Konflik Sektarian Maluku 1999 | Salah Satu Konflik Antar Agama Paling Kelam Dalam Sejarah Indonesia

00:24:14
https://www.youtube.com/watch?v=uDLod0-T52U

Résumé

TLDRVideo ini menjelaskan konflik Ambon yang terjadi pada tahun 1999, yang dipicu oleh ketegangan sosial dan sejarah panjang antara komunitas Muslim dan Kristen. Konflik ini berakar dari ketidakadilan sosial dan manipulasi politik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Meskipun awalnya dimulai dari pertikaian kecil, situasi dengan cepat berkembang menjadi kekerasan berskala besar yang mengakibatkan ribuan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Pemerintah akhirnya turun tangan untuk meredakan situasi dengan menandatangani perjanjian damai Malino II pada tahun 2002. Video ini mengajak penonton untuk belajar dari sejarah dan berkontribusi pada perdamaian dan toleransi di masyarakat.

A retenir

  • 📜 Konflik Ambon bermula dari ketegangan sosial dan sejarah panjang.
  • 🔥 Kekerasan yang terjadi bukan hanya pertikaian agama, tetapi juga dampak ketidakadilan sosial.
  • 🕊️ Proses perdamaian dimulai dengan perjanjian Malino II pada 2002.
  • 💔 Ribuan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur akibat konflik.
  • 🤝 Pentingnya dialog dan rekonsiliasi untuk mencegah konflik di masa depan.

Chronologie

  • 00:00:00 - 00:05:00

    Video ini dimulai dengan disclaimer yang menekankan bahwa konten ini bertujuan untuk edukasi dan dokumentasi sejarah, tanpa maksud untuk memihak atau membangkitkan permusuhan. Konflik Ambon yang terjadi pada Januari 1999 dijelaskan sebagai hasil dari luka sejarah dan ketimpangan sosial yang telah ada sejak masa kolonial, di mana masyarakat Kristen memiliki posisi strategis, sementara masyarakat Muslim lebih banyak terlibat dalam sektor perdagangan. Ketegangan ini semakin meningkat dengan migrasi besar-besaran yang mengubah dinamika sosial di Ambon.

  • 00:05:00 - 00:10:00

    Konflik Ambon tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan merupakan hasil dari ketegangan yang telah terakumulasi. Insiden kecil di terminal Batu Merah pada Januari 1999 memicu bentrokan yang melibatkan identitas agama dan etnis. Serangan terhadap komunitas pendatang Muslim memicu eksodus besar-besaran, dan ketegangan semakin meningkat akibat desas-desus yang memperdalam kebencian antar umat beragama. Meskipun sempat mereda, situasi kembali memanas setelah pemilihan umum, di mana kemenangan PDIP ditafsirkan sebagai kemenangan kelompok Kristen, memicu kekerasan lebih lanjut.

  • 00:10:00 - 00:15:00

    Puncak kekerasan terjadi pada 26 Desember 1999 dengan serangan terhadap Gereja Silo dan pembantaian massal di Masjid Desa Tobelo. Kedua insiden ini memperdalam trauma dan konflik, dengan masing-masing kelompok membentuk milisi untuk melindungi identitas agama mereka. Konflik ini melibatkan jaringan militer dan kelompok militan keagamaan yang memiliki kepentingan tersembunyi, memperburuk situasi dan menciptakan kekacauan di masyarakat.

  • 00:15:00 - 00:24:14

    Konflik Ambon berakhir dengan penandatanganan perjanjian damai Malino II pada Februari 2002, meskipun prosesnya cepat dan tidak melibatkan konsultasi publik yang luas. Perjanjian ini menandai berakhirnya konflik secara formal, tetapi juga menunjukkan bahwa luka lama dan ketidakadilan dapat berubah menjadi bencana kemanusiaan. Video ini menekankan pentingnya rekonsiliasi dan dialog antar umat untuk membangun masa depan yang damai dan inklusif, serta mengingatkan bahwa sejarah harus dipelajari agar tidak terulang kembali.

Afficher plus

Carte mentale

Vidéo Q&R

  • Apa yang menjadi penyebab utama konflik Ambon?

    Konflik Ambon disebabkan oleh ketegangan sosial, identitas etnis, dan manipulasi politik yang telah berlangsung lama.

  • Kapan konflik Ambon terjadi?

    Konflik Ambon pecah pada akhir Januari 1999.

  • Apa dampak dari konflik Ambon?

    Dampak konflik Ambon sangat luas, termasuk kerusakan fisik, penderitaan manusia, dan trauma psikologis.

  • Apa yang dilakukan pemerintah untuk meredakan konflik?

    Pemerintah melakukan proses perdamaian yang culminated in the Malino II Agreement pada 11 Februari 2002.

  • Apa yang bisa dipelajari dari konflik Ambon?

    Kita belajar bahwa luka lama dan ketidakadilan dapat memicu bencana kemanusiaan, dan pentingnya dialog untuk perdamaian.

Voir plus de résumés vidéo

Accédez instantanément à des résumés vidéo gratuits sur YouTube grâce à l'IA !
Sous-titres
id
Défilement automatique:
  • 00:00:10
    Sebelum memasuki ceritanya, admin mau
  • 00:00:13
    disclaimer dulu. Konten ini dibuat
  • 00:00:16
    semata-mata untuk tujuan edukasi dan
  • 00:00:18
    dokumentasi sejarah tanpa maksud untuk
  • 00:00:21
    memihak, menghasut, atau membangkitkan
  • 00:00:24
    permusuhan di antara kelompok atau
  • 00:00:26
    individu manapun. Semua informasi yang
  • 00:00:28
    disampaikan berdasarkan sumber yang
  • 00:00:31
    tersedia dan ditujukan sebagai
  • 00:00:33
    pembelajaran bagi kita semua. Konflik
  • 00:00:36
    ini merupakan bagian dari sejarah yang
  • 00:00:38
    mengajarkan betapa pentingnya
  • 00:00:40
    perdamaian, toleransi, dan persatuan di
  • 00:00:43
    tengah keberagaman. Kami mengajak semua
  • 00:00:46
    pihak untuk menyikapi video ini dengan
  • 00:00:48
    bijak, menghindari ujaran kebencian,
  • 00:00:51
    serta menjadikan peristiwa ini sebagai
  • 00:00:53
    pelajaran untuk membangun masa depan
  • 00:00:55
    yang lebih harmonis.
  • 00:00:57
    Jika Anda memiliki pandangan atau
  • 00:00:59
    informasi tambahan, silakan berdiskusi
  • 00:01:02
    dengan santun di kolom komentar dengan
  • 00:01:04
    tetap menghormati semua pihak dan
  • 00:01:07
    menjaga nilai-nilai
  • 00:01:12
    kebersamaan. Konflik Ambon yang meletus
  • 00:01:14
    pada akhir Januari
  • 00:01:17
    1999 bukanlah sebuah insiden spontan
  • 00:01:20
    yang muncul tanpa latar belakang. Ia
  • 00:01:23
    ibarat api yang telah lama membara di
  • 00:01:25
    bawah abu tertutup dan nyaris tak
  • 00:01:27
    terlihat. Namun sesungguhnya menyimpan
  • 00:01:30
    potensi ledakan sosial yang dahsyat.
  • 00:01:32
    Ketika akhirnya pecah, konflik ini bukan
  • 00:01:35
    sekadar pertikaian antaragama, melainkan
  • 00:01:38
    manifestasi dari luka sejarah,
  • 00:01:39
    ketimpangan sosial, dan dinamika politik
  • 00:01:42
    yang telah membusuk selama puluhan
  • 00:01:44
    tahun. Akar ketegangan di Ambon dapat
  • 00:01:47
    ditelusuri sejak masa kolonial Belanda.
  • 00:01:50
    Dalam sistem pemerintahan kolonial,
  • 00:01:52
    masyarakat Maluku khususnya yang
  • 00:01:54
    beragama Kristen mendapat posisi
  • 00:01:56
    strategis dalam militer dan birokrasi.
  • 00:01:59
    Mereka banyak direkrut menjadi tentara
  • 00:02:02
    KNIL, mendapatkan pendidikan, dan
  • 00:02:04
    ditempatkan dalam posisi administrasi
  • 00:02:06
    pemerintahan.
  • 00:02:08
    Sementara itu, kelompok Muslim Maluku
  • 00:02:10
    dan para pendatang dari luar daerah
  • 00:02:13
    seperti Bugis, Buton, dan Makassar lebih
  • 00:02:16
    banyak bergerak dalam sektor
  • 00:02:17
    perdagangan, pelayaran, atau pertanian.
  • 00:02:20
    Pembagian peran sosial ekonomi ini
  • 00:02:22
    menciptakan stratifikasi yang secara
  • 00:02:24
    tidak langsung membentuk batas identitas
  • 00:02:26
    dan rasa kepemilikan terhadap sumber
  • 00:02:29
    daya dan kekuasaan. Seiring waktu,
  • 00:02:31
    ketegangan yang bersifat struktural ini
  • 00:02:34
    semakin mengeras dengan masuknya arus
  • 00:02:36
    migrasi besar-besaran ke Ambon dari
  • 00:02:38
    berbagai wilayah Indonesia Timur. Para
  • 00:02:40
    pendatang yang sebagian besar muslim
  • 00:02:43
    mulai mendominasi pasar-pasar
  • 00:02:45
    tradisional dan sektor ekonomi informal.
  • 00:02:48
    Banyak masyarakat lokal baik muslim
  • 00:02:50
    maupun Kristen merasa terpinggirkan oleh
  • 00:02:52
    dinamika baru ini. Di satu sisi,
  • 00:02:55
    kelompok Kristen merasa kehilangan
  • 00:02:57
    dominasi historis mereka. Di sisi lain,
  • 00:03:00
    kelompok muslim lokal merasa identitas
  • 00:03:03
    mereka disamakan dengan para pendatang
  • 00:03:05
    dan ikut terseret dalam persaingan
  • 00:03:07
    ekonomi serta konflik antar kelompok
  • 00:03:09
    yang kian tajam. Runtuhnya rezim Orde
  • 00:03:12
    Baru pada tahun
  • 00:03:15
    1998 mempercepat proses disintegrasi
  • 00:03:18
    sosial. Kebebasan berekspresi yang
  • 00:03:20
    muncul pasca reformasi justru menjadi
  • 00:03:23
    ruang bagi tumbuhnya polarisasi
  • 00:03:25
    identitas berbasis agama dan etnis.
  • 00:03:27
    Konflik-konflik kecil mulai bermunculan
  • 00:03:30
    dan narasi kami versus mereka menjadi
  • 00:03:33
    semakin kuat di tengah masyarakat.
  • 00:03:35
    Sayangnya, aparat keamanan yang
  • 00:03:37
    seharusnya menjadi penengah justru kerap
  • 00:03:39
    dianggap memihak salah satu kelompok.
  • 00:03:42
    Dalam beberapa kasus, TNI dan Polri pun
  • 00:03:44
    terlibat dalam ketegangan yang bisa
  • 00:03:46
    memperburuk krisis kepercayaan publik
  • 00:03:49
    terhadap institusi negara. Di balik
  • 00:03:51
    layar, aktor-aktor lokal dan nasional
  • 00:03:54
    turut memainkan peran. Para elit politik
  • 00:03:56
    memanfaatkan situasi ini untuk membangun
  • 00:03:59
    basis kekuasaan. Sementara kelompok
  • 00:04:01
    kriminal dan preman bersenjata tumbuh
  • 00:04:04
    subur di tengah kekacauan. Pasar-pasar
  • 00:04:06
    tradisional menjadi titik panas
  • 00:04:08
    perebutan pengaruh dan sentimen agama
  • 00:04:10
    menjadi alat yang efektif untuk
  • 00:04:12
    memobilisasi massa. Pada November
  • 00:04:16
    1998, Jakarta Utara diguncang oleh
  • 00:04:19
    kerusuhan berdarah. yang dikenal sebagai
  • 00:04:21
    tragedi ketapan. Bentrokan terjadi
  • 00:04:24
    antara kelompok preman Ambon beragama
  • 00:04:26
    Kristen dan warga muslim lokal. Insiden
  • 00:04:29
    ini menewaskan puluhan orang dan
  • 00:04:31
    menyebabkan kerusakan besar termasuk
  • 00:04:33
    pembakaran rumah ibadah dan pemukiman
  • 00:04:36
    warga. Setelah kerusuhan mereda, TNI
  • 00:04:39
    Angkatan Laut mengambil langkah tegas
  • 00:04:42
    dengan menertibkan dan memulangkan
  • 00:04:44
    hampir 200 orang preman Ambon dari
  • 00:04:47
    Jakarta ke kampung halaman mereka di
  • 00:04:50
    Maluku. Langkah ini dilakukan sebagai
  • 00:04:53
    bagian dari upaya meredakan ketegangan
  • 00:04:56
    dan memulihkan stabilitas keamanan di
  • 00:04:58
    ibu kota pasca
  • 00:04:59
    kerusuhan. Namun kembalinya para preman
  • 00:05:02
    tersebut justru membawa dampak serius di
  • 00:05:05
    tanah asal mereka.
  • 00:05:07
    Menurut sejumlah saksi mata dan peneliti
  • 00:05:09
    konflik, beberapa dari preman yang
  • 00:05:11
    dipulangkan itulah yang kemudian
  • 00:05:13
    berperan sebagai provokator dalam
  • 00:05:15
    pecahnya kekerasan sektariat pertama
  • 00:05:17
    kali di Ambon pada Januari
  • 00:05:21
    1999. Mereka disebut-sebut memicu
  • 00:05:24
    konflik antara komunitas muslim dan
  • 00:05:26
    Kristen yang sebelumnya hidup
  • 00:05:28
    berdampingan secara relatif damai.
  • 00:05:31
    Aksi provokatif ini menciptakan percikan
  • 00:05:33
    awal yang kemudian menjalar menjadi
  • 00:05:35
    konflik horizontal berkepanjangan di
  • 00:05:37
    Maluku yang menewaskan ribuan orang dan
  • 00:05:40
    memecah belah struktur sosial masyarakat
  • 00:05:42
    selama
  • 00:05:43
    bertahun-tahun. Peran preman dalam
  • 00:05:45
    dinamika konflik ini menambah
  • 00:05:47
    kompleksitas persoalan. Menunjukkan
  • 00:05:50
    bagaimana kekerasan urban bisa berpindah
  • 00:05:52
    dan menyulut ketegangan baru di wilayah
  • 00:05:54
    yang rentan secara sosial dan politik.
  • 00:05:59
    [Musik]
  • 00:06:02
    Konflik yang melanda Maluku pada akhir
  • 00:06:05
    dekade 19-an tidak muncul begitu saja.
  • 00:06:09
    Akar permasalahannya sangat kompleks
  • 00:06:11
    melibatkan ketegangan sosial, identitas
  • 00:06:14
    etnis, dan simbol-simbol keagamaan yang
  • 00:06:17
    kemudian berubah menjadi kekerasan
  • 00:06:18
    berskala besar. Pada Januari
  • 00:06:23
    1999 terjadi pertikaian kecil di Kota
  • 00:06:26
    Ambon antara seorang pemuda muslim
  • 00:06:28
    dengan seorang pemuda Kristen di
  • 00:06:30
    terminal Batu Merah. Konflik itu
  • 00:06:33
    berkembang dengan cepat menjadi
  • 00:06:34
    bentrokan bernuansa agama dan etnis.
  • 00:06:37
    Target utama kekerasan saat itu adalah
  • 00:06:39
    pendatang muslim dari suku Bugis, Buton,
  • 00:06:42
    dan Makassar. Kelompok yang telah lama
  • 00:06:45
    merantau dan menetap di Maluku khususnya
  • 00:06:47
    Ambon. Serangan demi serangan terhadap
  • 00:06:50
    komunitas pendatang memicu eksodus
  • 00:06:52
    besar-besaran. Ribuan orang terpaksa
  • 00:06:55
    meninggalkan rumah dan mencari
  • 00:06:56
    perlindungan di daerah lain yang lebih
  • 00:06:58
    aman. Sayangnya setelah eksodus tersebut
  • 00:07:02
    konflik justru menyebar ke wilayah lain
  • 00:07:04
    di Provinsi Maluku, termasuk pulau-pulau
  • 00:07:06
    yang sebelumnya relatif tenang.
  • 00:07:08
    Ketegangan semakin meningkat akibat
  • 00:07:10
    munculnya berbagai desas-desus dan isu
  • 00:07:13
    sensitif terutama yang berkaitan dengan
  • 00:07:16
    simbol keagamaan.
  • 00:07:18
    Masyarakat mulai terpicu oleh kabar
  • 00:07:20
    bohong tentang penyerangan terhadap
  • 00:07:21
    masjid atau gereja yang memperdalam rasa
  • 00:07:24
    curiga dan kebencian antar umat
  • 00:07:26
    beragama. Konflik sempat mereda pada
  • 00:07:28
    bulan Mei
  • 00:07:31
    1999. Saat itu, perhatian publik beralih
  • 00:07:34
    pada masa kampanye menjelang pemilihan
  • 00:07:36
    umum. Namun ketenangan ini bersifat
  • 00:07:39
    sementara. Ketika hasil pemilu diumumkan
  • 00:07:42
    dan Partai Demokrasi Indonesia
  • 00:07:44
    Perjuangan atau PDIP memenangkan suara
  • 00:07:46
    terbanyak di Ambon, situasi kembali
  • 00:07:48
    memanas. Sebagian masyarakat menafsirkan
  • 00:07:51
    kemenangan PDIP sebagai kemenangan
  • 00:07:53
    kelompok Kristen. Meskipun partai ini
  • 00:07:56
    secara resmi tidak berbasis agama,
  • 00:07:59
    kemenangan tersebut dijadikan pemicu
  • 00:08:01
    oleh kelompok tertentu untuk melakukan
  • 00:08:03
    aksi kekerasan dan sentimen agama
  • 00:08:05
    semakin meruncing. Masyarakat mulai
  • 00:08:08
    bergerak dengan semangat mempertahankan
  • 00:08:10
    identitas agamanya. Kekerasan pun
  • 00:08:13
    kembali pecah secara terbuka. Bahkan
  • 00:08:15
    aparat keamanan yang seharusnya menjadi
  • 00:08:17
    penengah ikut terseret dalam konflik dan
  • 00:08:20
    terbagi berdasarkan garis agama. Hal ini
  • 00:08:23
    menyebabkan kinerja aparat lumpuh dan
  • 00:08:25
    tidak mampu meredam situasi. Selama
  • 00:08:28
    tahap pertama ketika secara relatif
  • 00:08:30
    jumlah orang yang terbunuh masih sedikit
  • 00:08:33
    dan tingkat kebencian antaragama belum
  • 00:08:35
    mencapai klimaksnya, maka operasi
  • 00:08:37
    intelijen direncanakan secara cermat
  • 00:08:39
    untuk mengkondisikan kedua komunitas
  • 00:08:41
    menerkam leher satu sama lain segera
  • 00:08:44
    setelah kerusuhan sosial dipicu.
  • 00:08:46
    Operasi-operasi intelijen ini mencakup
  • 00:08:49
    penyaluran pamflet-pamflet provokatif di
  • 00:08:51
    kalangan penduduk dan penyaluran handy
  • 00:08:54
    di kalangan pemimpin kelompok-kelompok
  • 00:08:56
    setempat agar kerusuhan dapat dipicu
  • 00:08:58
    secara simultan dalam jangkauan yang
  • 00:09:00
    luas. Beberapa pamflet tanpa nama yang
  • 00:09:03
    disebarkan di Ambon memperingatkan kedua
  • 00:09:06
    belah pihak bahwa pihak lain sedang
  • 00:09:08
    merencanakan untuk membakar rumah-rumah
  • 00:09:10
    ibadah mereka dan memperingatkan sebuah
  • 00:09:13
    kelompok etnik bahwa kelompok etnik lain
  • 00:09:16
    sedang merencanakan untuk membinasakan
  • 00:09:18
    mereka. Pamflet-pamflet serupa
  • 00:09:20
    disebarkan di kalangan kaum muslim di
  • 00:09:22
    Maluku Utara menjelang kerusuhan bulan
  • 00:09:25
    Agustus dan November 1999.
  • 00:09:29
    Ditandatangani oleh para pemimpin gereja
  • 00:09:31
    Protestan di Ambon, isi pamflet-pamflet
  • 00:09:34
    itu mendesak orang Kristen untuk
  • 00:09:36
    membinasakan semua orang muslim. Salah
  • 00:09:38
    satu pamflet jatuh ke tangan aparat desa
  • 00:09:40
    di Tidore. Sebuah pertemuan diadakan dan
  • 00:09:43
    ketika pendeta setempat Ari Risa tidak
  • 00:09:46
    muncul untuk menjelaskan isi surat itu,
  • 00:09:49
    ternyata ia diserang dan dibunuh di
  • 00:09:51
    rumahnya. Mengingat bahwa pertarungan
  • 00:09:54
    yang masih berlangsung di Ambon rasanya
  • 00:09:56
    sangat tidak mungkin bahwa ada pemimpin
  • 00:09:58
    gereja menginginkan konflik itu merambat
  • 00:10:01
    ke daerah lain di kepulauan itu. Jadi,
  • 00:10:03
    dapat disimpulkan bahwa pamflet-pamflet
  • 00:10:06
    ini dibuat oleh para agitator yang
  • 00:10:08
    sangat profesional yang mengenal
  • 00:10:10
    masyarakat Maluku Utara dengan sangat
  • 00:10:12
    baik.
  • 00:10:14
    Puncak eskalasi kekerasan antara umat
  • 00:10:16
    muslim dan terjadi pada 26 Desember
  • 00:10:21
    1999. Dua tragedi besar mengguncang
  • 00:10:24
    publik. penyerangan dan pembakaran
  • 00:10:26
    Gereja Silo, serta pembantaian massal
  • 00:10:29
    terhadap sekitar 800 muslim di Masjid
  • 00:10:31
    Desa Tobelo, Halmahera Utara yang
  • 00:10:34
    dilakukan oleh masa Kristen. Kedua
  • 00:10:36
    kejadian ini menjadi titik balik yang
  • 00:10:38
    memperdalam konflik dan menimbulkan
  • 00:10:40
    trauma berkepanjangan bagi masyarakat
  • 00:10:42
    kedua belah pihak. Gereja Silo adalah
  • 00:10:45
    simbol penting bagi umat Kristen
  • 00:10:47
    Protestan Maluku. Lokasinya di jantung
  • 00:10:50
    kota Ambon menjadikannya bukan sekadar
  • 00:10:52
    tempat ibadah, tetapi juga penanda
  • 00:10:54
    identitas komunitas. Saat bangunan megah
  • 00:10:57
    itu dilalap api, suara lonceng
  • 00:10:59
    terakhirnya seolah menjadi perpisahan
  • 00:11:02
    tragis antara kedamaian dan awal dari
  • 00:11:04
    babak baru penuh kekerasan. Pasca
  • 00:11:06
    pembakaran, ribuan warga Kristen tumpah
  • 00:11:09
    ruah di jalan-jalan. Sebagian besar
  • 00:11:11
    dalam kondisi marah, syok, dan penuh
  • 00:11:14
    dendam. Suasana kota mencekam.
  • 00:11:16
    Pemuda-pemuda Kristen membentuk barisan
  • 00:11:19
    pertahanan, memblokade jalan-jalan
  • 00:11:21
    utama, mempersenjatai diri dengan
  • 00:11:23
    parang, panah hingga senjata rakitan,
  • 00:11:26
    aroma asap, sisa kebakaran, serta doa
  • 00:11:29
    dari berbagai penjuru menggema
  • 00:11:30
    bersahutan. Seakan kota telah terbelah
  • 00:11:33
    menjadi dua dunia yang saling mengintai
  • 00:11:35
    dan saling menunggu kesempatan untuk
  • 00:11:37
    menyerang. Banyak keluarga Kristen
  • 00:11:39
    mengungsi ke daerah-daerah kantong
  • 00:11:41
    Kristen seperti kuda mati, benteng,
  • 00:11:44
    lateri dan sekitarnya.
  • 00:11:47
    Sementara umat Islam memperkuat basis
  • 00:11:49
    mereka di Whaong, Air Salobar,
  • 00:11:51
    Galunggung, dan Batu Merah. Aparat
  • 00:11:53
    keamanan baik polisi maupun TNI
  • 00:11:56
    seringkiali kewalahan bahkan dituduh
  • 00:11:58
    berpihak dan tidak mampu menengahi
  • 00:12:00
    secara adil. Sementara di Desa Tobelo,
  • 00:12:03
    Halmahira Utara, tragedi yang terjadi
  • 00:12:06
    lebih mengerikan. Masjid yang biasanya
  • 00:12:09
    menjadi tempat suci dan perlindungan
  • 00:12:11
    berubah menjadi tempat pembantaian
  • 00:12:13
    massal. Sekitar 800 Muslim termasuk
  • 00:12:16
    perempuan dan anak-anak dibantai secara
  • 00:12:18
    sistematis oleh masa Kristen bersenjata
  • 00:12:21
    yang datang dari desa-desa sekitar.
  • 00:12:24
    Kesaksian selamat dari tragedi ini
  • 00:12:26
    menggambarkan kengerian yang tak
  • 00:12:28
    terbayangkan. Beberapa korban
  • 00:12:30
    bersembunyi di bawah tumpukan mayat
  • 00:12:32
    untuk menghindari kematian. Darah
  • 00:12:34
    mengalir di lantai masjid.
  • 00:12:36
    Dinding-dinding dipenuhi peluru dan noda
  • 00:12:38
    kejam dari pembantaian yang
  • 00:12:41
    terjadi. Masjid itu sendiri kemudian
  • 00:12:43
    dibakar menyisakan puing-puing dan aroma
  • 00:12:46
    kematian yang membekas hingga
  • 00:12:49
    berminggu-minggu. Kabar tentang tragedi
  • 00:12:51
    Tobelo menyebar cepat melalui
  • 00:12:53
    pesan-pesan radio, rekaman amatir, dan
  • 00:12:56
    cerita saksi selamat. Ketika berita itu
  • 00:12:59
    sampai ke Ternate, Ambon, dan Makassar,
  • 00:13:02
    reaksi balas dendam langsung muncul.
  • 00:13:05
    Para pemuka agama muslim menyerukan
  • 00:13:07
    jihad. Ratusan pemuda dari Sulawesi
  • 00:13:09
    Selatan, Sumatera, dan Jawa mulai
  • 00:13:12
    berlayar menuju Maluku. Membentuk
  • 00:13:14
    kelompok yang kemudian dikenal sebagai
  • 00:13:16
    laskar jihad. Mereka datang dengan
  • 00:13:19
    doktrin dan semangat untuk melindungi
  • 00:13:22
    saudara seiman. Di sisi lain, komunitas
  • 00:13:25
    Kristen juga tidak tinggal diam.
  • 00:13:28
    Mereka membentuk laskar Kristus yang
  • 00:13:31
    terdiri dari pemuda-pemuda militan dari
  • 00:13:33
    Ambon, Pulau Seram, bahkan dari wilayah
  • 00:13:36
    Maluku Tenggara. Setiap kelompok percaya
  • 00:13:39
    bahwa mereka sedang mempertahankan agama
  • 00:13:42
    dan tanah leluhur. Sepintas kerusuhan
  • 00:13:44
    besar yang terjadi di Maluku pada tahun
  • 00:13:49
    1999 tampak seperti letupan spontan
  • 00:13:52
    akibat ketegangan antar warga. Namun
  • 00:13:55
    jika ditelusuri lebih dalam, konflik
  • 00:13:57
    tersebut ternyata melibatkan dua
  • 00:13:59
    jaringan yang memiliki kepentingan
  • 00:14:01
    tersembunyi, yaitu jaringan militer dan
  • 00:14:03
    kelompok militan keagamaan. Kedua
  • 00:14:06
    jaringan ini memang memiliki tujuan yang
  • 00:14:08
    berbeda. Namun, mereka tampaknya
  • 00:14:11
    dipersatukan oleh satu kepentingan yang
  • 00:14:13
    sama, menggagalkan upaya pemerintah
  • 00:14:15
    pusat saat itu dalam mereduksi peran
  • 00:14:17
    dominan militer serta membangun
  • 00:14:19
    masyarakat yang lebih terbuka,
  • 00:14:21
    demokratis, dan toleran. Dalam kondisi
  • 00:14:24
    sosial yang panas dan mudah meledak,
  • 00:14:26
    kerusuhan pun menjadi alat yang efektif
  • 00:14:29
    untuk mengacaukan tatanan sipil yang
  • 00:14:30
    mulai berkembang pasca reformasi. Salah
  • 00:14:33
    satu indikasi kuat bahwa konflik ini
  • 00:14:36
    tidak sepenuhnya berlangsung alami
  • 00:14:38
    adalah adanya upaya perekrutan dan
  • 00:14:40
    pengiriman anggota dari luar daerah.
  • 00:14:42
    Pada bulan Juli
  • 00:14:45
    1999, seorang tokoh agama dari Maluku
  • 00:14:48
    dilaporkan pergi ke Makassar untuk
  • 00:14:50
    merekrut sekitar 60 pemuda dari
  • 00:14:53
    organisasi keagamaan dan kemudian
  • 00:14:55
    mengirim mereka ke Ambon. Tujuan mereka
  • 00:14:58
    adalah bergabung dengan kelompok milisi
  • 00:15:00
    lokal yang disebut-sebut sebagai
  • 00:15:02
    pelindung umat. Namun ironisnya, tidak
  • 00:15:05
    lama setelah itu, sang tokoh harus
  • 00:15:07
    menanggung kehilangan pribadi anaknya
  • 00:15:10
    sendiri. Seorang anggota polisi bernama
  • 00:15:12
    Alvian Eki Hasanusi menjadi korban
  • 00:15:15
    penembakan misterius pada 17
  • 00:15:18
    Mei sementara itu, kehadiran unsur-unsur
  • 00:15:22
    militer dalam konflik ini juga menjadi
  • 00:15:24
    sorotan banyak pihak. Sampai dengan Mei
  • 00:15:27
    2000, sekitar 70% dari korban tewas dan
  • 00:15:30
    luka-luka di kedua belah pihak diketahui
  • 00:15:33
    terkena tembakan senjata organik milik
  • 00:15:35
    TNI dan Polri. Hal ini menimbulkan
  • 00:15:38
    pertanyaan besar mengenai peran dan
  • 00:15:40
    netralitas aparat keamanan dalam
  • 00:15:42
    mengendalikan situasi. Setidaknya ada
  • 00:15:46
    empat kesatuan keamanan yang terlibat
  • 00:15:48
    aktif di lapangan, yaitu pasukan
  • 00:15:50
    Kostrat, Brawijaya, Brimop, dan Kopasus.
  • 00:15:54
    Keterlibatan Kopasus mungkin tidak
  • 00:15:57
    sejelas tiga kesatuan lainnya, tetapi
  • 00:15:59
    sejumlah kesaksian menyebut bahwa
  • 00:16:01
    beberapa anggota Kopasus menyamar dengan
  • 00:16:04
    mengenakan atribut milisi seperti jubah
  • 00:16:06
    putih dan jenggot palsu agar tampak
  • 00:16:09
    seperti bagian dari laskar jihad atau
  • 00:16:11
    milisi Kristen. Penyamaran ini bukan
  • 00:16:14
    hanya untuk menyusup, tetapi juga memicu
  • 00:16:16
    kekacauan lebih lanjut. Beberapa tentara
  • 00:16:19
    Kopasus bahkan pernah tertangkap di atas
  • 00:16:21
    kapal KM Lambelu pada 5 Agustus 2000
  • 00:16:24
    ketika hendak menyusup ke Ambon.
  • 00:16:27
    Sementara itu, sekitar 70 orang anggota
  • 00:16:30
    Kopasus terlihat secara terbuka
  • 00:16:32
    meninggalkan Ambon menggunakan pesawat
  • 00:16:34
    Hercules milik TNI setelah sebelumnya
  • 00:16:36
    mengangkut perlengkapan mereka dalam
  • 00:16:38
    peti besar. Keberadaan pasukan terlatih
  • 00:16:41
    di medan konflik juga terdeteksi melalui
  • 00:16:44
    metode serangan yang digunakan. Misalnya
  • 00:16:47
    dalam salah satu insiden penyerangan ke
  • 00:16:49
    Universitas Kristen Indonesia Maluku,
  • 00:16:51
    teknik tempur seperti penggunaan drum
  • 00:16:53
    minyak kosong untuk mendekati sasaran
  • 00:16:56
    sambil melempar granat sangat khas
  • 00:16:58
    militer. Belum lagi akurasi tembakan
  • 00:17:00
    penembak jitu yang sering membidik
  • 00:17:02
    kepala secara tepat mengindikasikan
  • 00:17:04
    keterampilan tempur tingkat tinggi yang
  • 00:17:06
    umumnya hanya dimiliki oleh pasukan
  • 00:17:08
    khusus. Tanpa dukungan jaringan ini,
  • 00:17:11
    banyak pengamat meyakini bahwa kelompok
  • 00:17:14
    laskar jihad tidak akan mampu melakukan
  • 00:17:16
    serangan berskala besar. Contohnya
  • 00:17:19
    adalah penyerangan ke markas Brimop
  • 00:17:21
    ditantui Ambon pada 21 hingga 22 Juni
  • 00:17:25
    2000. Dalam insiden ini, markas yang
  • 00:17:28
    dihuni sekitar 2.000 anggota Polri dan
  • 00:17:30
    keluarganya berhasil diserbu. Gudang
  • 00:17:33
    amunisi dibakar, dua barak diratakan,
  • 00:17:36
    dan
  • 00:17:37
    832 pucuk senjata, serta 8.000 butir
  • 00:17:40
    peluru berhasil diambil alih oleh massa.
  • 00:17:44
    Kondisi semakin rumit karena banyak
  • 00:17:46
    anggota polisi yang ditempatkan di
  • 00:17:48
    Maluku merupakan warga lokal. Dalam
  • 00:17:51
    situasi seperti ini, keterlibatan
  • 00:17:53
    emosional tidak bisa dihindari. Polisi
  • 00:17:57
    cenderung membela kelompok agama yang
  • 00:17:59
    sama, entah Kristen maupun Muslim. Di
  • 00:18:02
    sisi lain, meskipun tentara secara resmi
  • 00:18:04
    ditugaskan untuk netral, kenyataan di
  • 00:18:06
    lapangan sering berkata lain. Hubungan
  • 00:18:09
    akrab antara tentara dan warga desa yang
  • 00:18:12
    mereka lindungi membuat sebagian aparat
  • 00:18:14
    kehilangan
  • 00:18:15
    objektivitas. Dalam beberapa kasus,
  • 00:18:17
    tentara bahkan terlihat memberikan
  • 00:18:19
    dukungan langsung kepada
  • 00:18:20
    kelompok-kelompok
  • 00:18:22
    tertentu. Bantuan ini tidak selalu
  • 00:18:24
    bersifat militer, tetapi bisa berupa
  • 00:18:27
    pasukan makanan, informasi, bahkan
  • 00:18:29
    senjata. Ada tentara yang ditengarai
  • 00:18:32
    menjual peluru untuk mendapatkan rokok
  • 00:18:34
    atau makanan. Situasi ini memperburuk
  • 00:18:37
    citra aparat keamanan di mata masyarakat
  • 00:18:40
    yang saat itu sedang terpecah belah.
  • 00:18:42
    Kekacauan, ketidakpercayaan, dan
  • 00:18:45
    kekerasan meraja lelela seolah hukum
  • 00:18:48
    telah kehilangan wibawanya.
  • 00:18:55
    Konflik Ambon yang pecah pada awal
  • 00:18:59
    1999 menjadi salah satu tragedi
  • 00:19:01
    kemanusiaan terbesar dalam sejarah
  • 00:19:03
    Indonesia pasca reformasi. Bentrokan
  • 00:19:06
    antara kelompok muslim dan Kristen yang
  • 00:19:08
    awalnya dipicu oleh pertikaian kecil di
  • 00:19:11
    terminal Batu Merah dengan cepat meluas
  • 00:19:13
    menjadi perang komunal berskala besar.
  • 00:19:16
    Dampaknya sangat luas meliputi kerusakan
  • 00:19:18
    fisik, penderitaan manusia, kehancuran
  • 00:19:21
    sosial, dan luka psikologis yang dalam.
  • 00:19:24
    Korban jiwa jatuh dalam jumlah yang
  • 00:19:26
    sangat besar mencakup anak-anak,
  • 00:19:28
    perempuan hingga orang lanjut usia.
  • 00:19:31
    Banyak yang terbunuh secara kejam di
  • 00:19:33
    jalanan, di dalam rumah, bahkan di
  • 00:19:35
    tempat ibadah. Selain yang meninggal,
  • 00:19:38
    tak terhitung jumlah orang yang terluka
  • 00:19:40
    akibat kekerasan fisik, senjata tajam,
  • 00:19:43
    tembakan, maupun luka bakar dari
  • 00:19:45
    bangunan yang dibakar. Rumah sakit
  • 00:19:47
    kewalahan menangani para korban.
  • 00:19:50
    Sementara obat-obatan dan tenaga medis
  • 00:19:52
    sangat terbatas. Ratusan ribu warga
  • 00:19:55
    terpaksa meninggalkan kampung halaman
  • 00:19:57
    mereka. Mereka kehilangan rumah, harta
  • 00:20:00
    benda, dan seringkiali juga anggota
  • 00:20:02
    keluarga. Para pengungsi hidup dalam
  • 00:20:04
    kondisi memprihatinkan di tenda-tenda
  • 00:20:07
    darurat, barak-barak sementara, bahkan
  • 00:20:09
    hutan dan pulau-pulau terdekat. Akses
  • 00:20:12
    terhadap makanan, air bersih, dan
  • 00:20:14
    layanan kesehatan sangat terbatas
  • 00:20:17
    sehingga memperparah penderitaan mereka.
  • 00:20:20
    Infrastruktur Kota Ambon dan wilayah
  • 00:20:22
    sekitarnya hancur parah. Ribuan rumah
  • 00:20:24
    warga dibakar. Begitu pula sekolah,
  • 00:20:26
    pasar, kantor pemerintahan, masjid,
  • 00:20:29
    gereja, dan jembatan.
  • 00:20:31
    Jalan-jalan menjadi sepi dan mencekam.
  • 00:20:34
    Kota dulunya hidup dan dinamis berubah
  • 00:20:36
    menjadi kawasan yang porak-poranda,
  • 00:20:38
    sunyi, dan penuh
  • 00:20:43
    ketakutan. Pada puncak konflik Ambon
  • 00:20:46
    tahun
  • 00:20:48
    1999 hingga 2002, intensitas kekerasan
  • 00:20:52
    yang begitu besar akhirnya mendorong
  • 00:20:54
    pemerintah pusat turun tangan langsung
  • 00:20:56
    dalam proses perdamaian. Proses ini
  • 00:20:58
    berlangsung cepat bahkan terbilang
  • 00:21:01
    sangat singkat jika dibandingkan dengan
  • 00:21:03
    standar umum perjanjian damai di wilayah
  • 00:21:05
    konflik. Puncaknya adalah
  • 00:21:07
    penandatanganan perjanjian damai Malino
  • 00:21:09
    Kedua pada 11 Februari 2002 yang
  • 00:21:12
    dilangsungkan di pegunungan Malino,
  • 00:21:14
    Sulawesi Selatan. Dua tokoh penting dari
  • 00:21:17
    pemerintah pusat yang memimpin proses
  • 00:21:20
    ini adalah Susilo Bambang Yudoyono. Saat
  • 00:21:22
    itu menjabat sebagai Menteri Koordinator
  • 00:21:25
    Bidang Politik dan Keamanan serta Jusuf
  • 00:21:27
    Kala, Menteri Koordinator Kesejahteraan
  • 00:21:29
    Rakyat.
  • 00:21:31
    Jusuf Kala kemudian meminta Gubernur
  • 00:21:33
    Maluku untuk menunjuk masing-masing satu
  • 00:21:35
    perwakilan dari komunitas muslim dan
  • 00:21:37
    Kristen. Kedua perwakilan ini lalu
  • 00:21:40
    membentuk delegasi yang lebih besar
  • 00:21:42
    terdiri dari 35 orang muslim dan 34
  • 00:21:46
    orang Kristen. Total 69 orang ini
  • 00:21:49
    dikumpulkan dan difasilitasi untuk
  • 00:21:52
    berdialog di Malino selama 3 hari. Namun
  • 00:21:55
    proses yang serba cepat ini menyisakan
  • 00:21:57
    persoalan. Tidak ada waktu yang cukup
  • 00:21:59
    untuk melibatkan komunitas secara luas
  • 00:22:02
    dan bahkan para pemimpin agama tidak
  • 00:22:04
    dilibatkan dalam konsultasi publik.
  • 00:22:06
    Akibatnya sebagian kelompok masyarakat
  • 00:22:09
    merasa bahwa perwakilan yang hadir tidak
  • 00:22:11
    benar-benar mencerminkan aspirasi
  • 00:22:13
    mereka. Meski pemerintah pusat dan
  • 00:22:16
    daerah telah berupaya menyeimbangkan
  • 00:22:18
    jumlah perwakilan dari masing-masing
  • 00:22:20
    komunitas, mereka belum cukup
  • 00:22:22
    memperhatikan kredibilitas dan kapasitas
  • 00:22:24
    para delegasi tersebut. Tidak semua dari
  • 00:22:27
    mereka memiliki otoritas untuk
  • 00:22:29
    menegakkan kesepakatan di lapangan.
  • 00:22:32
    Walau begitu, Perjanjian Malino I tetap
  • 00:22:34
    menjadi tonggak penting. Ia menandai
  • 00:22:37
    berakhirnya konflik secara formal dan
  • 00:22:39
    menunjukkan adanya kemauan politik yang
  • 00:22:41
    kuat untuk menghentikan kekerasan.
  • 00:22:44
    Berbeda dengan Malino 1 yang hanya
  • 00:22:46
    berupa deklarasi, Malino 2 adalah
  • 00:22:49
    perjanjian damai yang bersifat lebih
  • 00:22:51
    konkret dan mengikat. Kalau kalian
  • 00:22:54
    tertarik membaca isi lengkap perjanjian
  • 00:22:56
    Malino 2, admin sudah sediakan link
  • 00:22:58
    sumbernya di
  • 00:23:00
    [Musik]
  • 00:23:02
    deskripsi. Konflik Ambon bukan hanya
  • 00:23:05
    soal pertikaian antara dua kelompok
  • 00:23:07
    agama, tetapi gambaran kompleks tentang
  • 00:23:09
    bagaimana politik, ekonomi, sejarah, dan
  • 00:23:12
    identitas bisa saling bertabrakan dalam
  • 00:23:14
    ruang sosial yang rapuh. Dari konflik
  • 00:23:17
    ini kita belajar bahwa luka lama yang
  • 00:23:19
    tak pernah disembuhkan, ketidakadilan
  • 00:23:21
    yang dibiarkan, serta manipulasi oleh
  • 00:23:24
    kepentingan tertentu bisa berubah
  • 00:23:26
    menjadi bencana kemanusiaan. Namun di
  • 00:23:28
    balik tragedi selalu ada harapan. Upaya
  • 00:23:31
    rekonsiliasi, dialog antar umat, dan
  • 00:23:34
    kerja keras banyak pihak membuktikan
  • 00:23:36
    bahwa damai bukan mustahil. Kita semua
  • 00:23:39
    punya peran untuk menjaga persatuan,
  • 00:23:41
    menolak kekerasan, dan membangun
  • 00:23:43
    Indonesia yang adil dan inklusif bagi
  • 00:23:45
    semua. Karena sejarah seharusnya bukan
  • 00:23:48
    untuk dilupakan, melainkan untuk
  • 00:23:49
    dipelajari agar tidak terulang
  • 00:23:53
    kembali. Itulah yang bisa admin
  • 00:23:55
    sampaikan. Jika terdapat kesalahan,
  • 00:23:58
    admin mohon maaf ya. Terima kasih bagi
  • 00:24:01
    kalian yang sudah nonton sampai habis.
  • 00:24:04
    Sampai jumpa lagi di video selanjutnya.
  • 00:24:06
    Semoga kita selalu diberikan kesehatan,
  • 00:24:09
    kebahagiaan, rezeki yang banyak, dan
  • 00:24:11
    berkah.
  • 00:24:13
    [Musik]
  • 00:24:14
    Yeah.
Tags
  • Konflik Ambon
  • Sejarah
  • Perdamaian
  • Toleransi
  • Identitas
  • Politik
  • Kemanusiaan
  • Edukasi
  • Rekonsiliasi
  • Kekerasan