00:00:00
[Musik]
00:00:03
di suatu sudut dunia seorang anak lahir
00:00:05
di tengah reruntuhan perang di sudut
00:00:07
lain seorang koruptor tertawa bebas
00:00:09
sambil menghisap darah rakyat di mana
00:00:11
keadilan Tuhan kita berteriak dalam diam
00:00:13
mengapa penderitaan tak memilih korban
00:00:15
mengapa yang jahat berkuasa sementara
00:00:17
yang suci tersalib agama menjanjikan
00:00:20
harmoni tapi realita mempertontonkan
00:00:22
kekacauan apakah ini ujian kekejian
00:00:25
ataukah Tuhan hanya mitos seperti bisik
00:00:27
fireb proyeksi jiwa manusia yang rapuh
00:00:30
sejak trilema Epikirus menggugat langit
00:00:32
jika Tuhan maha baik mengapa kejahatan
00:00:34
ada jika maha tahu mengapa dia diam jika
00:00:37
maha kuasa mengapa tak menghapus
00:00:39
penderitaan ini bukan sekadar pertanyaan
00:00:42
ini pemberontakan akal yang membakar
00:00:43
kitab-kitab suci sebuah perlawanan jiwa
00:00:46
yang menolak menerima takdir sebagai
00:00:48
jawaban final tapi di balik kemarahan
00:00:50
ini tersembunyi kerinduan akan makna
00:00:52
bisakah kegelapan dunia berdamai dengan
00:00:54
bayangan Tuhan yang sempurna filsafat
00:00:57
menyodorkan Teodisi augustinus berkata
00:00:59
"Kejahatan lahir dari kebebasan
00:01:01
manusia." John Hick berseru "Penderitaan
00:01:03
adalah pahat untuk menyempurnakan jiwa."
00:01:06
Tapi Nietzsche mengejek "Tuhan yang
00:01:07
membiarkan penderitaan tak berdosa
00:01:09
pantas diadili." Agama pun menjawab
00:01:11
"Ayub yang diuji sampai ke tulang
00:01:13
sumsum." Quran yang menjanjikan ujian
00:01:15
bagi orang beriman hukum karma dalam
00:01:17
tradisi timur yang menghukum tanpa ampun
00:01:20
tapi bisakah jawaban ini menyembuhkan
00:01:22
luka seorang ayah yang anaknya dibantai
00:01:25
ataukah ini hanya dalih untuk menutup
00:01:27
mata dari kebisuan langit malam ini kita
00:01:29
tak akan lari ke dogma atau sembunyi di
00:01:32
balik kutipan kitab suci kita akan
00:01:34
berjalan di tepi jurang mempertanyakan
00:01:36
keadilan Tuhan dengan kepala dingin dan
00:01:38
hati terbuka menyisir argumen kamu
00:01:40
tentang pemberontakan absurd menggali
00:01:42
tafsir plantinga yang membela kebebasan
00:01:44
manusia dan mungkin menemukan bahwa
00:01:47
pertanyaan ini bukan tentang Tuhan tapi
00:01:49
tentang kita manusia yang terjepit
00:01:51
antara langit bisu dan bumi berdarah
00:01:54
siapkan diri Anda karena kita akan
00:01:56
memasuki labirin paling gelap dari iman
00:01:58
dan logika tempat di mana setiap jawaban
00:02:00
melahirkan 1000 tanya dan setiap
00:02:02
kepastian hanyalah bayangan dari
00:02:04
keraguan yang lebih dalam jika keadilan
00:02:06
Tuhan ada di manakah ia bersembunyi
00:02:09
[Musik]
00:02:12
bayangkan seorang anak berusia 5 tahun
00:02:15
terbaring di rumah sakit tubuhnya hancur
00:02:17
oleh kanker ia belum sempat mengenal
00:02:19
dunia tapi sudah disambut derita di
00:02:21
sudut lain seorang diktator menikmati
00:02:23
kekuasaan sementara ribuan mayat
00:02:25
rakyatnya membusuk di bawah reruntuhan
00:02:27
perang di sini di puncak peradaban
00:02:30
manusia kita dihadapkan pada pertanyaan
00:02:32
yang mengguncang langit jika Tuhan maha
00:02:34
baik dan maha kuasa mengapa penderitaan
00:02:36
seperti ini dibiarkan inilah problem of
00:02:39
evil paradoks tertua yang mengoyak
00:02:41
keyakinan manusia sejak Epikurus
00:02:43
melontarkan pertanyaan ini 2300 tahun
00:02:46
lalu filsuf seperti Hum mengubahnya
00:02:48
menjadi trilema mematikan tuhan yang
00:02:50
sempurna dan dunia yang penuh kejahatan
00:02:53
adalah dua hal yang tak mungkin bersatu
00:02:55
tapi mengapa keduanya tetap ada filsafat
00:02:58
membedakan kejahatan menjadi dua moral
00:03:00
dan natural moral adalah kejahatan
00:03:02
buatan manusia pembunuhan perang
00:03:05
pengkhianatan natural adalah derita yang
00:03:07
datang dari alam sendiri gempa bumi
00:03:09
wabah penyakit tsunami theodisi
00:03:12
Agustinus mengatakan "Kejahatan moral
00:03:14
lahir dari kebebasan manusia tuhan
00:03:17
memberi kita kebebasan dan kitalah yang
00:03:19
menyalahgunakannya." Tapi untuk kanker
00:03:21
pada anak kecil Agustinus menyalahkan
00:03:24
dosa asal yang merusak alam john Hick
00:03:26
mencoba menjawab "Penderitaan adalah
00:03:28
soulming pahat Tuhan untuk
00:03:30
menyempurnakan jiwa kita tapi bisakah
00:03:32
kita menerima argumen ini saat
00:03:34
menyaksikan bayi yang mati kelaparan di
00:03:36
Somalia di sini problem of evil tak lagi
00:03:39
sekadar debat akademis ia menjadi
00:03:41
jeritan hati yang terluka nietzsche si
00:03:43
pembunuh Tuhan mencemooh jika Tuhan ada
00:03:46
dia tak layak disembah jika Dia maha
00:03:48
tahu Dia sadar akan penderitaan tak
00:03:50
berdosa jika maha kuasa dia bisa
00:03:52
menghentikannya jika maha baik dia pasti
00:03:55
ingin menghentikannya tapi penderitaan
00:03:57
itu tetap ada maka Tuhan tak ada atau
00:03:59
dia adalah monster argumen Nietzsche
00:04:02
seperti palu godam yang meremukkan
00:04:03
fondasi iman tapi para filsuf tak
00:04:06
tinggal diam alvin Plantinga membalas
00:04:08
"Tuhan mungkin punya alasan transenden
00:04:10
yang tak terpahami." David Bentleyhard
00:04:12
menuduh "Kita terlalu cepat menyimpulkan
00:04:14
kejahatan sebagai tak bermakna tapi
00:04:16
inilah masalahnya semua jawaban ini
00:04:19
terasa seperti lubang hitam metafisika
00:04:21
terdengar dalam tapi tak menjawab
00:04:23
jeritan korban kita bisa terus berdebat
00:04:26
tentang freewel soulming atau
00:04:28
keterbatasan perspektif manusia tapi di
00:04:31
ujung semua teori ini ada satu
00:04:32
pertanyaan yang menggigit bisakah
00:04:34
jawaban filosofis mengeringkan air mata
00:04:36
seorang ibu yang anaknya diperkosa dan
00:04:38
dibunuh di sini filsafat mencapai
00:04:41
batasnya di sini kita berdiri di tepi
00:04:43
jurang memandang kegelapan yang tak
00:04:45
terjawab tapi mungkin seperti kata
00:04:47
filsuf William Re Tuhan mungkin ada tapi
00:04:50
keadilannya bukan keadilan kita atau
00:04:53
jangan-jangan kegelapan itu sendiri
00:04:55
adalah jawaban terakhir bagian
00:04:56
selanjutnya akan lebih gelap
00:04:58
[Musik]
00:05:01
bertahanlah di padang pasir yang tandus
00:05:03
seorang pria bernama Ayub duduk di atas
00:05:05
abu tubuhnya berlubang borok
00:05:07
anak-anaknya mati hartanya musnah ia
00:05:10
berteriak pada langit "Mengapa aku Tuhan
00:05:12
aku tak bersalah." Tuhan tak menjawab
00:05:14
dengan penjelasan sebaliknya ia
00:05:16
mengguncang Ayub dengan pertanyaan "Di
00:05:18
manakah engkau ketika aku meletakkan
00:05:20
dasar bumi?" atau siapa yang membendung
00:05:22
laut dengan pintu ayub pasal 38 ayat 4
00:05:26
hingga 8 ini bukan jawaban ini adalah
00:05:29
tamparan sebuah pernyataan bahwa
00:05:30
keadilan Tuhan melampaui logika manusia
00:05:33
yudaisme dan Kristen bersepakat Tuhan
00:05:35
tak berhutang penjelasan pada ciptaannya
00:05:37
tapi dalam Islam Al-Ghazali menegaskan
00:05:40
Tuhan punya hikmah yaitu kebijaksanaan
00:05:42
transenden yang tak terjangkau akal
00:05:44
bisakah ini diterima ketika seorang ibu
00:05:46
menyaksikan anaknya dihancurkan peluru
00:05:48
perang ketika seorang gadis 12 tahun
00:05:50
dikubur hidup-hidup demi kehormatan
00:05:52
keluarga di manakah suara Tuhan saat
00:05:54
keadilan manusia lebih bisu dari angin
00:05:56
gurun al-qur'an menjawab dengan tegas
00:05:59
"Apakah manusia mengira mereka akan
00:06:01
dibiarkan mengatakan "Kami beriman tanpa
00:06:03
diuji?" Quran surah Al-Ankabut ayat 2
00:06:06
setiap derita kata para ulama adalah
00:06:08
ujian kesabaran jalan menuju surga imam
00:06:11
Ibnu Qayyim menulis "Ujian adalah bukti
00:06:14
cinta Tuhan seperti api yang memisahkan
00:06:16
emas dari kotoran." Tapi di sini letak
00:06:19
paradoksnya jika Tuhan Maha Tahu
00:06:21
bukankah dia sudah tahu siapa yang lulus
00:06:23
ujian tanpa perlu menyiksa mereka filsuf
00:06:25
Islam Syid Muhammad Naqib Al-Attas
00:06:27
mengkritik ujian bukan untuk Tuhan tapi
00:06:30
untuk manusia menyadari ketergantungan
00:06:32
mutlak padanya di Gaza seorang anak
00:06:34
kehilangan kedua kakinya akibat bom ia
00:06:37
bertanya pada ayahnya "Apa dosaku ya
00:06:39
sang ayah dengan air mata yang membeku
00:06:41
hanya bisa membisikkan "Ini ibtilah
00:06:44
yaitu cobaan nak tapi bisakah jawaban
00:06:46
ini mengisi perut yang kelaparan atau
00:06:48
menyambung kaki yang terpisah dari tubuh
00:06:51
di kuil Hindu seorang ibu menangis di
00:06:53
depan patung Dewi Kali bayinya lahir
00:06:55
buta seorang pendeta berbisik "Ini
00:06:57
prarabda karma hutang kehidupan lampau
00:06:59
yang harus dibayar karma hukum kosmis
00:07:01
yang kejam." Tapi dalam Bagawat Gita
00:07:04
Krishna mengingatkan karma adalah hukum
00:07:06
sebab akibat bukan hukuman buddha
00:07:08
menolak fatalisme karma penderitaan bisa
00:07:10
dihentikan lewat jalan mulia berunsur
00:07:12
delapan bukan dengan pasrah pada takdir
00:07:15
lalu bagaimana dengan bayi yang
00:07:17
diperkosa lalu dibunuh dosa apa yang
00:07:19
bisa dilakukan janin dalam rahim di sini
00:07:22
agama-agama timur terjepit keadilan
00:07:24
kosmis ternyata lebih kejam dari
00:07:25
kejahatan manusia katedral-katedral
00:07:28
Eropa bergema dengan kisah dosa warisan
00:07:30
Adam agustinus berkata "Dalam diri Adam
00:07:33
semua manusia telah berdosa tapi teolog
00:07:36
modern seperti Carl Bart menolak dosa
00:07:38
asal adalah metafora keterputusan
00:07:41
manusia dari Tuhan bukan kutukan
00:07:43
biologis." Fodor Dostoyevski menggugat
00:07:45
dalam The Brothers Karamazov jika
00:07:47
penderitaan anak-anak diperlukan untuk
00:07:50
membayar kebenaran abadi maka kebenaran
00:07:52
itu tak layak dibeli di sini teologi
00:07:54
Kristen terjepit jika Tuhan mengorbankan
00:07:57
yang tak bersalah demi rencana kosmis
00:07:59
apakah ia berbeda dari tiran yang kejam
00:08:01
agama-agama menjanjikan keadilan di
00:08:03
akhirat tapi di bumi mayat-mayat korban
00:08:05
pemerkosaan tetap membusuk koruptor
00:08:07
tetap tertawa di istana emas langit
00:08:09
tetap diam mungkin pertanyaan kita salah
00:08:12
bukan di mana keadilan Tuhan tapi
00:08:14
mengapa kita masih berharap pada
00:08:16
keadilan yang tak kunjung datang di
00:08:18
bagian selanjutnya kita akan
00:08:19
meninggalkan langit menyelam ke dalam
00:08:21
jurang keraguan manusia seperti kata
00:08:23
Albert kamu jika Tuhan ada mengapa kita
00:08:26
harus menjadi pahlawan bagi diri sendiri
00:08:28
siapkah kau menghadapi kemungkinan bahwa
00:08:30
jawaban terakhir ada dalam diri kita
00:08:33
sendiri
00:08:34
[Musik]
00:08:36
seorang perempuan duduk di kamar gelap
00:08:38
memeluk foto anaknya yang tewas
00:08:40
tertembak polisi bibirnya bergetar tuhan
00:08:43
jika kau ada mengapa kau diam ini bukan
00:08:46
lagi pertanyaan filosofis ini jeritan
00:08:48
jiwa yang terpanggang rasa kehilangan
00:08:50
agama menawarkan surga tapi ia ingin
00:08:52
anaknya kembali sekarang filsafat
00:08:54
menjajakan teori tapi yang ia butuhkan
00:08:57
adalah pelukan di sini di titik nadir
00:08:59
kemanusiaan semua jawaban terasa kosong
00:09:02
theodisi Agustinus seperti kata penyair
00:09:04
Yahudi Levi Yizzak penjelasan untuk
00:09:06
penderitaan adalah penghinaan bagi
00:09:08
penderita karma bualan keji tuhan yang
00:09:10
maha kuasa nama agung yang tak menjawab
00:09:13
panggilan duka alfred North Whitehead
00:09:15
menggugat Tuhan bukan dalang yang kejam
00:09:17
ia adalah pihak yang ikut menderita
00:09:19
dalam teologi proses Tuhan tak maha
00:09:21
kuasa secara absolut ia berjuang bersama
00:09:24
kita mengarahkan semesta dengan persuasi
00:09:26
bukan paksaan tapi bisakah ini diterima
00:09:29
jika Tuhan tak sanggup menghentikan
00:09:30
genosida Rwanda lalu apa bedanya dengan
00:09:33
ketiadaannya eli Whel korban selamat
00:09:35
Auswit menulis Tuhan di mana dia di sana
00:09:38
digantung di tiang gantungan inilah
00:09:40
paradoks tuhan yang rapuh justru lebih
00:09:43
manusiawi tapi manusia butuh lebih dari
00:09:45
sekadar teman penderitaan mereka butuh
00:09:47
jawaban mereka butuh keadilan soren
00:09:50
Kirkegard menulis "Iman dimulai ketika
00:09:52
logika berakhir baginya Abraham yang
00:09:55
rela mengorbankan Ishak bukanlah contoh
00:09:57
ketaatan buta melainkan lompatan ke
00:10:00
absurditas." "Iman sejati," kata
00:10:02
Kirkegard adalah menerima paradoks bahwa
00:10:04
Tuhan bisa meminta yang tak masuk akal
00:10:07
tapi di abad ke-21 bisakah kita menerima
00:10:10
absurditas ketika bom menghancurkan
00:10:12
rumah sakit albert kamu membantah
00:10:14
absurditas bukan alasan untuk beriman
00:10:16
itu alasan untuk memberontak lompatan
00:10:19
iman kirar terdengar seperti dalih bagi
00:10:21
Tuhan yang lalai atau jangan-jangan
00:10:23
justru di jurang absurditas ini kita
00:10:26
menemukan kebebasan tertinggi kebebasan
00:10:28
untuk memilih percaya meski semua bukti
00:10:31
berkata sebaliknya Stephen Hawking
00:10:33
pernah berkata tidak perlu mengundang
00:10:35
Tuhan untuk menyalakan kertas biru alam
00:10:37
semesta hukum fisika entropi seleksi
00:10:40
alam teori kaos cukup menjelaskan
00:10:42
penderitaan tsunami bukanlah murka Tuhan
00:10:45
melainkan lempeng tektonik yang bergeser
00:10:47
tapi di sini muncul pertanyaan baru jika
00:10:50
alam semesta netral lalu di manakah
00:10:52
ruang untuk keadilan seekor singa
00:10:54
menerkam rusa itu hukum alam seorang
00:10:57
psikopat membantai keluarga itu evolusi
00:10:59
neural yang gagal sains menjawab
00:11:01
keadilan hanyalah konsep manusia alam
00:11:04
tak peduli tapi jika demikian bukankah
00:11:06
seluruh peradaban kita hukum moral agama
00:11:09
hanyalah sandiwara untuk menutupi
00:11:11
kekosongan yang mengerikan di kam
00:11:13
konsentrasi Teresin Stat Victor Frankel
00:11:15
menemukan makna di tengah neraka segala
00:11:18
sesuatu bisa diambil dari manusia
00:11:20
kecuali kebebasan terakhir kebebasan
00:11:22
memilih sikap mungkin inilah jawaban
00:11:24
sementara tuhan jika Ia ada tidak akan
00:11:27
datang menyelamatkan kita tapi ia
00:11:29
memberi kita tangan untuk menyelamatkan
00:11:31
sesama memberi kita mulut untuk
00:11:33
berteriak tidak pada ketidakadilan di
00:11:35
bagian terakhir kita akan bertanya jika
00:11:38
Tuhan diam apakah kita berhak diam juga
00:11:40
seperti kata Ditrick Bonover sebelum
00:11:42
dihukum mati Tuhan yang kita sembah
00:11:44
adalah Tuhan yang lemah Tuhan yang hadir
00:11:46
dalam penderitaan manusia atau justru di
00:11:49
sinilah panggilan sejati manusia menjadi
00:11:51
Tuhan kecil yang memberontak terhadap
00:11:53
kekosongan kosmis
00:11:58
langit diam tuhan jika ia ada tak turun
00:12:01
tangan menghentikan peluru yang
00:12:02
merenggut nyawa anak-anak di Sudan tidak
00:12:04
juga menghancurkan gudang senjata para
00:12:06
diktator tapi di tengah keheningan ini
00:12:09
ada suara lain yang bergema dentang palu
00:12:11
hakim yang menghukum pemerkosa riuh
00:12:13
massa yang menuntut reformasi desisan
00:12:15
kompor ibu-ibu yang memberi makan
00:12:17
tetangga kelaparan di sini di
00:12:19
puing-puing Theodisi kita menemukan
00:12:21
jawaban paling radikal keadilan Tuhan
00:12:23
tidak jatuh dari langit ia lahir dari
00:12:25
tangan manusia yang memilih untuk tidak
00:12:28
diam martin Luther King Jr berteriak
00:12:30
"Keadilan yang tertunda adalah keadilan
00:12:33
yang ditolak ia tak menunggu mukjizat ia
00:12:35
bergerak meski tahu peluru bisa
00:12:37
mengakhiri nyawanya dan memang demikian
00:12:40
Paulo Freere bapak pendidikan kaum
00:12:42
tertindas tidak berdoa untuk kesadaran
00:12:45
ia mengajar petani buta huruf membaca
00:12:47
sambil mengangkat senjata melawan rezim
00:12:49
di Gaza tahun 2021 dr izeldin Abu Elais
00:12:54
dr palestina dan Yehuda Koperman dokter
00:12:56
Israel berbagi obat-obatan melintasi
00:12:59
blokade di tengah perang mereka menjadi
00:13:01
Tuhan kecil tuhan yang memilih untuk
00:13:03
menyembuhkan bukan menghancurkan inilah
00:13:06
Theodisi Liberation Theology tuhan
00:13:08
memihak kaum tertindas bukan dengan
00:13:10
mukjizat tapi dengan menginspirasi
00:13:12
manusia memberontak victor Frankel
00:13:14
selamatkan konsentrasi menulis "Jika
00:13:16
hidup punya tujuan penderitaan pun punya
00:13:19
makna ia tak bicara tentang makna ilahi
00:13:21
ini adalah makna manusiawi keberanian
00:13:24
untuk tetap mencintai di tengah
00:13:25
kebencian untuk membangun di atas
00:13:28
reruntuhan lihatlah Hibakusha korban
00:13:30
selamat Hiroshima yang mengkampanyekan
00:13:32
perdamaian global lihatlah Paul
00:13:34
Rusesabagina yang menyelamatkan
00:13:37
1268 nyawa selama genosida Rwanda
00:13:40
lihatlah Mothers of Plaza de Mayo yang
00:13:43
menari dengan foto anak hilang di dada
00:13:45
mereka tak menunggu keadilan Tuhan
00:13:47
mereka menciptakannya dengan air mata
00:13:49
yang menjadi semen darah yang menjadi
00:13:51
cat dan tulang yang menjadi fondasi ini
00:13:53
bukan iman ini pemberontakan Allah
00:13:55
Albert kamu pemberontakan yang
00:13:57
melahirkan makna dari kekosongan kita
00:14:00
telah menggugat langit mengutuk teologi
00:14:02
dan meragukan kitab suci kini tinggal
00:14:04
satu pertanyaan maukah kita memakai
00:14:07
mahkota Tuhan yang telah jatuh setiap
00:14:09
kali kau membela korban bullying kau
00:14:11
adalah keadilan Tuhan setiap kali kau
00:14:14
menolak suap kau adalah kebenaran Tuhan
00:14:16
setiap kali kau memeluk orang yang
00:14:18
berbeda keyakinan kau adalah kasih Tuhan
00:14:21
tuhan mungkin ada di surga tapi
00:14:22
keadilannya jika ada harus dirajut di
00:14:25
bumi dengan tangan kita dengan keringat
00:14:28
kita dengan risiko kita di pengungsian
00:14:30
Surya seorang anak perempuan menggambar
00:14:32
matahari di dinding yang berlubang
00:14:34
peluru ia berkata "Aku tak tahu di mana
00:14:37
Tuhan tapi aku tahu di mana cahaya."
00:14:39
Mungkin keadilan Tuhan bukanlah tempat
00:14:41
tapi arah bukan jawaban tapi pertanyaan
00:14:44
yang memaksa kita bergerak seperti api
00:14:46
Prometeus yang dicuri dari langit kita
00:14:48
kini harus memilih tetap meratapi
00:14:50
kegelapan atau menyalakan lilin dengan
00:14:52
tangan kita
00:14:56
sendiri di sebuah ruang kosong seorang
00:14:58
anak kecil menatap langit dan bertanya
00:15:01
"Apakah Tuhan sedang tidur kita telah
00:15:03
menyisir gurun filsafat mendaki gunung
00:15:05
teologi dan menyelam ke jurang keraguan
00:15:08
tapi pertanyaan itu tetap menggantung di
00:15:10
manakah keadilan Tuhan mungkin kita
00:15:13
seperti semut yang menuntut penjelasan
00:15:15
tentang hujan sementara jawabannya ada
00:15:17
di luar dimensi pikiran kita atau
00:15:19
mungkin seperti kata Einstein Tuhan
00:15:21
tidak bermain dadu tapi dalam
00:15:23
ketidakpastian kuantum ini adilkah ia
00:15:26
membiarkan dadu nasib menentukan
00:15:27
penderitaan anak-anak agama menjanjikan
00:15:30
surga filsafat menjanjikan kebijaksanaan
00:15:32
sains menjanjikan hukum alam tapi di
00:15:34
lorong-lorong rumah sakit di tenda
00:15:36
pengungsi di sel penjara yang gelap
00:15:38
semua jawaban ini menguap meninggalkan
00:15:40
kita dengan keheningan tapi di
00:15:42
keheningan itu Martin Luther King Jr
00:15:44
berbisik "Kegelapan tak bisa mengusir
00:15:46
kegelapan hanya cahaya yang bisa jalan
00:15:48
keadilan kita ukir dengan memilih untuk
00:15:51
tidak acuh dengan menolak tirani dengan
00:15:53
menjadi suara bagi yang bisu tuhan
00:15:55
mungkin tidak datang dengan pedang
00:15:57
menyala tapi seperti kata Rabranatagore
00:16:00
ia menitipkan bintang di mata kita dan
00:16:02
api di hati kita victor Frankel menulis
00:16:05
"Di antara stimulus dan responsah di
00:16:08
celah itulah kebebasan kita berada di
00:16:10
celah yang sama itu kita memutuskan
00:16:13
meratapi langit yang bisu atau menjadi
00:16:15
Prometeus yang mencuri api keadilan
00:16:18
menunggu mukjizat atau seperti Ibu
00:16:19
Pertiwi dalam mitologi Jawa merawat bumi
00:16:22
yang terluka kita adalah teka-teki yang
00:16:24
menuntut jawaban sekaligus jawaban yang
00:16:26
menuntut pertanyaan seperti kata Hanah
00:16:29
Aren di tengah kehancuran masih ada
00:16:31
ruang untuk tindakan baru malam ini kita
00:16:34
tutup dengan pertanyaan yang sama
00:16:36
seperti pembuka di manakah keadilan
00:16:38
Tuhan mungkin di sini di udara yang kita
00:16:40
hirup di air mata yang kita keringkan
00:16:42
untuk sesama di tangan yang engkau
00:16:44
ulurkan ke orang asing "Jangan-jangan ia
00:16:47
ada di setiap keputusan untuk tetap
00:16:49
percaya meski langit tak pernah menjawab
00:16:52
karena akhirnya seperti kata Soren Kir
00:16:54
Kegaar kehidupan harus dipahami mundur
00:16:56
tapi dijalani maju kita merangkul
00:16:58
paradoks menanam benih keadilan di tanah
00:17:00
gersang dan menunggu bukan jawaban Tuhan
00:17:03
tapi tunas yang suatu hari akan pecah
00:17:05
dari tanah jika video ini mengusik jiwa
00:17:08
Anda jangan diamkan bagikan diskusikan
00:17:11
dan tetaplah bertanya bertanyalah
00:17:13
seperti Ayub yang memberontak bukan
00:17:15
seperti Faus yang menjual jiwa dan ingat
00:17:17
dunia ini gelap tapi selama masih ada
00:17:19
yang berani menjadi fajar seperti kata
00:17:21
penyair Palestina Mahmud Darwish
00:17:23
kegelapan takkan pernah menang
00:17:27
[Musik]