00:00:00
Nah, ee bagaimana caranya kita
00:00:03
meningkatkan kesadaran yang sedini
00:00:06
mungkin akan ee melatih supaya ee kita
00:00:10
rela misalnya dalam kondisi kehilangan
00:00:14
ee orang yang paling kita cintai kayak
00:00:16
gitu. Makasih, Band.
00:00:20
Iya, betul. Jadi kita sebetulnya tadi
00:00:24
sudah saya sampaikan hidup ini adalah
00:00:27
perubahan dan bagaimana kita
00:00:29
mempersiapkan
00:00:31
diri. Tapi persiapan ini kan juga
00:00:35
levelnya berbeda-beda ya. Tadi mulai
00:00:37
dari menengah ee bawah, menengah dan
00:00:40
atas.
00:00:41
termasuk kehilangan orang yang kita
00:00:44
cintai. Kehilangan itu bisa hanya pergi,
00:00:48
kehilangan itu bisa kemudian sudah tidak
00:00:51
lagi ada di dunia ini. Dia sudah
00:00:53
terlahir di tempat lain atau di alam
00:00:56
yang lain. Gimana ini
00:00:58
sekarang? Tentu tergantung level kita.
00:01:03
Kalau level kita ini sudah terbiasa ya
00:01:06
tadi dari sekolah minggu misalnya kita
00:01:08
latih dengan dana paramita sebetulnya
00:01:10
itu itu level awal sekali ya. Jadi kita
00:01:14
belajar kehilangan apa yang kita
00:01:17
miliki. Dana paramita terutama yang
00:01:20
misalnya bentuknya materi katakanlah
00:01:23
dalam bahasa sederhananya adalah uang.
00:01:26
itu adalah yang menjadi alat tukar di
00:01:30
dalam kehidupan sehari-hari dan
00:01:33
menjadi ukuran
00:01:36
kadang-kadang berapa banyak uang yang
00:01:38
kita miliki. Itulah posisi kita di dalam
00:01:41
masyarakat setinggi
00:01:43
itu. Sehingga misalnya anak sekolah
00:01:46
minggu saya
00:01:48
dana nilai materinya besar. Wah, maka
00:01:53
akhirnya saya bisa nilai materi yang
00:01:55
besar ini uangnya saya buka, saya
00:01:58
masukkan supaya teman-teman semua tahu.
00:02:00
Nih loh, nih loh
00:02:03
noh. Tapi saya yang berdana nilai
00:02:05
materinya kecil saya gulung kecil saya
00:02:09
lipat-lipat saya masukkan. Saya takut
00:02:11
dilihat orang
00:02:12
lain. Nah, itu karena kita melihat atau
00:02:17
di dalam masyarakat nilai materi itu
00:02:19
kadang menunjukkan
00:02:23
posisi sehingga ketika anak-anak diberi
00:02:26
materi tertentu, nilai tertentu oleh
00:02:28
orang tua, wow
00:02:31
ini ini menjadi bagian dari meningkatkan
00:02:34
kualitas diri saya. atau mungkin saya
00:02:37
punya cita-cita nanti ee saya kumpulkan
00:02:40
dananya mau saya pakai untuk membeli
00:02:43
sepeda misalnya atau saya mau beli apa
00:02:45
yang saya sukai, tetapi hari Minggu saya
00:02:49
harus dana paramita ini. Nah, nilai yang
00:02:52
sedemikian ini mestinya saya bisa untuk
00:02:55
membeli apa yang saya suka itu akhir
00:02:57
bulan ini setelah sekian minggu saya
00:03:01
berhemat. Tapi saya harus berdana
00:03:03
paramita. Jadi waktu yang saya butuhkan
00:03:07
menjadi lebih panjang. Mestinya akhir
00:03:09
bulan ini menjadi akhir bulan depan. Ya
00:03:11
sudahlah enggak apa-apa saya
00:03:13
mengembangkan kerelaan. Jadi sebetulnya
00:03:15
saya
00:03:16
berat untuk berbagi, tetapi saya mau
00:03:21
berbagi. Nah, itu artinya belajar
00:03:25
melepaskan yang
00:03:28
dicintai. Kemudian kita makin
00:03:32
dewasa lalu kita bisa
00:03:34
bekerja. Bekerja tujuannya apa? Kan ya
00:03:37
cari duit.
00:03:39
Tapi nanti di hari tertentu puja bakti
00:03:42
ataupun ada kegiatan-kegiatan WA dan
00:03:44
lain sebagainya kita harus berdana. Ini
00:03:47
dana ini sudah beda sama yang waktu tadi
00:03:50
kita sekolah minggu. Sekolah minggu
00:03:51
hanya dikasih orang tua, ayah dan ibu.
00:03:55
Kemudian kita hanya untuk
00:03:57
kepentingan-kepentingan yang sederhana
00:03:58
sekali. Mau beli ini, mau beli itu, mau
00:04:01
beli mainan kayak, mau beli apa. Itu
00:04:03
sangat sederhana sekali untuk kita di
00:04:06
level yang sekarang. Tapi di level
00:04:08
anak-anak itu juga termasuk complicated,
00:04:10
termasuk yang sulit juga ya.
00:04:13
Itu itu kita sudah relakan. Nah,
00:04:16
sekarang kita di level yang lebih
00:04:17
dewasa. Wow, duit ini saya peroleh dari
00:04:22
keringat saya ini, dari waktu saya. Saya
00:04:25
bekerja pagi sampai malam ini untuk
00:04:27
dapat duit. So sekarang tahu-tahu ada
00:04:29
pembangunan wihara, sekarang ada
00:04:31
kegiatan seperti ini, ada baksos ini.
00:04:34
Aduh saya
00:04:35
kasihkan nilainya menjadi tinggi sekali.
00:04:38
Kenapa? Karena ini hasil keringat saya.
00:04:40
Saya bukan dari mencuri, saya bukan dari
00:04:42
korupsi, tapi saya benar-benar dari
00:04:45
keringat saya, waktu saya, tenaga saya
00:04:50
danakan.
00:04:53
Artinya sekarang saya bisa berbagi nilai
00:04:56
yang tertinggi yang saya bisa
00:05:00
berikan. Nah,
00:05:03
kemudian sekarang saya
00:05:05
mengalami kalau tadi mungkin orang yang
00:05:08
gak suka sama
00:05:10
saya. Orang yang gak suka sama
00:05:14
saya sekarang apa yang harus saya
00:05:16
danakan adalah
00:05:19
kesabaran dan cinta kasih.
00:05:22
Apakah saya harus beli sih kesabaran
00:05:25
itu? Ini loh uang hasil keringat saja
00:05:29
saya danakan untuk
00:05:31
biara. Sabar dan cinta kasih itu kan
00:05:34
enggak
00:05:35
beli. Apa saya juga enggak mampu
00:05:39
bagikan. Oh, ini barang gratis yang ada
00:05:42
di dalam diri saya. Gratisnya ini saat
00:05:45
ini. Tapi sebetulnya itu adalah hasil
00:05:47
latihan dari kita masih sekolah minggu.
00:05:52
Kemudian ketika saya
00:05:55
diajak misalnya tersenyum sama
00:05:59
orang, sebetulnya saya enggak suka ya
00:06:01
sama dia ini. Ini orang ini ngurusi saya
00:06:04
banget ini. Mertua saya ini. Aduh,
00:06:07
menjengkelkan sekali. Tapi saya sama
00:06:09
mertua masa enggak
00:06:11
boleh apa ya harus kasar begitu. Saya
00:06:15
terpaksa harus tersenyum sama orang
00:06:17
mertua saya ini. Juengkel.
00:06:21
Tapi saya harus
00:06:23
tersenyum, saya harus sabar, saya harus
00:06:26
penuh cinta kasih. Lah tersenyum ini kan
00:06:28
tidak biaya. Tadi yang saya kasih materi
00:06:32
saja saya bisa. Yang itu hasil kerja
00:06:34
saya. Masa senyum saja saya enggak mau.
00:06:37
Ini kan enggak ada enggak ada biayanya.
00:06:39
Ini kan
00:06:40
gratis. Akhirnya saya bisa senyum dengan
00:06:43
orang yang saya enggak suka tadi. Mertua
00:06:46
misalnya. Akhirnya saya bisa
00:06:48
menyapa selamat pagi, selamat sore,
00:06:52
selamat malam. Akhirnya saya bisa
00:06:54
menyapa walaupun ya cukup menyapa itu.
00:06:56
Mungkin saya levelnya cuma di tengah itu
00:06:58
aja ya. Siap di tengah kemudian habis
00:07:00
itu pergi sudah ya. Ee maaf ini masih
00:07:02
ada
00:07:03
kesibukan saya mungkin levelnya itu tapi
00:07:06
kalau nanti saya levelnya meningkat ya
00:07:07
saya bisa ngobrol dan lain sebagainya.
00:07:10
Nah, sekarang jatuh tempo yang orang
00:07:12
yang kita
00:07:15
cintai. Mulai dari kecil tadi sebetulnya
00:07:18
duit itu yang kita cintai, kita
00:07:22
bagikan. Dewasa duit ini juga yang kita
00:07:25
cintai, kita sudah bagikan.
00:07:30
Sekarang orang yang kita
00:07:35
cintai. Kalau tadi duit ini kita kasih
00:07:39
bagian ini tujuannya apa? Wah ini ada
00:07:42
acara Waisak, ada kegiatan ini, ada
00:07:45
pembangunan wihara, ada ini itu. Oke,
00:07:47
saya dana. Tujuannya apa? Tujuannya
00:07:51
supaya yang menerima dana ini mendapat
00:07:54
manfaat. Tujuannya supaya dia memperoleh
00:07:56
kebahagiaan. Oh, akhirnya dia acaranya
00:08:00
sukses. Wow, pembangunannya luar biasa
00:08:04
ya.
00:08:05
Pembangunan sembilan lantai
00:08:09
wiara
00:08:10
Girinaga yang telah dibangun setelah
00:08:13
kutik belakang itu dibangun.
00:08:16
Itu bukan dana pribadi Saudara Roi atau
00:08:20
Pak Roi. Itu adalah Pak Roi mengelola
00:08:24
dana yang sedemikian banyak dari
00:08:26
umat-umat diwujudkan menjadi bangunan
00:08:29
yang demikian kokoh, megah, dan luar
00:08:32
biasa. Nah, artinya apa? Donasi Anda
00:08:37
besar atau
00:08:39
kecil itu memberikan manfaat yang besar
00:08:42
sehingga hari itu panitia pembangunan
00:08:44
bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik
00:08:47
dan bisa diresmikan dengan luar biasa
00:08:51
sekali. Bahkan sekarang katanya Pak Roi
00:08:54
sudah membeli tanah seberang lagi untuk
00:08:57
parkiran dan sebagainya kan itu luar
00:08:59
biasa banget. Jadi itu sebetulnya waktu
00:09:02
kita
00:09:03
berdana pihak lain menjadi
00:09:06
bahagia. Nah,
00:09:08
sekarang
00:09:10
ketika kita ditinggal orang yang kita
00:09:14
cintai pada saat saya
00:09:18
merelakan sebetulnya. Kenapa? Karena
00:09:21
yang dicintai mungkin sudah mendapatkan
00:09:24
kebahagiaan lebih daripada ketika
00:09:27
bersama dengan saya.
00:09:31
Misalnya orang yang dicintai ini pergi
00:09:34
ke tempat lain, mungkin di tempat lain
00:09:37
itu dia lebih bahagia daripada di tempat
00:09:40
ini bersama saya. Kalau demikian saya
00:09:43
hanya mendoakan saja sama dengan dana
00:09:45
materi yang tadi bisa dipakai jadi
00:09:47
bangun wihara. Kalau demikian saya juga
00:09:49
mendoakan semoga dana kerelaan yang saya
00:09:53
berikan ini membuahkan kebahagiaan
00:09:56
engkau pada kamu kepada engkau di tempat
00:10:01
yang
00:10:02
berbeda. Jadi memberikan harapan doa
00:10:06
ucapan selamat.
00:10:09
Sebaik sebaliknya kalau sekarang orang
00:10:13
yang kita cintai ini sudah terlahir di
00:10:15
alam
00:10:16
lain, maka kita merelakannya adalah
00:10:19
dengan mengatakan, "Semoga engkau di
00:10:22
alam yang sekarang, di kelahiran engkau
00:10:24
yang sekarang akan selalu lebih
00:10:28
berbahagia dibandingkan dengan yang saat
00:10:31
ini." Kenapa saya sedih ketika ditinggal
00:10:35
orang yang dicintai? Karena
00:10:38
saya masih ingin selalu bertemu dengan
00:10:42
yang dicinta, tidak mau berpisah dengan
00:10:46
yang
00:10:48
dicinta. Padahal kenyataan semua itu
00:10:52
adalah netral. Cinta dan benci itu hanya
00:10:55
karena
00:10:57
keinginan. Cinta itu karena keinginan
00:11:00
kita tercapai.
00:11:02
Maka saya mencintai dia,
00:11:06
saya keinginannya terpuaskan oleh dia.
00:11:10
Maka saya mencintai dia. Sebetulnya dia
00:11:14
adalah
00:11:15
objek kepuasan diri saya. Itulah yang
00:11:19
saya sebut
00:11:21
cinta. Sedangkan orang yang saya benci
00:11:25
adalah orang yang tidak bisa memuaskan
00:11:28
keinginan saya. Setiap kali saya ingin
00:11:31
gini, dia tidak melakukan. Setiap kali
00:11:33
saya ingin gini, dia enggak melakukan.
00:11:35
Saya benci dia karena dia adalah objek
00:11:38
yang tidak bisa memuaskan keinginan
00:11:41
saya. Kita renungkan di dunia
00:11:45
ini, apapun yang kita
00:11:47
cintai sebetulnya adalah karena
00:11:50
keinginan kita tercapai.
00:11:53
Jadi
00:11:55
misalnya
00:11:57
saya suka loh HP merek ini. Saya tidak
00:12:02
suka HP merek itu. Kenapa? Karena HP
00:12:05
merek ini memenuhi keinginan saya. Saya
00:12:09
ingin ini bisa, saya ingin itu bisa,
00:12:11
maka HP ini saya
00:12:15
suka. HP yang itu saya enggak suka.
00:12:17
Kenapa? Karena HP itu tidak memenuhi
00:12:19
keinginan saya. Saya mau gini enggak
00:12:21
bisa, saya mau gitu enggak bisa.
00:12:23
menjengkelkan sekali HP itu saya enggak
00:12:25
suka dan
00:12:27
kadang-kadang urusan yang sangat relatif
00:12:31
ini kita jadikan sebagai yang
00:12:38
objektif. Misalnya HP ini saya suka itu
00:12:42
sebetulnya relatif karena saya suka,
00:12:44
tetapi saya jadikan objektif HP ini
00:12:46
bagus. Lalu kita merekomen teman-teman
00:12:49
kita, HP ini bagus, HP ini bagus. Kita
00:12:51
anggap teman kita sama dengan kita
00:12:54
keinginannya. Padahal teman kita akan
00:12:57
mengatakan, "Hap kayak gitu kok bagus.
00:12:59
Oh, enggak cocok itu." Kan saya enggak
00:13:00
senang itu. Kenapa? Karena keinginannya
00:13:02
dia
00:13:04
berbeda. Kemudian HP ini gak bagus.
00:13:08
Kenapa? Karena enggak sesuai dengan
00:13:09
keinginan kita.
00:13:11
Subjektif. Tapi kemudian kita jadikan
00:13:14
objektif. Jangan beli HP yang ini enggak
00:13:16
bagus ini enggak bagus HP ini. Orang
00:13:18
lain punya kebutuhan yang berbeda. Orang
00:13:21
lain punya kesulitan yang berbeda. Tidak
00:13:23
perlu kita memaksakan kehendak kepada
00:13:26
dia. Ini HP. Kemudian teman juga
00:13:30
sama. Saya teman ini saya suka. Kenapa?
00:13:34
Karena teman itu memuaskan keinginan
00:13:36
saya. Saya kepengin kalau ngomong tuh
00:13:38
halus-halus. Eh, teming ngomongnya
00:13:39
halus-halus nih. Saya kepengin kalau
00:13:42
saya sedang sedih bisa
00:13:45
dihibur. Teman ini suka
00:13:48
menghibur. Saya kalau butuh uang dia
00:13:50
bisa minjamin. Ah, teman ini suka
00:13:53
minjemin. Saya kalau sedang ee eh
00:13:58
sakit, butuh perhatian, dia sangat
00:14:01
memperhatikan. Jadi saya cinta dia bukan
00:14:05
karena dia, tapi karena
00:14:10
saya terpenuhi
00:14:13
[Musik]
00:14:15
keinginannya. Sebaliknya, Teman yang itu
00:14:17
saya enggak suka. Kenapa? Saya kepengin
00:14:19
ngomongnya halus, dia kasar sih. Saya
00:14:22
kepengin perhatian, dia gak ada
00:14:23
perhatian. Dia cuek banget. Jadi saya
00:14:25
enggak suka. itu sebetulnya adalah
00:14:28
kebutuhan pribadi. Tetapi kemudian kita
00:14:32
jadikan objektif. Yang subjektif kita
00:14:35
jadikan objektif. Jadi kita ngomong, "Yo
00:14:39
teman ini baik. Ayo kamu kalau
00:14:41
teman-temanan yang model begini nih, ini
00:14:43
bagus nih, ini bagus." Itu urusan
00:14:45
pribadi kita. Kita jadikan yang objektif
00:14:49
gitu. Kalau teman itu aku wah paling
00:14:51
enggak suka itu menjengkelkan itu jahat
00:14:54
itu. Padahal itu urusan pribadi kita.
00:14:57
Dan akhirnya orang lain akan mengatakan
00:14:59
jahat kan sama kamu sama aku enggak kok
00:15:05
misalnya. Nah jadi kita ini sebetulnya
00:15:10
hanya urusan subjektif banget. Demikian
00:15:13
pula dengan tempat misalnya wah tempat
00:15:16
ini bagus. Kenapa tempat ini bagus?
00:15:18
karena memenuhi keinginan saya. Saya
00:15:20
kepengin udaranya sejuk, dia sejuk.
00:15:23
Pemandangannya bagus, dia bagus. Sesuai
00:15:25
dengan keinginan saya. Maka saya
00:15:27
mengatakan, "Wah, teman ini tempat ini
00:15:29
recommended banget ini. Ini bagus ini.
00:15:32
Kita jadikan objektif." Padahal dia
00:15:34
sebetulnya urusannya
00:15:36
subjektif. Tempat ini enggak bagus.
00:15:39
Kenapa? Karena gak memenuhi keinginan
00:15:41
saya. Pemandangannya jelek, udaranya
00:15:43
jelek, dan lain sebagainya. Itu
00:15:45
subjektif. Kemudian kita jadikan
00:15:47
objektif. Ini loh tempatnya kalau ini
00:15:49
jelek jangan pergi ke
00:15:50
sana. Restoran juga sama. Restoran ini
00:15:54
bagus. Kenapa? Karena cocok dengan
00:15:57
keinginan saya. Makanannya cocok dengan
00:15:59
keinginan saya. Harganya oke, tempatnya
00:16:02
oke. Jadi kemudian kita jadikan yang
00:16:05
subjektif ini sebagai objektif. Ini loh
00:16:07
restoran bagus. Padahal itu hanya
00:16:09
kepenuhi keinginan kita. Restoran ini
00:16:12
gak bagus. Kenapa? E makanannya bagi
00:16:14
saya enggak cocok. kemudian udaranya,
00:16:18
pemandangannya dan pelayanannya dan
00:16:20
lain-lain. Ah, ini restoran enggak
00:16:22
benar. Itu semua adalah urusan
00:16:25
subjektif. Jadi di dunia ini semua itu
00:16:29
hanya objek keinginan kita. Kita yang
00:16:32
belum mencapai kesucian itu selalu
00:16:35
menjadikan lingkungan kita ini sebagai
00:16:38
objek, pemuas keinginan. Mereka yang
00:16:41
bisa memuaskan keinginan kita, kita
00:16:43
sebut bagus dan kita
00:16:45
cintai. Kucinglah saya senang kucing
00:16:47
yang ini. Kok saya enggak suka kucing
00:16:49
yang itu. Kenapa? Karena kucing yang ini
00:16:51
memenuhi keinginan saya. Ketika saya
00:16:54
sedang stres, dia bisa datang
00:16:55
mencium-cium saya, menggosokkan
00:16:57
badannya. Kucing yang itu saya enggak
00:17:00
suka. Kenapa? Karena kucing itu malah
00:17:01
mencakar saya, menggigit saya. Anjing
00:17:04
yang ini saya suka. Kenapa? Karena
00:17:06
anjing ini kalau saya saya datang selalu
00:17:08
mengibaskan ekor. Kalau yang itu saya
00:17:10
enggak suka. Kenapa? Karena kalau saya
00:17:12
datang dia malah lari. Jadi anjing itu
00:17:15
pun hanya objek keinginan kita. Kucing
00:17:18
itu juga objek keinginan kita. Semua di
00:17:22
dunia adalah objek keinginan kita. Nah,
00:17:24
sekarang orang yang kita cintai
00:17:26
sebetulnya dia adalah objek keinginan
00:17:28
kita.
00:17:30
Kita tidak mau melepas dia adalah karena
00:17:33
keinginan kita belum terpuaskan secara
00:17:37
tuntas. Contohnya kalau orang
00:17:40
tua, Anda yang bergerak di bidang
00:17:43
keagamaan spiritual ini tentu tahu.
00:17:45
Misalnya ada orang tua yang masih muda,
00:17:47
anak-anaknya masih kecil, ketika sakit
00:17:50
maka biasanya ada keluarganya yang
00:17:52
datang ke wiara dan meminta, "Tolonglah
00:17:54
teman-teman bacain parita, ayahku
00:17:57
sakit."
00:17:58
karena dia masih muda masih
00:18:02
diperlukan. Tapi tentu teman-teman juga
00:18:05
tahu ketika ayahnya ini sudah umurnya 80
00:18:08
90 tahun sudah sakit-sakitan, anaknya
00:18:11
sudah mandiri semua, maka orang ini akan
00:18:14
pergi ke wiara. Dan tolonglah bantu
00:18:17
teman-teman doa supaya ayah saya atau
00:18:20
orang tua saya ini cepat jalannya.
00:18:22
Kasihan dia sakitnya lama.
00:18:24
Peristiwa ditinggal orang yang kita
00:18:26
cintai, ayah itu atau ibu, orang tua
00:18:30
sama peristiwanya, cuman kebutuhannya
00:18:32
yang berbeda. Kalau dia masih menjadi
00:18:36
objek pemuasan keinginan saya, kalau
00:18:39
bisa umurnya yang panjang supaya saya
00:18:42
bisa lebih lama dipuaskan.
00:18:45
Tapi kalau dia sudah tidak memuaskan
00:18:48
keinginan saya, dia sudah sakit-sakitan,
00:18:50
sudah tidak memberikan penghasilan,
00:18:52
malah mengeluar membuat pengeluaran
00:18:54
keuangan saya bulanannya jadi tinggi
00:18:56
karena perobatan, pengobatan dan
00:18:58
sebagainya, maka kalau bisa
00:19:01
dipercepat. Sangat mengerikan
00:19:04
teman-teman semua di dunia ini bahwa
00:19:06
semua ukurannya hanya karena keinginan
00:19:09
kita. Kalau kita bisa memahami itu dan
00:19:12
kita punya cinta
00:19:14
kasih, maka keinginan itu kita mulai
00:19:18
bisa tekan pelan-pelan. Keran itu
00:19:21
sebetulnya yang menjadi dasar kita bisa
00:19:23
mengembangkan kesabaran dan cinta kasih
00:19:26
sehingga hasilnya nanti ketika orang
00:19:29
yang kita cintai
00:19:30
itu berpisah dengan kita, maka kita
00:19:34
lebih bisa merelakan. Nah, sekarang
00:19:36
bagaimana sikapnya menghadapi orang yang
00:19:39
kehilangan orang yang dicintai? Nomor
00:19:41
satu tentu butuh
00:19:43
waktu. Waktu
00:19:45
itu bisa membantu kita untuk menerima
00:19:48
kenyataan. Aduh, aku kok ditinggal orang
00:19:51
yang aku cintai. Aku kok belum puas ya
00:19:53
sebetulnya dengan apa yang saya harus
00:19:57
dipuaskan dari dia ini. Aku kok belum
00:20:00
belum cukup saya merasa. Nah, ini nanti
00:20:02
butuh waktu untuk bisa nerima. Yang
00:20:05
kedua, dalam mengisi waktu ini kita
00:20:08
mendoakan semoga dia di mana pun dia
00:20:11
berada semoga dia bahagia. Jadi kita
00:20:14
mendoakan walaupun itu melawan melawan
00:20:17
diri kita sendiri. Kadang-kadang aku
00:20:19
bagaimana bisa mendoakan aku gak bisa
00:20:21
karena aku masih sedih. Tapi kita paksa
00:20:25
karena kalimat doa itu akan menjadi
00:20:28
program untuk pikiran kita dengan kita
00:20:30
sering mengatakan semoga dia bahagia.
00:20:32
setiap kali kita kepikir, aduh kok dia
00:20:34
sudah gak ada saya lagi ya. Semoga dia
00:20:38
bahagia, semoga semua makhluk bahagia.
00:20:40
Terus kita ucapkan gitu dan akhirnya
00:20:43
nanti setahap demi setahap
00:20:46
akhirnya kita bisa nerima kenyataan.
00:20:49
Terima kenyataan bahwa berpisah dengan
00:20:51
yang dicinta itu bukan berarti
00:20:54
melupakan. Kita tidak pernah lupa
00:20:56
peristiwa-peristiwa yang berkesan, baik
00:20:59
yang menyenangkan maupun yang tidak
00:21:01
menyenangkan. tidak bisa dilupakan.
00:21:03
Bahkan sebetulnya
00:21:07
secara ilmu pikiran apalagi yang dialami
00:21:11
yang sudah pernah kita lihat di dalam
00:21:13
Dhamma, Pangeran Sidarta sebelum
00:21:16
mencapai
00:21:17
kebudhaan di saat-saat malam menjelang
00:21:21
pagi, beliau
00:21:24
ingat ribuan kehidupan
00:21:27
sebelumnya. Semua itu ada di dalam
00:21:30
memorinya.
00:21:33
Kalau Pangeran Sidarta bisa seperti itu,
00:21:35
sebetulnya setiap
00:21:37
orang juga bisa ingat kehidupan
00:21:43
sebelumnya. Jadi, semua itu ada di dalam
00:21:46
pikiran. Makanya orang yang ingat
00:21:48
sebagian dari pengalaman hidupnya, dia
00:21:52
disebut orang yang jenius.
00:21:57
Misalnya umur 4 tahun kok sudah pintar
00:22:01
matematika. Padahal biasanya anak umur 4
00:22:04
tahun itu masih ah mainan. Ini kok sudah
00:22:06
pintar matematika yang kelas SMP, SMA.
00:22:10
Kenapa? Wah, ini jenius. Kalau dalam
00:22:13
Dhamma sebetulnya karena dia
00:22:15
ingat matematika di kehidupan yang
00:22:18
sebelumnya sehingga dia tahu bagaimana
00:22:22
pemecahan soal-soal itu lebih awal.
00:22:25
daripada orang lain. Orang lain harus
00:22:27
belajar di kehidupan ini karena dia lupa
00:22:30
dengan kehidupan sebelumnya. Tapi dia
00:22:33
sudah tahu karena di kehidupan
00:22:36
sebelumnya dia sudah ingat itu. Kemudian
00:22:39
ada orang yang
00:22:41
bisa komposisi musik misalnya dari umur
00:22:44
yang sangat dini misalnya. Kenapa? Ya
00:22:47
karena dia ingat dari kehidupan
00:22:48
sebelumnya. Jadi kalau Pangeran Sedarta
00:22:52
ingat banyak kehidupan dan banyak segi.
00:22:55
Kalau orang-orang jinis itu hanya satu
00:22:56
dua segi saja sehingga dia disebut
00:22:59
jenius. Kalau begitu kita tidak bisa
00:23:02
lupa juga dulu
00:23:04
pengalaman-pengalaman orang yang
00:23:06
menyakiti kita ataupun orang yang
00:23:09
membahagiakan kita. Orang yang menyakiti
00:23:12
kita menjadi luka batin bagi kita yang
00:23:15
tidak bisa kita lupakan. Kita hanya bisa
00:23:18
nerima dia sebagaimana adanya dengan
00:23:20
kesabaran dan cinta kasih. Demikian pula
00:23:23
orang yang kita sayangi karena memuaskan
00:23:26
keinginan kita. Kita hanya bisa menerima
00:23:29
perpisahan itu dengan kesabaran dan
00:23:31
cinta kasih. Mendoakan dia di mana pun
00:23:34
berbahagia, tapi kita tidak akan pernah
00:23:37
melupakannya. Jadi jangan harap Anda
00:23:40
sudah jangan lupa, lupa, lupa ya. Anda
00:23:43
hanya isi dengan doa sehingga Anda
00:23:45
menerima kenyataan sebagaimana adanya.
00:23:48
Ya, kalau Anda luka misalnya ada luka di
00:23:51
badan, Anda mungkin karena waktu ya dia
00:23:54
akan sembuh tapi ada bekasnya. Dan Anda
00:23:58
hanya bisa nerima itu sebagaimana adanya
00:24:00
dan ingat bahwa oh ini dulu saya pernah
00:24:02
luka di sana, saya pernah patah tulang
00:24:04
di sini. Ya sudah hanya ingat itu. Tapi
00:24:07
bukan berarti melupakan. menerima
00:24:10
kenyataan adalah tidak sama dengan
00:24:13
melupakan dan kita tidak akan bisa
00:24:16
melupakannya. Baik,
00:24:19
sebetulnya memang inilah inti Dhamma
00:24:23
bahwa di dalam kehidupan kita, kita
00:24:26
sering dipermainkan oleh keinginan kita
00:24:29
sendiri. Tadi kita sudah sampaikan bahwa
00:24:31
di seluruh dunia, di lingkungan kita
00:24:35
semua itu sebetulnya adalah netral. Yang
00:24:38
membuat tidak netral adalah keinginan
00:24:41
kita. Dan keinginan kita ini tidak
00:24:44
selalu sesuai dengan kenyataan. tadi
00:24:47
salah satu contoh yang saudara
00:24:48
disampaikan dalam pertanyaan itu
00:24:50
misalnya kita berpisah dengan yang
00:24:53
dicinta itu tidak sesuai dengan
00:24:55
keinginan karena kita inginnya selalu
00:24:58
berkumpul dengan yang dicinta ingin kita
00:25:01
tidak pernah bertemu dengan yang kita
00:25:03
tidak suka. Kenyataan kita bisa berpisah
00:25:06
dengan yang dicinta otomatis bertemu
00:25:09
dengan yang tidak disuka. Perpisahan itu
00:25:12
sendiri adalah pertemuan dengan yang
00:25:14
kita tidak suka. kenyataan itu tidak
00:25:17
bisa kita
00:25:19
ubah. Dulu ketika saya pergi ke Wihara
00:25:24
Girinaga di awal masih satu lantai ya
00:25:28
yang kemudian masih ada rupang tiga
00:25:31
kemudian jadi sampingnya rambut saya
00:25:33
masih hitam semua hari itu. Kemudian ee
00:25:38
Pak Roy juga masih masih hitam semua.
00:25:42
Pak Roni juga semuanya ya. Roni Ruslem
00:25:45
adiknya dan lain sebagainya. Semua itu
00:25:49
adalah masih muda-muda semua,
00:25:51
gagah-gagah semua ya. Walah saya ingat
00:25:54
itu Pak Roni pun belum menikah hari itu
00:25:57
masih baru berpacaran dan sebagainya.
00:26:00
Nah, tetapi kan proses itu selalu
00:26:04
berubah sampai
00:26:06
akhirnya rambut menjadi putih, usia
00:26:10
bertambah. Usia bertambah otomatis
00:26:12
kekuatan menurun.
00:26:15
Nah, kalau sudah kekuatan menurun ketika
00:26:18
kita mulai naik tangga ya ini kan e
00:26:21
lantai 9 misalnya naik dari lantai 1
00:26:24
langsung enggak mau mau lantai keesembil
00:26:27
bisa enggak tahan. Nah, kenapa? Karena
00:26:30
keinginan saya mau langsung naik ke
00:26:33
tetapi
00:26:34
kenyataan kemampuan saya menurun karena
00:26:38
saya sudah umur makin bertambah, tenaga
00:26:40
makin berkurang. Sehingga akhirnya
00:26:43
ketika saya pergi ke Wihara Kirinaga ya
00:26:46
naik satu lantai jalan-jalan dulu di
00:26:49
situ sambil lihat-lihat menikmati semua
00:26:52
hasil karyanya semua umat Buddha di
00:26:55
Makassar dan semuanya itu para donatur
00:26:58
itu sambil menikmati sudah sambil
00:27:00
istirahat naik lagi satu lantai, naik
00:27:03
lagi satu lantai, naik lagi satu lantai
00:27:05
sampai akhirnya semua bisa dapat
00:27:07
kemudian turun. Ya seperti itu juga
00:27:09
artinya apa?
00:27:11
Kenyataan memang saya tubuhnya menjadi
00:27:15
lemah, tapi sekarang keinginan saya
00:27:18
tetap naik. Berarti keinginan yang saya
00:27:20
ubah saya tidak langsung ke atas, tapi
00:27:22
bertahap secara bertahap perlantai,
00:27:25
perlantai, perlantai. Sampai sambil
00:27:27
menikmati. Demikian pula di dalam
00:27:29
kehidupan yang tadi saya sampaikan
00:27:32
misalnya Saudara pertanyaan tentang
00:27:34
berpisah dengan yang dicinta tadi.
00:27:37
Kenyataannya kita sudah berpisah,
00:27:39
keinginannya selalu berkumpul. Jadi
00:27:41
sekarang yang kita ubah adalah
00:27:43
keinginan. Keinginan saya apa? Ya
00:27:45
keinginan saya karena mau berkumpul gak
00:27:47
bisa ya saya ganti dengan mendoakan.
00:27:50
Jadi keinginan yang diubah karena
00:27:53
kenyataan tidak pernah bisa berubah.
00:27:56
Anda yang
00:27:57
misalnya sudah terlahir sebagai pria
00:27:59
atau sebagai wanita, ya sudah. Wah, saya
00:28:02
padahal pengin sekali saya melakukan
00:28:05
kerjaan-kerjaan yang di luar gender
00:28:07
saya. Sebagai pria saya pengin kerjaan
00:28:10
wanita. Yang wanita saya pengin kerjaan
00:28:12
pria. Tapi ya yang kita ubah adalah
00:28:14
keinginan disesuaikan dengan kenyataan.
00:28:18
Di dalam hidup kita ini. Keinginan dan
00:28:20
kenyataan ini selalu harusnya seimbang.
00:28:23
Itu baru bahagia. Kalau keinginannya
00:28:26
lebih rendah daripada kenyataan, maka
00:28:29
hidup kita bahagia banget nih ya. Nah,
00:28:32
karena misalnya saya keinginannya bulan
00:28:34
ini sebetulnya saya hanya misalnya
00:28:37
materi ya, saya hanya mengumpulkan Xia.
00:28:40
Kerja saya hasilnya X tapi ternyata
00:28:43
kenyataannya 5X. Wow, happy banget nih.
00:28:46
Aduh, senang sekali. Karena ini kalau
00:28:48
dipikir keuntungan ya. Tapi ada satu
00:28:52
ketika keinginan kita lebih tinggi
00:28:56
daripada kenyataan. Ingin saya
00:29:01
xatnya
00:29:03
1/2x. Jarak antara kenyataan dengan
00:29:06
keinginan inilah yang bisa menimbulkan
00:29:10
stres. Kenyataan saya hanya dapat
00:29:12
setengah X. Keinginan X. Saya tidak bisa
00:29:16
mengubah kenyataan, tetapi yang saya
00:29:19
ubah adalah keinginan. yaitu ya sudahlah
00:29:23
dengan 1/2x ya. Oke. Cuman nanti saya
00:29:26
perlu evaluasi bagaimana satu ketika di
00:29:31
bulan depan mungkin X ini tercapai atau
00:29:33
misalnya saya maunya kan X bulan ini,
00:29:37
tetapi kok ternyata hanya setengah X.
00:29:39
Oh, berarti saya harus tambah 2 minggu
00:29:41
lagi ya. Membutuhkan waktu untuk bisa
00:29:45
mencapai X. Jadi keinginan saya turunkan
00:29:48
dimensi waktunya atau mungkin saya
00:29:52
turunkan keinginannya. Ya, memang saya
00:29:54
belum nyampailah di level itu. Jadi, ini
00:29:57
semua adalah permainan pengendalian
00:29:59
keinginan. Dan pengendalian keinginan
00:30:00
dimulai dari mana? Ya, dimulai dari dana
00:30:03
paramita itu tadi bahwa ingin saya saya
00:30:05
memiliki ini, tapi saya mau bagikan
00:30:08
dimulai dari situ yang materi itu sampai
00:30:12
akhirnya yang bukan materi. Karena itu
00:30:15
kita jangan
00:30:18
melupakan tahap-tahapan di dalam latihan
00:30:20
Dhamma. Karena tidak semua itu bisa
00:30:23
dicapai dalam waktu yang seketika.
00:30:25
Bahkan Pangeran Sidarta yang jenius pun
00:30:29
mencapai kebudannya setelah melatih diri
00:30:31
selama 6 tahun. Apalagi kita yang tidak
00:30:35
termasuk jenius tentu membutuhkan waktu
00:30:38
yang lebih lama. Sabar untuk berlatih.
00:30:41
Karena perjalanan 1000 langkah dimulai
00:30:44
dari satu langkah.
00:30:47
pembangunan wihara wihara Girinaga yang
00:30:51
sembilan lantai itu juga dimulai dari
00:30:55
satu batu yang diletakkan tambah dua
00:30:58
batu, tiga batu tambah batu bat satu
00:31:00
satu sampai akhirnya lantai satu
00:31:03
terbangun lantai dua lantai lantai dan
00:31:06
seterusnya semuanya membutuhkan waktu
00:31:08
semuanya membutuhkan perjuangan dan
00:31:11
hidup ini adalah perjuangan berjuanglah
00:31:14
untuk hidup terima kasih