal
  • 00:28:27
    tumbuh saya itu ya memang rasanya
  • 00:28:31
    itu tidak ada program
  • 00:28:35
    kurikulum tidak ada
  • 00:28:37
    kurikulum yang mengajarkan kan tentang
  • 00:28:41
    konteks keakuan semuanya tentang
  • 00:28:43
    pencapaian gitu kan.
  • 00:28:47
    Tapi
  • 00:28:48
    setelah mampu membuat
  • 00:28:51
    pemetaan pemetaan mengenai
  • 00:28:54
    konteks-konteks keakuan itu, saya
  • 00:28:56
    melihat bahwa sebenarnya kurikulum
  • 00:29:02
    sosial yang
  • 00:29:04
    itu ee care dengan konteks keakuan itu
  • 00:29:09
    ya religiusitas itu sebenarnya
  • 00:29:11
    religisitas. Tapi memang kan ee ini
  • 00:29:15
    adalah ee pandangan personal belum
  • 00:29:20
    menjadi apa tren di dalam institusi
  • 00:29:24
    keagamaan gitu. Saya merasa dengan
  • 00:29:28
    adanya religisitas
  • 00:29:30
    itu
  • 00:29:32
    ee itu
  • 00:29:34
    adalah ruang sosial ya. itu adalah suatu
  • 00:29:39
    ruang sosial yang intinya adalah untuk
  • 00:29:43
    evaluasi konteks aku gitu. Jadi aku itu
  • 00:29:46
    gak larut pada satu
  • 00:29:48
    konteks. Enggak larut dengan satu
  • 00:29:50
    konteks. Ada yang evaluasinya itu harian
  • 00:29:54
    ya toh. Ada yang evaluasinya
  • 00:29:58
    mingguan. Ada yang eh ya mingguan kan
  • 00:30:02
    ada yang evaluasinya itu tahunan.
  • 00:30:07
    ada yang evaluasinya itu semesteran
  • 00:30:11
    gitu-gitu kan. Apalagi kita misalnya
  • 00:30:14
    kalau dari pondok itu ya
  • 00:30:17
    katakan ada haulah
  • 00:30:20
    itu adalah waktu
  • 00:30:24
    sosial untuk
  • 00:30:26
    mengevaluasi konteks
  • 00:30:29
    keakuan. Ada hal guru to.
  • 00:30:33
    Saya sendiri merasa beruntung itu karena
  • 00:30:35
    di hari-hari itu itu adalah waktu sosial
  • 00:30:39
    untuk mengevaluasi aku. Apalagi saya
  • 00:30:41
    gitu ya. Hal guru ada
  • 00:30:45
    dua. Ada Mbak Hadi, ada Mbah
  • 00:30:50
    Marjuki. Jadi kalau Mbah Hadi itu bulan
  • 00:30:52
    7, kalau Mbah Marjuki biasanya bulan
  • 00:30:55
    Desember. Merasa beruntung punya
  • 00:30:58
    tradisi-tradisi
  • 00:31:00
    itu. Kenapa? itu adalah perenungan untuk
  • 00:31:04
    evaluasi konteks keakuan
  • 00:31:08
    gitu. Gitu.
  • 00:31:12
    Jadi ya apa ya yang saya lihat itu di
  • 00:31:16
    masyarakat kita itu latah
  • 00:31:20
    dengan apa ya karya-karya filsafat
  • 00:31:25
    itu. Bukan berarti yang nulis itu Freud,
  • 00:31:29
    bukan berarti yang nulis itu Marx, bukan
  • 00:31:32
    berarti yang nulis itu Nise. Itu benar
  • 00:31:35
    gak?
  • 00:31:36
    Dan orang Barat juga kan tidak seperti
  • 00:31:39
    itu. Itu kita bisa kritisi. Dia
  • 00:31:44
    mencampuradukan dualitas kemanusiaan
  • 00:31:47
    dengan dualitas keilahian.
  • 00:31:49
    Kalau dari model ini
  • 00:31:52
    gitu, model
  • 00:31:55
    ini. Oke, saya kira itu ya. Saya kurang
  • 00:31:58
    kurang kurang greget ini kalau enggak
  • 00:32:00
    ada fp-nya.
  • 00:32:03
    Ee tapi intinya bahwa
  • 00:32:06
    gini, tujuan
  • 00:32:08
    utama dalam mempelajari kesadaran itu
  • 00:32:12
    adalah
  • 00:32:14
    evaluasi sistem
  • 00:32:16
    evaluasi konteks keakuan. Dan saya
  • 00:32:19
    sendiri itu merasa beruntung ada sistem
  • 00:32:25
    religiositas yang itu evaluasi hariannya
  • 00:32:29
    lima kali.
  • 00:32:36
    seperti itu. Ada yang sistem bulanan
  • 00:32:40
    gitu
  • 00:32:40
    ya. Jadi sejak awal kopdar itu saya
  • 00:32:43
    sudah tidak setuju dengan pemisahan
  • 00:32:47
    religiusitas dan
  • 00:32:49
    spiritualitas berdasarkan pengalaman
  • 00:32:53
    subjektifku. tidak bisa dipisahkan
  • 00:32:55
    karena bagi saya itu adalah
  • 00:32:59
    ee kerangka
  • 00:33:02
    evaluatif. Kerangka evaluatif
  • 00:33:06
    itu dan ujung daripada belajar kesadaran
  • 00:33:10
    itu adalah kemawasan. Mawas dengan ragam
  • 00:33:14
    konteks aku dalam peristiwa sehari-hari
  • 00:33:19
    gitu. Saya kira itu. Terima kasih.
  • 00:33:21
    Asalamualaikum warahmatullahi
  • 00:33:23
    wabarakatuh.
  • 00:33:24
    Waalaikumsalam warahmatullahi
  • 00:33:26
    wabarakatuh. Langsung ini, Kang ya.
  • 00:33:27
    Hubungi. Hubungi siapa? Tolong bantu
  • 00:33:29
    hubungi Kak itu ya,
  • 00:33:32
    Pak. Terima
  • 00:33:33
    kasih, Bang Aswar. Terima kasih,
  • 00:33:36
    Teman-teman. I ditunggu ya ee buku
  • 00:33:39
    terbaru Bang Aswar. Insyaallah bulan
  • 00:33:42
    Juni kelar. Insyaallah di minta doa
  • 00:33:46
    restunya. Terima kasih. Kita bertemu
  • 00:33:48
    besok insyaallah. Asalamualaikum
  • 00:33:49
    warahmatullahi wabarakatuh. Selamat
  • 00:33:51
    malam dan selamat beristirahat.
Etiquetas
  • self-development
  • spirituality
  • God
  • consciousness
  • human duality
  • religiosity
  • rituals
  • theological language
  • evaluation
  • context