Fondasi Keropos Pendidikan Indonesia

00:14:05
https://www.youtube.com/watch?v=3g2YoTBrQwI

Résumé

TLDRVideo ini membahas isu serius mengenai rendahnya literasi dan kemampuan dasar siswa di Indonesia, terutama di tingkat SMP. Ditemukan bahwa banyak siswa tidak dapat membaca dan menulis, yang menunjukkan adanya krisis dalam sistem pendidikan. Penjelasan mencakup pentingnya memahami kondisi pendidikan saat ini dan perlunya sistem yang sesuai untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ditekankan bahwa pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan melibatkan teknologi serta sumber daya online. Selain itu, pentingnya evaluasi dan transparansi dalam pendidikan juga dibahas, dengan harapan dapat mendorong perbaikan yang signifikan dalam sistem pendidikan di Indonesia.

A retenir

  • 📚 Masalah literasi di Indonesia sangat serius.
  • 📝 Banyak siswa SMP tidak bisa membaca dan menulis.
  • 🔍 Penting untuk memahami kondisi pendidikan saat ini.
  • 💻 Teknologi dan sumber daya online dapat membantu pendidikan.
  • 📊 Evaluasi dan transparansi dalam pendidikan sangat diperlukan.
  • 🏫 Sistem pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat.
  • 🚀 Fokus pada kemampuan dasar seperti membaca dan menulis.
  • 👩‍🏫 Kualitas guru dan kompetensi sangat penting.
  • 📈 Pendidikan harus bergerak dari level rendah ke level yang lebih tinggi.
  • 🤝 Kolaborasi antara guru dan platform online dapat meningkatkan pembelajaran.

Chronologie

  • 00:00:00 - 00:05:00

    Video ini membahas masalah rendahnya literasi dan kemampuan dasar di kalangan siswa SMP di Indonesia, khususnya di Kabupaten Buleleng, Bali. Ditemukan bahwa banyak siswa tidak bisa membaca dan menulis, yang menunjukkan adanya krisis pendidikan. Penulis menekankan bahwa ini bukan kesalahan anak-anak, tetapi tanggung jawab orang dewasa dan negara untuk memberikan pendidikan yang memadai. Penulis juga mengajak masyarakat untuk memahami masalah ini dan mendorong solusi yang tepat berdasarkan data dan fakta, bukan asumsi semata.

  • 00:05:00 - 00:14:05

    Selanjutnya, penulis menjelaskan bahwa metode pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Penelitian menunjukkan bahwa negara yang berhasil dalam pendidikan memiliki sistem yang sesuai dengan level pendidikan mereka. Indonesia saat ini berada di level 1, sehingga perlu merancang kurikulum yang fokus pada kemampuan dasar. Penulis menekankan pentingnya kompetensi guru dan penggunaan sumber daya online untuk meningkatkan pendidikan. Selain itu, penulis mengusulkan perlunya sistem penilaian yang jelas untuk memastikan kemajuan siswa dan transparansi dalam penggunaan anggaran pendidikan.

Carte mentale

Vidéo Q&R

  • Apa masalah utama yang dibahas dalam video ini?

    Masalah utama adalah rendahnya literasi dan kemampuan dasar siswa di Indonesia, terutama di tingkat SMP.

  • Mengapa banyak siswa tidak bisa membaca dan menulis?

    Hal ini disebabkan oleh sistem pendidikan yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat dan kurangnya fokus pada kemampuan dasar.

  • Apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia?

    Perlu ada desain sistem dan kurikulum yang fokus pada peningkatan kemampuan dasar serta melibatkan teknologi dan sumber daya online.

  • Apa pentingnya evaluasi dalam pendidikan?

    Evaluasi penting untuk memastikan kompetensi siswa dan memberikan insentif yang tepat bagi guru dan sekolah.

  • Bagaimana cara meningkatkan kualitas pendidikan?

    Dengan memahami posisi pendidikan saat ini dan menerapkan metode yang sesuai untuk bergerak dari level rendah ke level yang lebih tinggi.

Voir plus de résumés vidéo

Accédez instantanément à des résumés vidéo gratuits sur YouTube grâce à l'IA !
Sous-titres
id
Défilement automatique:
  • 00:00:03
    Beberapa waktu lalu gue ngelihat ada
  • 00:00:05
    headline berita tentang banyaknya anak
  • 00:00:07
    SMP yang enggak bisa baca. Pemirsa dunia
  • 00:00:10
    pendidikan kembali dihebohokan dengan
  • 00:00:12
    adanya R tidak bisa membaca tulis dan
  • 00:00:15
    menuai ragam respon dari Mas. Siswa
  • 00:00:17
    Sekolah Menengah pertama SMP di
  • 00:00:19
    Kabupaten Buleleng Bali tidak bisa baca
  • 00:00:21
    tulis. Kurikulum sekarang itu kurikulum
  • 00:00:23
    merdeka dengan pembelajaran tuntas. Eh
  • 00:00:26
    baca lu. Gua gak bisa baca. Gua kan di
  • 00:00:29
    media sosial kita juga bisa dengan mudah
  • 00:00:31
    menemui konten anak-anak SMA yang dites
  • 00:00:34
    menghitung dasar enggak bisa. 24 / 3
  • 00:00:40
    t 3 * 7 3 * 7 em 3 * 7 eh du gua mau
  • 00:00:49
    jelasin di sini kenapa ini adalah
  • 00:00:51
    masalah besar dan kita harus ngapain
  • 00:00:54
    untuk menyikapi situasi ini?
  • 00:01:06
    Kita sebenarnya enggak perlu ya data
  • 00:01:08
    yang hebat-hebat dari OECD seperti PISA
  • 00:01:11
    atau Piage untuk membahas masalah
  • 00:01:14
    rendahnya literasi dan kemampuan dasar
  • 00:01:16
    kita. Kita bisa amati dengan mudah dari
  • 00:01:19
    sampel-sampel yang lebih kecil ya. Salah
  • 00:01:20
    satu contohnya yang ada di berita itu.
  • 00:01:22
    Jadi, dalam sebuah tes membaca dan
  • 00:01:25
    menulis yang diselenggarakan di Kota
  • 00:01:27
    Buleleng, Bali, itu ditemukan ada
  • 00:01:29
    ratusan siswa SMP enggak bisa baca
  • 00:01:33
    tulis. Nah, data ini tuh sebenarnya
  • 00:01:35
    men-support ya data Piage yang dirilis
  • 00:01:37
    kira-kira 6 56 tahun lalu ya, yang
  • 00:01:40
    nunjukin kemampuan baca orang bergelar
  • 00:01:43
    sarjana di Jakarta itu berada di bawah
  • 00:01:46
    kemampuan baca anak SMP di Denmark.
  • 00:01:49
    Emang benar ya kalau misalnya kita mau
  • 00:01:51
    nyari 100 atau 1000 orang jenius mungkin
  • 00:01:53
    ketemu di Indonesia ini. Tapi kalau kita
  • 00:01:54
    bicara sebagai suatu masyarakat
  • 00:01:57
    demokrasi dengan 270 juta orang
  • 00:02:01
    segelintir Einstein itu enggak bisa
  • 00:02:04
    menyelamatkan kita dari krisis. berbagai
  • 00:02:07
    krisis atau masalah yang bisa muncul
  • 00:02:09
    gara-gara terlalu banyak orang dengan
  • 00:02:12
    literasi dan kemampuan dasar yang enggak
  • 00:02:14
    cukup untuk bisa ngelola informasi,
  • 00:02:16
    keputusan, dan interaksi sosial dengan
  • 00:02:19
    sehat, dengan baik. Dan tentu aja ini
  • 00:02:21
    bukan salah anak-anak ya, ini salah
  • 00:02:22
    orang-orang dewasa. Kita yang
  • 00:02:24
    bertanggung jawab memberikan pendidikan
  • 00:02:27
    dasar untuk semua anak yang lahir
  • 00:02:29
    terutama tentu saja ini adalah tugasnya
  • 00:02:32
    negara yang mengelola uang dan sumber
  • 00:02:34
    daya kita semua. Tapi negara juga butuh
  • 00:02:36
    support dari publik yang paham duduk
  • 00:02:38
    perkaranya dengan tepat. Ya, sehingga
  • 00:02:41
    kita juga bisa mendorong nih
  • 00:02:42
    solusi-solusi yang tepat untuk negara
  • 00:02:44
    bisa terapkan. Maka itu menurut gue juga
  • 00:02:47
    penting untuk kita semua meluangkan
  • 00:02:49
    waktu untuk memahami persoalan ini dan
  • 00:02:52
    gimana solusi yang sebaiknya kita ambil
  • 00:02:56
    berdasarkan data dan fakta lapangan gitu
  • 00:02:58
    loh. Bukan sekedar asumsi puisi atau
  • 00:03:02
    fantasi.
  • 00:03:07
    Gua lihat di mana-mana setiap ada
  • 00:03:09
    percakapan tentang masalah pendidikan
  • 00:03:10
    Indonesia akan ada komen yang kira-kira
  • 00:03:13
    bunyinya gini, "Tapi di Jepang gini-gini
  • 00:03:15
    atau di Finlandia gini-gini." Contoh
  • 00:03:18
    kita lagi diskusi harus ada mata
  • 00:03:21
    pelajaran wajib apa aja nih di sekolah
  • 00:03:23
    kita. Akan ada yang komen, "Di Norway
  • 00:03:25
    mata pelajarannya dikit kok, tapi maju
  • 00:03:27
    gitu ya." Atau contoh lainnya kita lagi
  • 00:03:29
    bahas apakah perlu ada ujian terstandar
  • 00:03:32
    nasional yang nentuin kelulusan atau
  • 00:03:35
    kenaikan kelas. Akan ada komen, "Finland
  • 00:03:38
    enggak ada tuh ujian-ujian yang bikin
  • 00:03:40
    anak stres hasilnya bagus." Komentar
  • 00:03:42
    seperti ini kalau didengar atau dibaca
  • 00:03:45
    sekelibat itu kedengaran makes sense ya.
  • 00:03:48
    Hmm. Masuk akal alias akal siput. Cara
  • 00:03:52
    berpikir kayak gitu tuh ibarat kita lagi
  • 00:03:53
    bangun rumah ya kan? Terus kita lihat
  • 00:03:55
    tetangga kita nih lagi bangun rumah
  • 00:03:56
    juga. Oh, dia lagi masang genteng tuh di
  • 00:03:58
    lantai dua. Oke, kita jiplak itu. Kita
  • 00:04:02
    pesan genteng untuk dipasang di lantai
  • 00:04:04
    du. Padahal bangunan rumah kita baru
  • 00:04:07
    sampai cakar ayam, ya. Jadi, tukang pun
  • 00:04:10
    bingung mau naruh gentengnya di mana.
  • 00:04:13
    Metode pendidikan itu harus disesuain
  • 00:04:15
    dengan kondisi masyarakat yang mau
  • 00:04:17
    dididik kayak gimana. Ini bukan menurut
  • 00:04:19
    gue, ini kata penelitian. McKenzie bikin
  • 00:04:22
    penelitian menggunakan data dari 20
  • 00:04:24
    negara yang pendidikannya mengalami
  • 00:04:26
    peningkatan luar biasa dalam waktu yang
  • 00:04:28
    relatif singkat kayak Singapura dan
  • 00:04:29
    Korea Selatan. Gue nemu penelitian ini
  • 00:04:31
    di postnya Zenius. Di penelitian itu
  • 00:04:34
    ditemuin ada pola di mana negara yang
  • 00:04:38
    berhasil itu menyusun metode pendidikan
  • 00:04:40
    mereka sesuai dengan kondisi
  • 00:04:42
    pendidikannya ada di posisi mana.
  • 00:04:44
    Kondisi pendidikan ini bisa dibagi
  • 00:04:45
    posisinya ke dalam lima level. Pur,
  • 00:04:48
    fair, good, great, excellent. Kita sebut
  • 00:04:51
    aja level-level ini dengan angka ya.
  • 00:04:53
    Satu untuk PUR, 5 untuk excellent. Level
  • 00:04:55
    ini dinilai bukan dari adanya segelintir
  • 00:04:58
    anak jenius atau menang medali emas
  • 00:05:01
    Olimpiade sains atau matematik
  • 00:05:03
    internasional setiap tahun. Enggak ya.
  • 00:05:05
    Penilaiannya emang enggak dari situ.
  • 00:05:06
    Level ini dinilai dari kondisi secara
  • 00:05:08
    umum. Karena yang mau dipahami dan
  • 00:05:10
    dibangun di sini adalah kualitas
  • 00:05:12
    masyarakat secara umum, kualitas SDM
  • 00:05:14
    secara umum. Jadi analisisnya juga
  • 00:05:16
    berdasarkan itu. Bagaimana kemampuan
  • 00:05:19
    dasar anak secara umum, bagaimana
  • 00:05:21
    kompetensi guru secara umum, dan
  • 00:05:23
    seterusnya. Bukan diambil dari
  • 00:05:25
    segelintir-segelintir atau kasus
  • 00:05:27
    anekdotal. Nah, penelitian MKzie
  • 00:05:29
    menemukan bahwa negara-negara yang
  • 00:05:31
    berhasil mencapai peningkatan kualitas
  • 00:05:33
    pendidikan dan SDM dengan baik adalah
  • 00:05:35
    negara yang tahu posisinya di mana dan
  • 00:05:39
    menerapkan metode pendidikan sesuai
  • 00:05:41
    dengan level negaranya. Jadi kalau
  • 00:05:43
    negara itu ada di level 1, dia mau maju
  • 00:05:46
    ke level 2, beda sistem dan kurikulumnya
  • 00:05:49
    dengan negara yang di level 3 mau ke
  • 00:05:51
    level 4. Atau tadi konteksnya kalau dari
  • 00:05:53
    poor to fair akan beda dengan good to
  • 00:05:56
    great atau great to excellent. Gimana
  • 00:05:59
    dengan Indonesia?
  • 00:06:05
    Berkaca dari data-data literasi dasar
  • 00:06:07
    yang tersedia, kita bisa simpulin
  • 00:06:09
    pendidikan kita itu adanya di level 1.
  • 00:06:13
    Artinya, sistem dan kurikulum yang kita
  • 00:06:15
    bikin harus dibuat, harus didesain untuk
  • 00:06:18
    bergerak dari level 1 ke level 2. Jangan
  • 00:06:21
    sampai kita jiplak negara yang udah di
  • 00:06:23
    level 4 mau ke level 5 enggak akan
  • 00:06:25
    masuk, ya. Enggak akan masuk. Proses
  • 00:06:28
    perkembangan dari level 1 ke level 2 itu
  • 00:06:30
    artinya sistem harus sangat serius
  • 00:06:32
    membangun kemampuan dasar seperti
  • 00:06:34
    membaca, menulis, berhitung, atau
  • 00:06:36
    literasi dan numerasi. Untuk bisa
  • 00:06:38
    melakukan ini dengan baik akan ada dua
  • 00:06:40
    titik tumpuk. Yang pertama pengajar atau
  • 00:06:43
    gurunya. Ya kan? Betul isu kesejahteraan
  • 00:06:47
    guru itu penting, tapi yang enggak kalah
  • 00:06:48
    penting juga isu kompetensi. Kita harus
  • 00:06:51
    pastiin guru-gurunya punya kemampuan
  • 00:06:53
    dasar yang baik. Dan bukan cuman itu,
  • 00:06:55
    dia juga punya kemampuan ngajarin itu ke
  • 00:06:57
    orang lain. Jadi, ini dua level nih
  • 00:06:59
    prosesnya. Nah, di bagian ini menurut
  • 00:07:01
    gue kita akan sangat terbantu kalau bisa
  • 00:07:03
    lebih banyak melibatkan sumber daya
  • 00:07:04
    online learning juga gitu. Jadi, akan
  • 00:07:06
    ada kolaborasi antara guru di lapangan
  • 00:07:09
    dengan bahan belajar dari online
  • 00:07:11
    platforms. Di Indonesia sendiri ada
  • 00:07:12
    banyak attack yang bagus, gua pasti
  • 00:07:14
    mention ya, Zenius tempat gua ngajar,
  • 00:07:16
    but also Ruang Guru punyai Iman, Belfa,
  • 00:07:18
    ada sekolahmus, S Martik, Pahamifi, dan
  • 00:07:20
    masih banyak lagi itu beberapa yang gua
  • 00:07:22
    bisa sebut on top of my head. silakan
  • 00:07:24
    cari tahu yang lainnya. Tapi gue yakin
  • 00:07:26
    dengan skala pengajaran online mereka
  • 00:07:29
    bisa punya nih pengajar-pengajar yang
  • 00:07:31
    top, yang kompeten, yang driven, yang
  • 00:07:33
    bisa juga dirawat dengan insentif yang
  • 00:07:35
    sepadan. Nah, dengan memanfaatkan online
  • 00:07:38
    learning, kita juga jadi bisa pakai
  • 00:07:39
    teknologi atau fitur yang helpful buat
  • 00:07:42
    proses belajar jadi jauh lebih efektif,
  • 00:07:44
    ya kan? Apalagi ya sekarang dengan
  • 00:07:46
    adanya AI of course di situ negara
  • 00:07:50
    tinggal kerja ngebangun jembatannya
  • 00:07:51
    sebenarnya yaitu internet dan perangkat
  • 00:07:54
    digitalnya. Tapi dengan BUMN sebesar dan
  • 00:07:58
    seberpengalaman Telkom, harusnya sih
  • 00:08:00
    kita bisalah melakukan ini. Kita bisa
  • 00:08:02
    melakukan transformasi dan integrasi
  • 00:08:04
    besar-besaran untuk pendidikan di
  • 00:08:06
    lapangan bisa tersupport oleh sumber
  • 00:08:09
    daya pendidikan online. Dengan begitu
  • 00:08:11
    pendidikan kita bisa fokus mengantar
  • 00:08:13
    tadi Indonesia bergerak dari level 1 ke
  • 00:08:16
    level 2 yang memastikan secara umum
  • 00:08:19
    anak-anak punya literasi dan kemampuan
  • 00:08:22
    dasar yang baik. Ini yang akan jadi
  • 00:08:24
    fondasi kita bergerak ke level
  • 00:08:26
    selanjutnya lagi. Berikutnya titik tumpu
  • 00:08:28
    yang kedua, enforcement. Kita perlu
  • 00:08:30
    punya sistem yang mastiin kompetensi itu
  • 00:08:32
    dicapai oleh peserta didik gitu. Salah
  • 00:08:35
    satunya dengan assessment terstandar, ya
  • 00:08:38
    kan? Asesmen terstandar nasional yang
  • 00:08:39
    menjadi alat ukur orang masuk ke jenjang
  • 00:08:41
    berikutnya. Kita enggak bisa lagi nih
  • 00:08:43
    terus ngebiarin orang naik kelas, lulus
  • 00:08:45
    basa-basi. Masalah di tingkat SMA itu
  • 00:08:47
    akumulasi dari SD. Jadi harus ada sistem
  • 00:08:49
    yang mastiin anak itu dari sejak naik
  • 00:08:52
    kelas 1 ke kelas 2 udah ada ukuran
  • 00:08:54
    perkembangan minimal yang dicapai.
  • 00:08:56
    Jangan sampai terakumulasi. Tahu-tahu
  • 00:08:58
    disuruh belajar kalkulus padahal number
  • 00:09:00
    sense enggak punya atau tahu-tahu
  • 00:09:02
    disuruh bikin makalah padahal struktur
  • 00:09:03
    kalimat belum
  • 00:09:10
    menguasai. Kalau dari pihak Kemdikbud
  • 00:09:12
    ada yang kebetulan nonton ini, gua mau
  • 00:09:14
    nyampein beberapa hal. Kalau mereka
  • 00:09:15
    belum nonton, tolong dikirimin ke mereka
  • 00:09:18
    yang mungkin useful ya buat kebijakan
  • 00:09:19
    pendidikan kita ke depannya. Pertama,
  • 00:09:21
    pendidikan kita itu jelas ya levelnya
  • 00:09:22
    berada di level PUR atau level 1. Jadi
  • 00:09:24
    kita mau bergerak ke level 2 nih. Nah,
  • 00:09:27
    untuk itu kita perlu mendesain sistem
  • 00:09:28
    dan kurikulum yang benar-benar fokus di
  • 00:09:30
    situ gitu. Yang emang benar-benar
  • 00:09:32
    memastikan progres dari level 1 ke level
  • 00:09:34
    2 itu terjadi. Nah, Pak Mukti sepertinya
  • 00:09:36
    adalah sosok yang paham dan peduli nih
  • 00:09:38
    soal kompetensi. Kelihatan ada keinginan
  • 00:09:40
    untuk merangkai sistem yang benar-benar
  • 00:09:41
    ngebangun kompetensi. Bukan sekedar ada
  • 00:09:43
    gedung sekolah, ada kursi cukup gurunya
  • 00:09:46
    mengajar, gurunya datang, tapi
  • 00:09:48
    benar-benar ada masteri yang kebangun.
  • 00:09:50
    Ini penting. Sekarang tinggal gimana
  • 00:09:52
    eksekusinya. Kita libatin semua sumber
  • 00:09:54
    daya yang ada, ya kan tadi guru-guru
  • 00:09:57
    berpengalaman, etc yang bagus, bahkan
  • 00:09:59
    media ataupun content kreator edukasi.
  • 00:10:02
    Libatin semuanya untuk kita benar-benar
  • 00:10:04
    memastikan progres itu terjadi. Dan
  • 00:10:06
    evaluasi atas semua ini enggak bisa
  • 00:10:08
    dijalanin sama pihak yang bikin
  • 00:10:09
    programnya sendiri. Ya, misal gue
  • 00:10:12
    ngajar, gue juga yang evaluasi, enggak
  • 00:10:14
    bisa ya kan. Harus ada lembaga khusus
  • 00:10:17
    yang independen, yang diisi oleh
  • 00:10:19
    orang-orang kompeten yang paham isunya,
  • 00:10:21
    jangan paham duduk perkaranya, bisa
  • 00:10:23
    melakukan assessment dan mereka akan
  • 00:10:24
    fokus di situ untuk kerjanya adalah
  • 00:10:27
    mengukur capaian belajar secara
  • 00:10:29
    objektif. Jadi, kita tahu hasil dari
  • 00:10:32
    proses belajar ini seperti apa. Hasil
  • 00:10:34
    evaluasi ini juga akan menjadi pijakan
  • 00:10:36
    untuk kita semua mengambil keputusan
  • 00:10:38
    terkait pendidikan. Nah, di sini
  • 00:10:40
    pemerintah bisa menggandeng kampus,
  • 00:10:42
    mungkin lembaga riset, pakar dan
  • 00:10:44
    profesional juga mungkin industri ya.
  • 00:10:46
    Dan tentunya perusahaan teknologi yang
  • 00:10:48
    menguasai bidang ya. Karena mungkin
  • 00:10:50
    mereka juga punya ya berbagai fitur ya
  • 00:10:52
    kan tools sistem yang bisa membantu
  • 00:10:54
    proses evaluasi ini dilakukan dengan
  • 00:10:55
    baik. Nah, kalau udah ada pengukuran
  • 00:10:57
    yang jelas seperti itu baru insentif
  • 00:10:59
    bisa kita kasih dengan tepat. Guru dan
  • 00:11:01
    sekolah yang berhasil benar-benar
  • 00:11:03
    meningkatkan kemampuan dasar anak harus
  • 00:11:05
    dapat dukungan lebih, harus dapat
  • 00:11:07
    insentif yang lebih besar. Nah, untuk
  • 00:11:09
    mengukur performa dari para pengajar nih
  • 00:11:12
    ya, dari sekolah ataupun guru gitu ya,
  • 00:11:14
    kita perlu punya suatu preest terstandar
  • 00:11:18
    nasional. Sebelum anak masuk ke satu
  • 00:11:20
    sekolah dia udah jalanin tes diagnostik
  • 00:11:23
    dulu untuk tahu dia di level mana
  • 00:11:24
    masternya. Ya enggak performa sekolah
  • 00:11:26
    dan pengajar harus diukur dari
  • 00:11:29
    perkembangan anak, dari loncatan
  • 00:11:31
    perkembangannya. Jadi kalau sekolah dari
  • 00:11:33
    awal nerima murid-murid udah jago ya
  • 00:11:35
    kan, udah di level tinggi ya otomatis
  • 00:11:37
    sekolah itu jangan dapat insentif yang
  • 00:11:39
    besar dong. Karena kan dia sebenarnya
  • 00:11:40
    enggak bawa anaknya ke mana-mana ya kan.
  • 00:11:42
    Orang dari awal udah nyampai kok ke
  • 00:11:44
    masteri yang tinggi gitu kan. Nah tapi
  • 00:11:46
    sekolah yang dapat murid-murid yang
  • 00:11:48
    justru masih jauh skill-nya awalnya ya
  • 00:11:50
    kan ketika dia masuk dan ketika dia
  • 00:11:52
    keluar dari sekolah itu jadi tinggi
  • 00:11:54
    skill-nya jadi ada perkembangan. Nah di
  • 00:11:56
    situlah kita kasih insentif
  • 00:11:58
    sebesar-besarnya buat sekolahnya, buat
  • 00:12:00
    gurunya ya. Jadi guru dan sekolah
  • 00:12:02
    performanya dinilai bukan dari hasilnya,
  • 00:12:05
    tapi loncatannya nih, gitu.
  • 00:12:07
    Perkembangannya seberapa jauh
  • 00:12:09
    perkembangan kemampuan dasar yang mau
  • 00:12:11
    kita bangun tadi dicapai oleh para
  • 00:12:13
    murid-murid di suatu sekolah ini.
  • 00:12:15
    Terakhir kita bikin transparansi ya.
  • 00:12:18
    Data untuk semua proses ini itu harus
  • 00:12:20
    bisa diakses publik. Dengan begitu
  • 00:12:23
    pertanggungjawaban atas APBN 20%
  • 00:12:25
    pendidikan itu jadi jelas. Bukan sekedar
  • 00:12:27
    duitnya dipakai buat apa, ya kan? bukan
  • 00:12:29
    sekedar oh duitnya dipakai buat ngecat
  • 00:12:31
    sekolah, buat beli kursi, buat beli meja
  • 00:12:33
    gitu ya, bukan. Tapi capaian belajarnya
  • 00:12:36
    apa dan masteri yang kebangun apa di
  • 00:12:38
    level
  • 00:12:39
    [Musik]
  • 00:12:43
    mana? Sebagai catatan penutup, gue
  • 00:12:46
    pengen kita enggak berhenti hanya sampai
  • 00:12:49
    di mencetak segelintir SDM unggulan. Gue
  • 00:12:52
    enggak bilang itu hal yang buruk, itu
  • 00:12:54
    hal yang baik. mengangkat yang top of
  • 00:12:56
    the top untuk sampai bersinar sampai
  • 00:12:58
    potensi maksimalnya itu adalah ende
  • 00:13:01
    adalah usaha yang baik gitu ya. Tapi
  • 00:13:05
    menurut gue kita juga harus ingat bahwa
  • 00:13:06
    pendidikan publik itu punya tanggung
  • 00:13:08
    jawab publik, punya tanggung jawab umum
  • 00:13:11
    untuk menyediakan pendidikan dasar yang
  • 00:13:14
    bisa menghasilkan lulusan yang punya
  • 00:13:17
    literasi dan kemampuan dasar yang baik.
  • 00:13:19
    Karena dari situlah semuanya dimulai.
  • 00:13:21
    Kalau kemampuan dasarnya udah enggak
  • 00:13:23
    kuat, ya kan, apapun program atau metode
  • 00:13:26
    belajar canggih yang dibangun di atasnya
  • 00:13:28
    itu udah pasti runtuh. Maka itu kita
  • 00:13:30
    harus pastikan fondasinya bagus,
  • 00:13:33
    pondasinya kuat. Itu aja dari gue. Kalau
  • 00:13:35
    lu ngerasa ini penting, boleh bantu
  • 00:13:38
    di-share ke semua koneksi lu, ya kan?
  • 00:13:41
    Mudah-mudahan bisa nyampai ke
  • 00:13:42
    orang-orang yang duduk di kursi
  • 00:13:44
    kekuasaan juga yang bisa bikin
  • 00:13:45
    kebijakan-kebijakannya. Semakin banyak
  • 00:13:47
    orang yang lebih paham masalahnya, akan
  • 00:13:49
    semakin besar peluang buat kita bisa
  • 00:13:52
    benerin, bisa dapat solusi yang tepat
  • 00:13:54
    bareng-bareng. Gue Kan Cita. Salam
  • 00:13:56
    masyarakat baru.
Tags
  • pendidikan
  • literasi
  • kemampuan dasar
  • siswa
  • kurikulum
  • evaluasi
  • teknologi
  • online learning
  • transparansi
  • masalah pendidikan