Prinsip Ketidak Pastian #Tbp 07/05/25 #dailyreflections #heisenberg

00:57:34
https://www.youtube.com/watch?v=JHdVEpgfdaU

概要

TLDRVideo ini membahas konsep kontrol dan melepaskan dalam konteks dualitas dan non-dualitas. Pembicara menjelaskan bagaimana kontrol sering kali muncul dari posisi korban dan penderitaan, sedangkan melepaskan (letting go) dapat membawa kebebasan dan aliran dalam hidup. Dengan pendekatan non-dual, individu diizinkan untuk mengalami dan membatalkan pola-pola kecanduan tanpa mengontrolnya. Pembicara juga menekankan pentingnya memahami konteks dan memiliki sanad dalam spiritualitas, serta bahaya kesombongan dalam ilmu.

収穫

  • 🧘‍♂️ Kontrol muncul dari posisi korban dan penderitaan.
  • 🌊 Melepaskan membawa aliran dalam hidup.
  • 🔄 Non-dualitas mengizinkan pengalaman tanpa kontrol.
  • 📚 Sanad penting dalam spiritualitas.
  • ⚠️ Kesombongan dalam ilmu dapat berbahaya.

タイムライン

  • 00:00:00 - 00:05:00

    Pembukaan kelas dengan doa dan pengantar dari pengajar, menekankan pentingnya bersyukur atas nikmat dan pemahaman yang diberikan.

  • 00:05:00 - 00:10:00

    Diskusi tentang konsep 'letting go' dan bagaimana melepaskan kontrol dapat membawa kehidupan yang lebih mengalir. Penjelasan tentang dualitas dan bagaimana kontrol sering kali muncul dari rasa kekurangan dan penderitaan.

  • 00:10:00 - 00:15:00

    Menjelaskan bahwa menjadi korban dari situasi tertentu dapat menyebabkan mentalitas kontrol yang kuat. Jika seseorang berada dalam posisi dualitas, mereka cenderung mengontrol untuk menghindari penderitaan.

  • 00:15:00 - 00:20:00

    Perbandingan antara pendekatan kontrol dan 'letting go' dalam menghadapi kecanduan, dengan contoh kecanduan makanan dan narkoba. Menekankan bahwa pendekatan non-dual memungkinkan seseorang untuk mengizinkan keinginan muncul tanpa mengontrolnya.

  • 00:20:00 - 00:25:00

    Contoh ekstrem tentang kecanduan dan bagaimana mencatat pola konsumsi dapat membantu membatalkan pola kecanduan. Menekankan pentingnya niat untuk membatalkan pola tersebut.

  • 00:25:00 - 00:30:00

    Menjelaskan bahwa 'letting go' bukan berarti menghindari, tetapi mengizinkan pola muncul untuk dibatalkan. Menekankan pentingnya konteks dalam membatalkan pola kecanduan.

  • 00:30:00 - 00:35:00

    Membahas tentang pentingnya memahami konteks non-dual dalam menerapkan prinsip 'letting go'. Jika tidak memahami konteks ini, lebih baik menggunakan pendekatan kontrol.

  • 00:35:00 - 00:40:00

    Menjelaskan prinsip Heisenberg dan bagaimana setiap tindakan dalam membatalkan pola tidak dapat diprediksi, mirip dengan ketidakpastian dalam fisika kuantum.

  • 00:40:00 - 00:45:00

    Menekankan bahwa 'letting go' harus dilakukan dengan pemahaman yang mendalam dan tidak sembarangan. Menghindari kesalahpahaman bahwa 'letting go' adalah tindakan pasif tanpa ilmu.

  • 00:45:00 - 00:50:00

    Membahas tentang kesombongan dalam ilmu dan pentingnya menjaga hubungan dengan guru atau sanad dalam proses belajar. Menekankan bahwa ilmu harus dipahami dalam konteks hubungan non-dual.

  • 00:50:00 - 00:57:34

    Penutup dengan mengingatkan pentingnya menjaga sanad dan hubungan dalam belajar, serta mengajak peserta untuk terus belajar dan memahami konteks non-dual.

もっと見る

マインドマップ

ビデオQ&A

  • Apa itu kontrol dalam konteks video ini?

    Kontrol muncul dari posisi korban dan penderitaan, di mana individu merasa perlu mengendalikan segala sesuatu untuk menghindari penderitaan.

  • Apa yang dimaksud dengan melepaskan (letting go)?

    Melepaskan adalah proses di mana individu mengizinkan pengalaman dan pola muncul tanpa mengontrolnya, yang dapat membawa kebebasan.

  • Apa perbedaan antara dualitas dan non-dualitas?

    Dualitas melibatkan pemisahan dan kontrol, sedangkan non-dualitas mengakui kesatuan dan aliran tanpa kontrol.

  • Mengapa penting untuk memiliki sanad dalam spiritualitas?

    Sanad menunjukkan hubungan non-dual yang penting dalam pembelajaran dan praktik spiritual.

  • Apa bahaya dari kesombongan dalam ilmu?

    Kesombongan dalam ilmu dapat menyebabkan individu memutuskan hubungan dengan guru atau sanad, yang berbahaya bagi perkembangan spiritual.

ビデオをもっと見る

AIを活用したYouTubeの無料動画要約に即アクセス!
字幕
id
オートスクロール:
  • 00:00:00
    [Musik]
  • 00:00:22
    Bismillahir
  • 00:00:24
    warahmatullahi warahmatullahi
  • 00:00:25
    wabarakatuh.
  • 00:00:27
    yang lagi ya diik balik program masih
  • 00:00:30
    dengan edisi dari ref drfidokim.
  • 00:00:34
    Baik, sebelum kita awali kelas kita pagi
  • 00:00:35
    ini, marilah kita berdoa terlebih dahulu
  • 00:00:37
    sebagai kesyukuran atas nikmat, rahmat
  • 00:00:39
    dan kepahaman dalam pagi ini. Berdoa
  • 00:00:42
    silakan.
  • 00:00:44
    Auzubillahyairim.
  • 00:00:46
    Bismillahirrahmanirrahimbi ilma warzuqna
  • 00:00:48
    fahma yaam. Amin. Monggo, Kang.
  • 00:01:09
    Oke.
  • 00:01:10
    Bismillahirrahmanirrahim. Asalamualaikum
  • 00:01:12
    warahmatullahi wabarakatuh.
  • 00:01:16
    Selamat pagi ya. kita
  • 00:01:21
    lanjutin program
  • 00:01:29
    kita bahwa
  • 00:01:32
    ee jika kita
  • 00:01:36
    melepaskannya
  • 00:01:39
    lettingo jadi lawan dari melepaskan itu
  • 00:01:46
    kontrol kontrol Ol.
  • 00:01:49
    Jadi kita jika kita membebaskan diri
  • 00:01:53
    dari upaya
  • 00:01:56
    untuk
  • 00:01:59
    mengendalikan
  • 00:02:03
    mengendalikan maka kita akan hidupnya
  • 00:02:06
    itu
  • 00:02:13
    mengalir, hidupnya mengalir.
  • 00:02:19
    Artinya
  • 00:02:20
    gini,
  • 00:02:24
    ee mengalir ini harus
  • 00:02:30
    dipahami dalam konteks posisi aku gitu.
  • 00:02:37
    harus dipahami dalam konteks posisi
  • 00:02:45
    aku. Jadi
  • 00:02:46
    kalau aku itu
  • 00:02:50
    dia di posisi dualitas ya, maka memang
  • 00:02:54
    mau enggak
  • 00:02:55
    mau aku itu harus mengontrol segalanya
  • 00:02:59
    gitu.
  • 00:03:15
    Jadi apa
  • 00:03:17
    namanya? Dia harus mengontrol segalanya.
  • 00:03:20
    Kenapa? Karena aku itu sudah dalam
  • 00:03:24
    posisi membawa beban gitu.
  • 00:03:29
    Dia sebagai
  • 00:03:30
    timpu banyak
  • 00:03:33
    penderitaan. Jadi cirinya kontrol
  • 00:03:36
    itu itu pasti ada
  • 00:03:39
    penderitaan.
  • 00:03:42
    Contoh contoh kalau apa orang tua itu
  • 00:03:46
    dikit-dikit kontrol itu orang tua
  • 00:03:48
    menderita itu di
  • 00:03:50
    situ. Uangnya jangan boros-boros ya.
  • 00:03:53
    Bilang aja uangnya sedikit.
  • 00:03:55
    ada penderitaan karena uang gitu. Jadi
  • 00:03:59
    ada beban di situ. Tapi kalau orang tua
  • 00:04:04
    uangnya tidak ada lagi kayak Pak Margono
  • 00:04:07
    lah itu gak pernah bilang nanti uangnya
  • 00:04:10
    jangan dihabisin ya. Enggak
  • 00:04:13
    los karena apa? Gak ada penderitaan lagi
  • 00:04:16
    dalam
  • 00:04:19
    uang. Enggak ada penderitaan dalam uang.
  • 00:04:24
    Jadi kontrol itu menunjukkan adanya
  • 00:04:28
    kekurangan. Nah, kalau tanpa nomor seri
  • 00:04:30
    uangnya uang palsu masimam.
  • 00:04:40
    seperti
  • 00:04:51
    itu.
  • 00:04:53
    Jadi
  • 00:04:58
    ee ya
  • 00:05:00
    jadi
  • 00:05:02
    kekurangan atau korban. Jadi aku itu
  • 00:05:05
    menjadi korban se korban dari
  • 00:05:08
    uang. Jadi ketika aku itu menjadi
  • 00:05:11
    korban, dia kan banyak
  • 00:05:13
    mengontrol. Itu cirinya
  • 00:05:17
    gitu. Jadi sudah aku itu sudah terjebak
  • 00:05:21
    dalam mentalitas korban menjadi korban.
  • 00:05:27
    menjadi
  • 00:05:33
    korban. Jadi yang pernah menjadi korban
  • 00:05:36
    akan
  • 00:05:37
    punya
  • 00:05:40
    punya apa ya mental kontrolnya kuat
  • 00:05:43
    gitu.
  • 00:05:48
    Tetapi ya,
  • 00:05:52
    tetapi kalau akunya itu non
  • 00:05:58
    dual. Ah, ini kan aku
  • 00:06:01
    dualitas. Aku dualitas tuh menjadi
  • 00:06:04
    korban yang korban yang harus bertahan
  • 00:06:09
    hidup. Kalau aku dualitas
  • 00:06:13
    tuh menjadi korban.
  • 00:06:23
    menjadi korban yang
  • 00:06:27
    harus jadi korban yang harus bertahan
  • 00:06:33
    hidup. Makanya jatuhnya kontrol.
  • 00:06:39
    Kontrol itu artinya aku enggak mau
  • 00:06:40
    menderita lagi. Aku atau aku enggak mau
  • 00:06:43
    ketambahan penderitaan
  • 00:06:46
    lagi. Ya, aku enggak mau nambah derita
  • 00:06:57
    lagi. Aku gak mau
  • 00:07:01
    nambah penderitaan lagi. Maka dikontrol.
  • 00:07:13
    K. Nah, itu konteks
  • 00:07:27
    akualitas. Kemudian kalau akunya itu non
  • 00:07:30
    duualitas.
  • 00:07:34
    Oh, bukan kontrol dia. Let go
  • 00:07:39
    gitu. Let's go tu
  • 00:07:44
    mengizinkan. Mengizinkan.
  • 00:07:49
    Contoh contoh
  • 00:07:52
    yang paling ekstrem itu digambarkan oleh
  • 00:07:58
    Haokin dalam kuliah videonya
  • 00:08:04
    judulnya
  • 00:08:06
    birg diceritakan di sana ada misalnya
  • 00:08:10
    contoh
  • 00:08:13
    kecanduan canduan kue
  • 00:08:18
    ya kan atau k kecanduan judul lah biar
  • 00:08:22
    kelihatan agak lanang
  • 00:08:24
    dikit atau kecanduan narkoba biar
  • 00:08:27
    kelihatan kriminal dikit gitu. Kalau
  • 00:08:30
    kecanduan k kok kayaknya semining banget
  • 00:08:33
    ya. Kecanduan kok kue gitu kan.
  • 00:08:47
    seperti
  • 00:08:56
    itu. Jadi dia kecanduan kue. Kalau pakai
  • 00:09:01
    pendekatan aku dualitas, maka harus
  • 00:09:04
    kontrol kue itu. Jangan masuk. Kalau
  • 00:09:07
    nonalitas enggak.
  • 00:09:09
    kuenya itu kumpulan. Kalau perlu rumahmu
  • 00:09:12
    penuhin dengan
  • 00:09:15
    kue. Penuhin dengan kue. Izinkan kamu
  • 00:09:19
    makan
  • 00:09:20
    kue. Tapi dengan posisi akunya sudah
  • 00:09:23
    nonual. Aku
  • 00:09:26
    dualitas ya nanti tambah
  • 00:09:30
    kecanduan. Jadi pastikan kalau mau pakai
  • 00:09:33
    caranya hawkin tuh akunya non dual.
  • 00:09:38
    Ya, ini sering dimanfaatkan sama
  • 00:09:41
    anak-anak nakal iki. Kata Bang Aswar,
  • 00:09:43
    "Boleh loh boros lah." Iya, asalkan aku
  • 00:09:47
    nonual. Aku dualitas kok
  • 00:09:50
    boros. Harus dikontrol kalau akunya
  • 00:09:53
    masih dualitas. Kalau akunya non dual,
  • 00:09:56
    ya let's go gitu.
  • 00:10:01
    Wah, kecanduan donat ini kayaknya
  • 00:10:04
    nyindir
  • 00:10:14
    ini. Jadi justru jangan
  • 00:10:18
    dikontrol tetapi ini dengan catatan
  • 00:10:21
    akunya non dual.
  • 00:10:26
    Jadi di sediain aja kue baru nanti
  • 00:10:31
    catat serialnya itu dicatat
  • 00:10:36
    serialnya. Serial A katakan makan kuenya
  • 00:10:41
    200 kebanyakan jugalah ini. Hantu ini
  • 00:10:44
    yang makan ya 50
  • 00:10:48
    lah. Serial
  • 00:10:51
    B 14 karena banyak kelas.
  • 00:10:56
    Serial C
  • 00:10:58
    70 habis
  • 00:11:02
    berantem. Nah, dicetat terus lama-lama
  • 00:11:05
    itu nanti
  • 00:11:07
    nol. Karena begini, dalam aku nonal itu
  • 00:11:10
    kan dia di balik serial ini selalu ada
  • 00:11:14
    pola pola ABC-nya gitu.
  • 00:11:18
    Jadi
  • 00:11:20
    ketika serialnya muncul, aku nonal itu
  • 00:11:23
    justru memang sengaja memunculkan
  • 00:11:26
    serialnya untuk membatalkan
  • 00:11:30
    pola dari serial tadi. Emang
  • 00:11:35
    dipancing, memang dipancing gitu ya.
  • 00:11:38
    Bisa untuk merokok juga, Kang, ya? Oh,
  • 00:11:41
    bisa.
  • 00:11:43
    Asalkan akunya non du loh. Jangan ini
  • 00:11:45
    persyaratan prinsip Henberg itu kalau
  • 00:11:49
    akunya non dual. Kalau dualitas memang
  • 00:11:51
    udah enggak usah dikasih duit, kontrol
  • 00:11:54
    aja
  • 00:11:55
    udah
  • 00:11:58
    gitu. Jadi prinsip Heenb itu dengan
  • 00:12:02
    catatan akunya non
  • 00:12:06
    dual. Aku nonual itu gimana cara
  • 00:12:09
    kerjanya? Memang dia yang penting itu
  • 00:12:12
    sudah niat bahwa saya hadir di sini itu
  • 00:12:14
    untuk membatalkan pola kecanduan ini
  • 00:12:18
    gitu. Niatnya kan
  • 00:12:20
    gitu. Jadi dia sudah pasang niat bahwa
  • 00:12:23
    ini nol
  • 00:12:25
    gitu, ini nol menuju nol. Di sebelah
  • 00:12:29
    niat akunya itu hadir untuk
  • 00:12:31
    membatalkan seluruh pola kecanduan gitu.
  • 00:12:36
    seluruh serial kecanduan pada orang
  • 00:12:40
    ini atau aku itu hadir untuk membatalkan
  • 00:12:44
    seluruh apa? Membatalkan pola kecanduan
  • 00:12:48
    secara kolektif yang muncul pada orang
  • 00:12:51
    ini
  • 00:12:53
    gitu. Maka misalnya catatan hariannya
  • 00:12:55
    itu catatan serialnya
  • 00:12:58
    kan serialnya harus dibikin grafik.
  • 00:13:04
    Jadi
  • 00:13:07
    ee modelnya itu
  • 00:13:13
    gini, katakan hari ini 40. Jadi 40
  • 00:13:17
    terhadap 0. Jadi polanya itu
  • 00:13:20
    dibatalin 50 50 terhadap nol gitu. Itu
  • 00:13:24
    kalau digambarkan ya. Jadi aku itu
  • 00:13:27
    bekerja untuk membatalkan
  • 00:13:30
    pola pola dari serial yang
  • 00:13:36
    muncul dibatalkan. Pada akhirnya seluruh
  • 00:13:39
    pola tadi itu
  • 00:13:41
    sudah ya
  • 00:13:43
    selesai. Kalau polanya selesai enggak
  • 00:13:46
    ada
  • 00:13:49
    serialnya. Nah, masalahnya itu
  • 00:13:51
    kadang-kadang orang kita itu bahas
  • 00:13:53
    lettingo itu artinya oraus. Enggak ada
  • 00:13:57
    ilmu kok pakai leting go. Akhirnya apa?
  • 00:13:59
    Akhirnya jatuhnya
  • 00:14:02
    ke
  • 00:14:05
    permisif. Permisif kata baru kata Bang
  • 00:14:09
    Asarlo. Saya akan menjelaskannya dalam
  • 00:14:11
    konteks ilmu bukan bebas dari konteks
  • 00:14:16
    ilmu gitu.
  • 00:14:28
    Jadi yang dibatalkan tuh
  • 00:14:32
    pola pola
  • 00:14:34
    ABC dari serial A, dari serial B, dari
  • 00:14:39
    serial C
  • 00:14:41
    gitu. Itu yang disebut dengan leting go
  • 00:14:44
    gitu.
  • 00:14:48
    diizinkan untuk
  • 00:14:49
    dibatalkan gitu. Tapi yang membatalkan
  • 00:14:52
    itu adalah kekuatan
  • 00:14:56
    konteksnya. Makanya kelihatan tidak
  • 00:14:58
    melakukan apa-apa. Iya. Yang bekerja itu
  • 00:15:01
    konteks akunya.
  • 00:15:06
    Ya, seperti
  • 00:15:13
    itu yang membatalkan tuh konteks akunya
  • 00:15:16
    pola itu. Jadi, izinkan dia muncul untuk
  • 00:15:20
    dibatalkan polanya, serialnya biarkan
  • 00:15:23
    dia
  • 00:15:24
    muncul. Oh, ini pendekatan yang es krim.
  • 00:15:29
    pendekatan yang es krim
  • 00:15:31
    ini ekstrem
  • 00:15:34
    gitu. Jadi bukan dihindari tapi sediakan
  • 00:15:40
    kue. Misalnya orang mau
  • 00:15:43
    membatalkan pola ngutang enggak. Kamu
  • 00:15:46
    jangan menghindari hutang.
  • 00:15:48
    Justru siapkan semua hal yang itu
  • 00:15:51
    membuatmu bisa berutang.
  • 00:15:55
    Ya, seperti
  • 00:15:58
    itu. Makanya harus sadar miskin kalau
  • 00:16:01
    mau kaya. Karena itu harus dibatalkan
  • 00:16:05
    serial miskin, serial harus dibatalkan.
  • 00:16:08
    Pola ABC dari setiap serial
  • 00:16:12
    miskin harus dibatalin. Jadi miskin itu
  • 00:16:15
    kayak apa? Itu harus kamu
  • 00:16:19
    munculkan. Miskin itu pelit. Jadi harus
  • 00:16:21
    pelit tiap hari.
  • 00:16:23
    Ketika muncul pelitnya dibatalin
  • 00:16:28
    polanya. Jadi jangan dikontrol
  • 00:16:31
    serialnya. Justru serialnya itu izinkan
  • 00:16:34
    saja muncul lalu batalkan polanya lah.
  • 00:16:37
    Itu maksudnya leting go
  • 00:16:41
    gitu kan. Itu dibahas di buku leting
  • 00:16:44
    go kalau jadi jangan menghindari apapun
  • 00:16:48
    izinkan itu lewat. Ketika dia
  • 00:16:51
    lewat, pola itu lewat, maka dia akan
  • 00:16:55
    mengalami
  • 00:16:57
    reontekstualisasi,
  • 00:17:02
    gitu. Jadi harus dipahami itu
  • 00:17:05
    membatalkannya itu dalam konteks. Pahami
  • 00:17:07
    dulu yang ini, pahami
  • 00:17:09
    dulu konteks nondual gitu. Kalau enggak
  • 00:17:12
    paham nonual ya gak bisa.
  • 00:17:14
    Mendingan kontrol aja wes i kalau enggak
  • 00:17:19
    paham nonual mau enggak mau harus pakai
  • 00:17:21
    pendekatan kontrol. Jadi nonal itu bukan
  • 00:17:24
    bodoh tapi dia bekerja di dengan
  • 00:17:27
    epistemologi yang berbeda gitu. Jadi
  • 00:17:31
    enggak sembarangan ini yang bisa
  • 00:17:33
    menerapkan prinsip letingo harus akunya
  • 00:17:36
    itu nonual gitu.
  • 00:17:43
    Jadi enggak anu ya apa jangan dipahami
  • 00:17:45
    dalam
  • 00:17:47
    konteks tanpa ilmu. Kita sedang membahas
  • 00:17:51
    aku dualitas dan aku non
  • 00:17:56
    dual. Namanya saja prinsip Heenberg itu
  • 00:17:59
    ahli fisika
  • 00:18:01
    kuantum yang menemukan rumus
  • 00:18:04
    ketidakpastian.
  • 00:18:11
    Tidak. Prinsip nonlinear itu sebenarnya
  • 00:18:15
    mirip dengan
  • 00:18:17
    cerita
  • 00:18:19
    memecahkan batu. Kamu gak tahu hentakan
  • 00:18:24
    yang ke berapa batu itu akan terbelah.
  • 00:18:27
    Tapi setiap hentakan itu menyumbang.
  • 00:18:32
    kamu gak akan tahu membatalkan yang mana
  • 00:18:35
    yang itu menjadi kritisnya. Tapi setiap
  • 00:18:37
    pembatalan itu menyumbang kereta
  • 00:18:42
    kami. Iya kan? Itu yang disebut dengan
  • 00:18:47
    prinsip ketidakpastian.
  • 00:18:53
    Ah, iya. Orang Indonesia itu baca buku
  • 00:18:58
    Letinggo tapi gak paham bahwa itu kan
  • 00:19:00
    ditulis dalam konteks nonual. Dia pikir
  • 00:19:03
    itu letingo itu pokoknya enggak usah
  • 00:19:05
    ngapa-ngapain. Wah,
  • 00:19:09
    itu wong itu yang nulis itu ahli ilmu
  • 00:19:13
    kok.
  • 00:19:16
    Ya kan pantas baca populating enggak
  • 00:19:20
    mudeng-mudeng itu diterangkan dalam
  • 00:19:23
    konteks nonual.
  • 00:19:25
    Hawkin itu ilmuwan toh
  • 00:19:29
    itu. Jadi letinggo itu mirip dengan
  • 00:19:32
    hentakan itu. Izinkan saja terus mukul,
  • 00:19:36
    terus batalkan polanya, tapi kita enggak
  • 00:19:39
    akan pernah tahu membatalkan yang mana
  • 00:19:43
    yang itu sampai mencapai titik kritis
  • 00:19:46
    retak terbelah.
  • 00:19:49
    Apakah hentakan yang ke-100? Tapi enggak
  • 00:19:51
    tahu. Jadi itulah prinsip
  • 00:19:54
    ketidakpastiannya
  • 00:19:56
    Heenberg. Sementara kontrol kan mencari
  • 00:20:00
    kepastian ya
  • 00:20:03
    toh. Jadi justru prinsip Henberg itu
  • 00:20:06
    terbuka dulu. Buka semua kemungkinan,
  • 00:20:10
    buka semua serial itu baru batalkan
  • 00:20:13
    satu-satu. Pertanyaannya kapan akan
  • 00:20:15
    selesai? Enggak
  • 00:20:18
    tahu, enggak tahu. Karena kita enggak
  • 00:20:20
    tahu
  • 00:20:21
    berapa beban karmanya
  • 00:20:24
    gitu. Kita enggak tahu berapa beban pola
  • 00:20:29
    ABC-nya. Jadi, jangan tanya
  • 00:20:34
    kapannya karena itu pola kolektif, pola
  • 00:20:37
    bersama gitu.
  • 00:20:42
    seperti
  • 00:21:00
    itu. seperti
  • 00:21:14
    itu. Jadi dia
  • 00:21:20
    ee jadi letingo itu harus dengan
  • 00:21:26
    ilmu ya. Gak bisa kok sembarangan itu.
  • 00:21:30
    Itu itu kan apa? Metode spiritual
  • 00:21:35
    ya. Nah, itu kadang-kadang itu
  • 00:21:39
    tipuannya apa ilusinya gitu. Membaca
  • 00:21:43
    membaca prinsip-prinsip spiritual yang
  • 00:21:46
    penting kamu ikhlas nanti semua akan
  • 00:21:48
    berubah ya. Enggak ada berubah-berubah.
  • 00:21:50
    Wong itu kan ikhlas dalam konteks nonal
  • 00:21:53
    bukan ikhlas dalam konteks dualitas
  • 00:21:55
    gitu.
  • 00:22:02
    Ya, jadi creation kan dia aku itu pada
  • 00:22:04
    akhirnya itu mengevolusikan pola
  • 00:22:08
    kan. Jadi yang dilakukan itu membatalkan
  • 00:22:11
    pola yang ini gitu ya. Ini kan bukan
  • 00:22:14
    doing toh ini. Tapi membuat pola baru
  • 00:22:17
    dari pola lama lah. Kalau yang serial
  • 00:22:20
    baru doing gitu. Ini baru yang doing.
  • 00:22:26
    Nah, kita itu bekerja di level ABC.
  • 00:22:29
    Letingo itu di level
  • 00:22:36
    ABC seperti
  • 00:22:42
    itu. Letingo itu di level ABC.
  • 00:22:48
    Nah, jadi
  • 00:22:50
    akunya harus
  • 00:22:52
    nonual ini
  • 00:22:54
    loh. Nanti ada pola ABC pada serial A,
  • 00:22:58
    nanti ada pola ABC pada serial B. Gitu
  • 00:23:02
    kira-kira tuh
  • 00:23:05
    pemahamannya kan itu gak harus belajar
  • 00:23:07
    teori-teorinya
  • 00:23:09
    dulu. Iya toh. Harus
  • 00:23:12
    paham pengetahuan non dual gitu.
  • 00:23:19
    Kayak
  • 00:23:23
    gitulah. Termasuk sakit
  • 00:23:27
    sebenarnya. Termasuk sakit serial. Oh,
  • 00:23:29
    hari ini masih sakit.
  • 00:23:31
    Oke. Mampu enggak akunya itu
  • 00:23:35
    membatalkan
  • 00:23:37
    membatalkan pola ABC dari
  • 00:23:41
    serial-sial harian itu. Makanya dalam
  • 00:23:44
    prinsip Heisenberg itu disuruh catat,
  • 00:23:47
    disuruh
  • 00:23:49
    catat serialnya karena pada serial itu
  • 00:23:52
    pasti ada pola ABC-nya
  • 00:23:56
    gitu. Disuruh catat.
  • 00:24:05
    seperti
  • 00:24:07
    itu. Jadi yang kerja itu
  • 00:24:10
    konteksnya. Jadi yang yang hidup itu
  • 00:24:13
    konteks akunya itu loh. Dan itu kamu
  • 00:24:16
    enggak boleh tanya gimana itu, Bang
  • 00:24:18
    Aswar. Ya, kamu berarti gak tahu. Ah,
  • 00:24:20
    gitu aja berarti akumu di dualitas.
  • 00:24:23
    Kalau enggak tahu ini jangan tanyakan
  • 00:24:25
    terus gimana, Bang Aswar? Enggak bisa
  • 00:24:26
    ditanyakan begitu. Ini kan bukan
  • 00:24:28
    pertanyaan bagaimana. Ini kan ontologi
  • 00:24:31
    aku. Kalau akumu enggak tahu, ya sudah
  • 00:24:34
    berarti bukan di situ. Kamu kerjanya di
  • 00:24:36
    dualitas
  • 00:24:37
    saja. Itu berarti bukan posisi
  • 00:24:42
    akumu kayak gitu dia. Jadi enggak boleh
  • 00:24:44
    tanya terus itu bagaimana Bang Aspar? Ya
  • 00:24:47
    enggak bisa gitu. Ini kan bukan
  • 00:24:49
    pertanyaan eimologi ya. itu entologi itu
  • 00:24:53
    ya berarti akumu enggak di situ. Kamu
  • 00:24:55
    berarti cari aku yang dualitas kamu
  • 00:24:58
    kerja di situ
  • 00:25:00
    gitu seperti itu
  • 00:25:04
    dia caranya gimana? Enggak ada
  • 00:25:06
    caranya. Aku kok ditanyain cara ya itu
  • 00:25:09
    kan cara itu kan kesadaran aku gitu
  • 00:25:13
    bukan kesadaran yang enggak ada caranya
  • 00:25:16
    gitu. Jadi dalam kesadaran itu gak boleh
  • 00:25:19
    tanya cara. Enggak boleh tanya cara.
  • 00:25:23
    Cara itu kan untuk bikin kue. Kesadaran
  • 00:25:26
    gimana bikin kesadaran? Enggak ada
  • 00:25:30
    caranya. Enggak ada caranya
  • 00:25:33
    dia. Jadi kamu di situ atau tidak? Kamu
  • 00:25:37
    menjadi itu atau tidak? Kalau belum
  • 00:25:39
    menjadi ya
  • 00:25:40
    sudah berarti kamu bukan di situ,
  • 00:25:44
    gitu. Jadi kesadaran itu gak ada caranya
  • 00:25:48
    gitu.
  • 00:25:50
    Enggak ada
  • 00:25:52
    cara gimana cara menjadi pohonnya?
  • 00:25:55
    Enggak
  • 00:26:00
    ada. Tetapi kamu bisa
  • 00:26:05
    transensi, kamu bisa menaikkan level
  • 00:26:11
    kesadaranmu. Caranya apaang? Ah, itu
  • 00:26:13
    kamu MT los mau tah caranya gitu pasti.
  • 00:26:16
    Waduh, cari cara lainlah kalau kamu
  • 00:26:18
    enggak tahu. Kamu harus transendensi.
  • 00:26:21
    Itu caranya. Transendensikan posisi
  • 00:26:26
    akumu. Ditransendikan, ditalkinkan. gitu
  • 00:26:31
    lah. Itu yang harus kamu terlatih
  • 00:26:34
    mentransendikan posisi
  • 00:26:36
    akumu kamu harus belajar untuk
  • 00:26:39
    mentransendensikan posisi
  • 00:26:43
    aku. Jadi caranya itu kamu menjadi
  • 00:26:46
    seperti aku yang saya ceritakan itu.
  • 00:26:49
    Hanya itu
  • 00:26:50
    caranya kamu menjadi seperti
  • 00:26:57
    ini. Gitu.
  • 00:27:00
    Dan itu belajarnya lewat
  • 00:27:02
    transendensi. Saya enggak tahu yang lain
  • 00:27:05
    gimana. Yang penting kalau saya dulu
  • 00:27:07
    mengubah cara menjadi itu bukan cara
  • 00:27:11
    sebenarnya. Way of
  • 00:27:13
    being mengubah posisi kemenjadian gitu
  • 00:27:19
    ya. Way of being itu
  • 00:27:24
    mm ya apa ya? Jalur itu kan jalan
  • 00:27:28
    spiritual
  • 00:27:30
    itu jalur. Kamu harus punya jalur
  • 00:27:33
    spiritualitas gitu bahasa. Kamu harus
  • 00:27:37
    punya
  • 00:27:38
    sanad. Kamu harus punya sanad yang bisa
  • 00:27:41
    membawa akumu itu, mentransformasi
  • 00:27:45
    akumu pindah posisi gitu caranya gitu.
  • 00:27:49
    kamu harus punya
  • 00:27:50
    sanad
  • 00:27:52
    yang ee mampu mentransendikan posisi
  • 00:27:58
    akun
  • 00:28:01
    gitu. Jadi, kamu enggak bisa belajar
  • 00:28:06
    sendiri. Enggak
  • 00:28:09
    bisa kamu baca buku. Iya. Tapi itu
  • 00:28:13
    berbeda dengan mentransendikan posisi
  • 00:28:17
    aku
  • 00:28:21
    itu. Ya, itu cara belajar yang seperti
  • 00:28:23
    itulah yang kemudian tidak dikenal oleh
  • 00:28:25
    masyarakat
  • 00:28:29
    gitu. Seperti
  • 00:28:33
    itu. Jadi harus ada konteks baru gitu
  • 00:28:37
    kan. kamu belajar hadir pada konteks
  • 00:28:40
    baru. Itu kan caranya begitu. Jadi, kamu
  • 00:28:43
    harus menerima talkin
  • 00:28:46
    konteks. Harus menerima talkin konteks
  • 00:28:51
    gitu. Kamu harus menerima talkkin
  • 00:28:53
    konteks
  • 00:28:57
    nonual. Tanpa itu enggak bisa. Hanya
  • 00:28:59
    begitu memang gaya belajarnya.
  • 00:29:04
    gaya
  • 00:29:06
    belajar. Jadi ketika kamu di aku
  • 00:29:09
    dualitas, kamu talkin sendiri. Kamu
  • 00:29:13
    talkin akumu dengan konteks baru lah itu
  • 00:29:17
    dengan konteks non
  • 00:29:21
    dual seperti
  • 00:29:26
    itu gaya belajarnya begitu.
  • 00:29:30
    Kalau kamu mampu lakukan ya lakukan.
  • 00:29:33
    Kalau tidak mampu itu harus dibersamai.
  • 00:29:38
    Dia harus
  • 00:29:44
    dibersamai. Jadi mengubah posisi ya
  • 00:29:48
    level kesadaran itu konteks namanya.
  • 00:29:50
    Kalau di level kesadaran tuh
  • 00:29:56
    konteks. Level kesadaran itu berarti
  • 00:29:59
    konteks
  • 00:30:02
    aku. Konteks keakuanmu harus
  • 00:30:05
    berubah. Makanya ditalkin
  • 00:30:09
    terus.
  • 00:30:11
    Ada ada kayak misalnya yang WA tadi
  • 00:30:15
    malam, "Bang, waduh saya ini panen
  • 00:30:17
    penderitaan.
  • 00:30:19
    Saya tolongin enggak kamu talkin dirimu
  • 00:30:22
    dengan konteks
  • 00:30:24
    nonual panen penderitaan tuh karena
  • 00:30:27
    ribut dengan orang. Ah itu kan sudah
  • 00:30:29
    konteks dualitas. Kamu talkin dirimu
  • 00:30:31
    bahwa semua orang itu orang pada diriku
  • 00:30:34
    sendiri. Kamu talkin
  • 00:30:36
    itu. Itu nanti enggak akan
  • 00:30:39
    confnya kamu menemukan kesalahan karena
  • 00:30:42
    akumu itu ribut dengan dirinya sendiri
  • 00:30:44
    gitu.
  • 00:30:47
    Eh, hanya itu ya. Hanya itu kamu ulangi
  • 00:30:49
    seumur hidup itu kalau kamu ribut kamu
  • 00:30:52
    talkin bahwa semua orang itu adalah
  • 00:30:56
    orang pada akuku
  • 00:30:58
    sendiri. Tidak ada aku lain pada orang
  • 00:31:01
    itu kecuali akuku sendiri. Jadi
  • 00:31:03
    sebenarnya kamu ribut dengan orang itu,
  • 00:31:05
    itu menunjukkan kekacauan akumu gitu.
  • 00:31:09
    Luka-luka pada akumu sendiri. Gitu toh,
  • 00:31:12
    Bang? Ya gitu toh. Mau apalagi?
  • 00:31:15
    Tapi itu kamu harus lakukan ketika
  • 00:31:18
    konflik atau ketika mau konflik, kamu
  • 00:31:21
    talkin terus
  • 00:31:23
    seperti
  • 00:31:24
    berkonteks nonal
  • 00:31:27
    gitu. Wih. Nah, gitu. Itu menunjukkan
  • 00:31:31
    luka-luka pada akumu
  • 00:31:35
    sendiri. Solusinya adalah kamu kembali
  • 00:31:38
    kepada posisi kebenaran.
  • 00:31:43
    Jadi
  • 00:31:45
    stop ingin menyelesaikan
  • 00:31:48
    konflik
  • 00:31:51
    tapi talkin dirimu dengan konteks nonal.
  • 00:31:56
    Kan sudah dikasih toh bahwa semua orang
  • 00:31:58
    itu adalah orang pada akuku
  • 00:32:01
    sendiri. Sudah selesai enggak ada
  • 00:32:04
    konflik enggak ada lagi konflik A dengan
  • 00:32:07
    B.
  • 00:32:09
    Enggak. Jadi luka-luka ee luka-luka pada
  • 00:32:12
    aku itulah
  • 00:32:13
    yang muncul sebagai serial baku hantam
  • 00:32:17
    misalnya
  • 00:32:18
    [Musik]
  • 00:32:21
    gitu. Hanya itu
  • 00:32:24
    dia.
  • 00:32:26
    Jadi
  • 00:32:28
    ee kesadaran pada konteks dualitas dan
  • 00:32:32
    kesadaran pada konteks nondual. ketika
  • 00:32:34
    muncul konteks nonual serial itu membawa
  • 00:32:38
    konteks dualitas gitu ya, batalkan
  • 00:32:41
    dengan konteks
  • 00:32:44
    nondual.
  • 00:32:46
    Batalkan. Nah, itu kan namanya talkalkin
  • 00:32:48
    itu kan membatalkan
  • 00:32:52
    konteks. Membatalkan konteks. Makanya
  • 00:32:55
    pola membatalkan konteks itu adalah pola
  • 00:32:58
    nafi isbat kokamina gitu.
  • 00:33:07
    Kamina itu kalau bahasa kampungnya
  • 00:33:09
    begitu polanya selalu nafi isbat. Itu
  • 00:33:12
    pola membatalkan konteks itu namanya
  • 00:33:14
    nafi isbat itu kamu harus tahu konteks
  • 00:33:18
    yang harus kamu nafi dan kamu harus tahu
  • 00:33:21
    konteks yang kamu isbat. Itu kan gitu
  • 00:33:24
    aja ya. Itu aja kan sepanjang seumur
  • 00:33:28
    hidup tuh ya talkin tuh ya begitu
  • 00:33:30
    itu polanya. nafi isbat. Konteks mana
  • 00:33:35
    yang dinafi, konteks mana yang diisbat
  • 00:33:40
    gitu.
  • 00:33:44
    I seperti itu dia kesadaran nafi isbat
  • 00:33:55
    gitu ya. Saya hanya seperti itu dia. Ah,
  • 00:33:58
    kalau kamu enggak mampu nafikan sendiri
  • 00:34:01
    itu kamu butuh mentor untuk menafikan
  • 00:34:04
    konteks dualitasmu, gitu. Di situ kamu
  • 00:34:08
    harus bayar
  • 00:34:10
    itu. Kalau konteks nonual itu ambil aja
  • 00:34:14
    bahwa oni
  • 00:34:16
    gratisin bahwa semua orang-orang pada
  • 00:34:19
    diriku. Coba pas itu pas muncul kamu
  • 00:34:22
    lagi kecurian. Wah, enggak bisa ini,
  • 00:34:24
    Bang. Ingin saya cari, saya tahu
  • 00:34:27
    rumahnya pengin saya bakar
  • 00:34:32
    ini. Nah, itu yang harus kamu
  • 00:34:35
    tebus ya. Ya, itu dualitas. Saya enggak
  • 00:34:38
    menghempu
  • 00:34:39
    loh ke nonal ketika yang nyuri ini dulu
  • 00:34:43
    pernah saya tolong, pengin saya
  • 00:34:46
    pites. Nah, kayak gitu. Ada cerita gitu
  • 00:34:49
    ya, ada cerita di buku Zero Limit.
  • 00:34:54
    Jero limit itu ee yang cerita itu Jo
  • 00:34:58
    Vital
  • 00:35:00
    gitu. Jo vital. Jadi Jo Vital ini baru
  • 00:35:04
    ditalin konteks nonar sama haulen
  • 00:35:07
    ya. Jovital itu ada cerita yang lucu
  • 00:35:10
    banget.
  • 00:35:13
    Jadi ada dia baru ditalin konteks nonual
  • 00:35:17
    sama
  • 00:35:18
    haulen dan dia udah ngisi kelas juga.
  • 00:35:22
    Ngisi kelas bersama
  • 00:35:24
    Haulen. Pulang ke rumah asistennya itu
  • 00:35:28
    sudah tidak ada di rumah. Padahal ada
  • 00:35:32
    project yang deadline-nya itu
  • 00:35:34
    membutuhkan kehadiran asistennya gitu.
  • 00:35:38
    Hari pertama itu masih masih kuat
  • 00:35:41
    talkinnya. Semakin dekat deadline-nya
  • 00:35:44
    yang kebayang katanya ini asisten saya
  • 00:35:46
    kepengin saya
  • 00:35:49
    bunuh. Kepengin saya bunuh ini asisten
  • 00:35:52
    ini. Tahu-tahu ada project kok dia
  • 00:35:56
    menghilang gitu. itu baca di Jerolimin.
  • 00:35:58
    Cerita itu. Bukan lagi saya mengasihimu,
  • 00:36:02
    Bu, tapi saya pengin bunuh
  • 00:36:07
    kamu. Ah, itu. Ah, itu masalahnya ketika
  • 00:36:11
    deadline-nya makin dekat, dia sedang
  • 00:36:14
    enggak mampu untuk menafikan
  • 00:36:17
    kontekstualitas dan
  • 00:36:19
    mengisbat nonual yang muncul. malah saya
  • 00:36:23
    pengin menghajar asisten saya nih sudah
  • 00:36:26
    tahu ada deadline dia malah
  • 00:36:30
    kabur akhirnya kena denda dia kena rugi
  • 00:36:34
    banyak dia dari proyek it
  • 00:36:37
    gitu
  • 00:36:39
    wah katanya berat juga ya ini ya
  • 00:36:43
    menerapkan konteks dual nondual ini
  • 00:36:46
    ketika ada
  • 00:36:47
    tekanan project
  • 00:36:50
    gitu ada tekanan Project dia marah.
  • 00:36:53
    Pokoknya yang terbayang itu kepengin
  • 00:36:55
    saya cekik lehernya anak ini gitu. Dasar
  • 00:36:58
    karyawan enggak tahu untung sudah
  • 00:37:00
    ditolong malah ke tanggung jawab. Enggak
  • 00:37:03
    ada ubud
  • 00:37:06
    dianya. Enggak ada ubud dianya
  • 00:37:10
    gitu. Ah itu pertarungannya itu di
  • 00:37:14
    situ. Sudah pokoknya tak pecat kalau
  • 00:37:17
    kamu datang. Tak pecat potong gaji,
  • 00:37:19
    tahan ijazah. Pokoknya ditambah dengan
  • 00:37:21
    saya maki-maki yang terbayang
  • 00:37:25
    begitu. Nah,
  • 00:37:27
    itu akhirnya dia harus ikut ini lagi
  • 00:37:30
    bayar lagi biar saya bisa keluar, biar
  • 00:37:34
    saya bisa lulus dari karma dualitas ini.
  • 00:37:36
    Itu
  • 00:37:38
    bayar dan setiap sesi sama haulen harus
  • 00:37:40
    bayar Rp.500 hanya untuk dialkin.
  • 00:37:45
    Wah, kayak kaya
  • 00:37:48
    haulen. Jadi, ada kasus-kasus tertentu
  • 00:37:51
    itu kita gak bisa nalin diri kita
  • 00:37:53
    sendiri. Wong saya aja. Itulah alasan
  • 00:37:56
    pergi ziarah minta
  • 00:37:59
    ditalkin ziarah.
  • 00:38:02
    E jadi gak semua kasus itu kita mampu
  • 00:38:05
    talkin sendiri.
  • 00:38:08
    itu gunanya kita punya guru
  • 00:38:11
    ya, punya amaliah. Amaliah itu gunanya
  • 00:38:15
    itu
  • 00:38:18
    gitu. Jangan
  • 00:38:20
    kayak jangan kayak siapa?
  • 00:38:24
    Qarun.
  • 00:38:26
    Qarun. Jadi di Quran itu ada empat
  • 00:38:30
    tokoh. Ada empat tokoh. Ada empat tokoh
  • 00:38:33
    yang itu menunjukkan kesombongan.
  • 00:38:38
    Salah satunya itu
  • 00:38:41
    Qarun. Qarun itu setelah kaya dia
  • 00:38:44
    bilang, "Ini kan saya kaya karena ilmu
  • 00:38:46
    saya." Ah, itu sama itu. Oh, ini kan
  • 00:38:49
    saya di nonual ini karena ilmu saya,
  • 00:38:52
    bukan karena lagi hubungan dengan guru.
  • 00:38:55
    Ah, itu kena korun. Itu hati-hati itu di
  • 00:38:59
    Quran diceritakan. Jadi dia kemudian itu
  • 00:39:02
    setelah dia apa ya? sekuler. Dia
  • 00:39:06
    mensekularisasi
  • 00:39:08
    konteks. Padahal konteks itu awalnya
  • 00:39:10
    adalah
  • 00:39:12
    hubungan bukan
  • 00:39:14
    sekuler. Banyak itu. Setelah pintar dia
  • 00:39:17
    mensekularisasi konteks itu diceritakan
  • 00:39:20
    di Quran loh. Itu hati-hati itu yang
  • 00:39:23
    sudah bisa nonual itu jangan kamu
  • 00:39:27
    sekularisasi bahwa ini ilmuku gitu.
  • 00:39:30
    ini adalah hubunganku dengan dengan
  • 00:39:34
    guru kayak
  • 00:39:36
    gitu. Ini adalah
  • 00:39:38
    relasi hasil hubungan bukan pencapaian
  • 00:39:43
    individu
  • 00:39:45
    gitu. Jadi jangan sampai kemudian
  • 00:39:48
    tuh mensekularisasi konteks dualitas itu
  • 00:39:56
    gitu. Itu di Quran ada. Tapi
  • 00:39:58
    jarang-jarang saya ee yang tiga yang
  • 00:40:02
    lain tiga kesombongan kan ada empat pola
  • 00:40:04
    kesombongan tuh
  • 00:40:07
    ya ada
  • 00:40:11
    empat. Hati-hati
  • 00:40:18
    itu. Wah, ini nindir Mas Imam tadinya
  • 00:40:21
    sabar banget habis ngisi kelas sabar.
  • 00:40:23
    giliran anak numpahin adonan donat
  • 00:40:27
    ngamuk-ngamuki Pak Suhadi nyindir masih
  • 00:40:36
    imam setelah ana numpahin adonan donat
  • 00:40:39
    nah oh iki wis tahun lalu Pak Oh
  • 00:40:50
    terlampau jadi itu konteks non dual itu
  • 00:40:53
    jangan
  • 00:40:55
    disekularisasi dia gak boleh
  • 00:41:00
    disekularisasi bahaya itu. Itu suatu
  • 00:41:02
    bentuk kesombongan ilmu itu adalah
  • 00:41:05
    mensekularis apa namanya sanad itu
  • 00:41:08
    dihapus
  • 00:41:10
    gitu. Sanadnya itu
  • 00:41:12
    dihapus harus tetap
  • 00:41:15
    bersanad. Kayak misalnya gini saya kasih
  • 00:41:18
    contoh ya. itu bahayanya mensekularisasi
  • 00:41:21
    sanad. Karena sanad itu bukan
  • 00:41:24
    sekularisasi, dia
  • 00:41:26
    hubungan hubungan nonal sebenarnya itu
  • 00:41:29
    hubungan
  • 00:41:32
    nondual. Jadi konteks nondual itu
  • 00:41:35
    konteks hubungan nondual gitu, bukan
  • 00:41:38
    konteks sekuler gitu. Kalau ee hubungan
  • 00:41:42
    nondual itu, konteks hubungan nondual
  • 00:41:44
    itu disekularisasi hanya ilmu nonal ya
  • 00:41:49
    toh. Ah, itu
  • 00:41:51
    sombong.
  • 00:41:53
    Sombong itu. Sombong itu. Salah satu
  • 00:41:57
    kesombongan yang diterangkan di Quran
  • 00:42:00
    itu pada Karun. Qarun. Qarun. Bukan pada
  • 00:42:04
    Karun. Kalau di sahabat Nabi itu
  • 00:42:07
    Salabah.
  • 00:42:09
    Salabah itu kemudian tuh
  • 00:42:12
    mensekularisasi
  • 00:42:15
    hasil. Tidak lagi bersanad, memutus
  • 00:42:18
    sanad. Ya, memutus
  • 00:42:23
    sanad gara-gara sudah 500. Ah, ini aku
  • 00:42:26
    sudah konteks nonual ini. Diputus sanad
  • 00:42:29
    itu. Itu diterangkan di Quran loh.
  • 00:42:32
    Hati-hati ya. hati-hati memutus sanad
  • 00:42:34
    itu. Padahal ini adalah sanad non dual
  • 00:42:37
    sebenarnya, bukan ilmu non
  • 00:42:42
    dual. Ilmu non
  • 00:42:48
    duual itu kalau yang baca-baca kitab,
  • 00:42:51
    kitab-kitab itu, itu banyak itu. Kenapa
  • 00:42:54
    sih ee kayak Salabah, Qarun ini ada lagi
  • 00:43:00
    kaum hawarin? itu mereka sudah telah
  • 00:43:05
    berilmu memutus sanad ilmu itu
  • 00:43:08
    gitu karena dia sudah kuasai gitu. Aku
  • 00:43:12
    sudah kuasai. Ah itu sekuler namanya.
  • 00:43:15
    Mensekularisasi
  • 00:43:18
    ilmu jatuh di situ. Itu itu di ini ya.
  • 00:43:21
    Jadi sanad itu jangan disekularisasi.
  • 00:43:23
    Sanad itu artinya hubungan
  • 00:43:26
    nonual. Hubungan nondual.
  • 00:43:31
    Jadi nondual itu
  • 00:43:34
    hubungan
  • 00:43:37
    hubungan kalau bahasa itu bemo dia bemo
  • 00:43:42
    maa gitu ya.
  • 00:43:45
    Kalau bemo itu di Quran tuh maa misalnya
  • 00:43:48
    ada
  • 00:43:50
    mayah ya
  • 00:43:53
    kan kalau di Quran tuh
  • 00:43:57
    misalnya
  • 00:43:58
    [Musik]
  • 00:44:01
    ee banyak ayat-ayat maa
  • 00:44:07
    itu
  • 00:44:10
    banyak sebenarnya dia ee ee apa
  • 00:44:16
    ya? Bahwa non dualitas itu
  • 00:44:20
    hubungan bukan sekuler gitu. Jadi tidak
  • 00:44:24
    ada justru yang dualitas itu sekuler.
  • 00:44:27
    Tiada hubungan.
  • 00:44:29
    Tiada
  • 00:44:36
    hubungan seperti
  • 00:44:38
    itu. Ajail jatuh itu karena
  • 00:44:41
    mensekularisasi anu apa sanad
  • 00:44:46
    itu qarun semuanya jatuh. Semuanya
  • 00:44:49
    jatuh.
  • 00:44:53
    Tapi itu kalau apa ya ya baca
  • 00:44:56
    kitablah tanya-tanya Mas Rustam gitu
  • 00:44:59
    yang yang membaca di Quran tuh ada empat
  • 00:45:02
    kalimat
  • 00:45:04
    kesombongan. Salah satunya itu
  • 00:45:06
    mensekularisasi sanad. Sanad itu
  • 00:45:12
    hubungan. Kan gak bisa saya bilang saya
  • 00:45:15
    ini hanya aswar. Bukan aswar bin. Oh
  • 00:45:18
    enggak. Enggak mungkin memutus bin itu
  • 00:45:22
    sekularisasi
  • 00:45:23
    itu. Iya
  • 00:45:26
    toh? Memutus
  • 00:45:31
    bin enggak bisa. Saya harus selalu
  • 00:45:33
    bilang aswar bin ini
  • 00:45:36
    gitu kan. Saya gak bisa mentang-mentang
  • 00:45:39
    sudah punya KTP sendiri binnya ku hapus
  • 00:45:42
    k ganti suka-suka. Enggak bisa begitu.
  • 00:45:46
    Memutus hubungan itu berbahaya
  • 00:45:50
    gitu. Memutus hubungan itu nanti muncul
  • 00:45:53
    kalau itu bahaya loh. Itu nanti ada
  • 00:45:56
    organ-organ kayak tangan, kaki itu bisa
  • 00:46:00
    putus karena memutus bin
  • 00:46:05
    mutus. Makanya hubungan itu jangan
  • 00:46:07
    diputus walaupun sudah 900. Oh, 900.
  • 00:46:11
    Wah, enggak ada guru itu. Wah, itu kamu
  • 00:46:14
    lebih Qarun dari
  • 00:46:16
    Qarun. Itu diterangkan di Quran. Tanya
  • 00:46:19
    aja tuh yang yang bisa baca-baca kitab
  • 00:46:22
    itu tanya aja kayak Mas Rustam nih tahu
  • 00:46:25
    pasti karena pesantren itu tahu ada
  • 00:46:28
    babnya sendiri.
  • 00:46:30
    Itu seperti
  • 00:46:32
    itu. Kalau sombong, jadi kesombongan itu
  • 00:46:35
    ada empat
  • 00:46:37
    jenis. Ada empat jenis.
  • 00:46:42
    Firaun tuh satu jenis. Qarun itu satu
  • 00:46:45
    jenis. Kalau iblis itu dia sombong
  • 00:46:49
    karena
  • 00:46:51
    zat. Dia sombong karena
  • 00:46:55
    zat. Itu kesombongannya iblis. Itu mirip
  • 00:46:58
    kesombongannya si siapa yang di Jerman
  • 00:47:03
    itu. Mas Hitler. Nah, itu kesombongan
  • 00:47:06
    iblis tuh kesombongannya Hitler.
  • 00:47:09
    bahwa bangsa Arya itu adalah yang paling
  • 00:47:12
    mulia di antara
  • 00:47:14
    semua. Iya toh. Ah, ini orang Mah jangan
  • 00:47:16
    sampai orang Muna ini orang yang paling
  • 00:47:18
    ini. Ah, jangan. Itu
  • 00:47:21
    kesombongannya
  • 00:47:24
    iblis. Firaun saja bukan itu
  • 00:47:30
    kesombongan gitu.
  • 00:47:34
    Jadi kesombongannya iblis itu adalah
  • 00:47:36
    kesombongan yang hanya bisa dimiliki
  • 00:47:39
    oleh
  • 00:47:40
    Tuhan. Ya kan? Kesombongan pada
  • 00:47:44
    zat. Kalau Qarun itu kesombongan pada
  • 00:47:51
    ilmu.
  • 00:47:53
    Kalau ee Firaun itu kesombongan karena
  • 00:47:57
    kekuasaan. Satu lagi ada lagi satu cari
  • 00:48:00
    sendirilah.
  • 00:48:02
    baca membaca
  • 00:48:10
    gitu seperti
  • 00:48:13
    itu. Hati-hati itu hati-hati karena non
  • 00:48:16
    sebenarnya dualitas nonal itu non duual
  • 00:48:19
    itu hubungan nonal hubungan dalam
  • 00:48:22
    konteks. Makanya kita di dimensi 10-nya
  • 00:48:27
    itu Abi gitu. AB itu hubungan nonal
  • 00:48:30
    dengan sumber diri gitu gak
  • 00:48:33
    putus. Termasuk dalam ilmu itu kan kita
  • 00:48:37
    ya kalau sudah menerima talkinnya itu
  • 00:48:39
    hubungannya harus nonual dengan pemberi
  • 00:48:42
    talkin itu. Nah, ini yang kadang-kadang
  • 00:48:45
    tuh berbahaya ya belajar
  • 00:48:48
    kesadaran kemudian tuh ya tetap harus
  • 00:48:53
    belajarlah terutama yang empat jenis.
  • 00:48:59
    kesombongan yang ada di Quran gitu. Ada
  • 00:49:02
    jenis-jenisnya
  • 00:49:07
    gitu, ada
  • 00:49:11
    jenis-jenisnya.
  • 00:49:14
    Hati-hati yang berbahaya itu kesombongan
  • 00:49:17
    karena ilmu. Ada itu Qarun, Salabah gitu
  • 00:49:21
    kan.
  • 00:49:24
    dia memutus sanad
  • 00:49:27
    ilmu sama dengan memutus nasab
  • 00:49:33
    itu seperti
  • 00:49:37
    itu. Jadi di jadi amaliah itu sanadnya
  • 00:49:41
    harus dirawat.
  • 00:49:45
    amaliah itu sanate harus
  • 00:49:49
    dirawat biar tidak mengalami kesombongan
  • 00:49:52
    karena
  • 00:49:59
    ilmu. Oke, saya kira itu ya. Ee jadi ee
  • 00:50:03
    inilah masyarakat kita itu kalau
  • 00:50:05
    mendengar metode apa? metode spiritual
  • 00:50:09
    dikiranya gampang itu. Kamu ikhlas saja
  • 00:50:12
    nanti seperti ini. Aduh gak ikhlas itu
  • 00:50:15
    pekerjaan
  • 00:50:17
    sulit kamu sabar aja itu pekerjaan sulit
  • 00:50:20
    gitu. Nah semuanya mampu karena itu
  • 00:50:24
    membutuhkan konteks yang jelas gitu.
  • 00:50:27
    Jadi seolah-olah misalnya ya di
  • 00:50:29
    masyarakat kita itu kamu cukup leting go
  • 00:50:32
    letting go letting go piye gitu.
  • 00:50:35
    teorinya itu harus harus harus mapan
  • 00:50:39
    karena itu pekerjaan yang tidak bisa itu
  • 00:50:43
    batiniah
  • 00:50:44
    gitu minimal ya kalau teorinya harus
  • 00:50:47
    bagus untuk melihat bahwa kamu menguasai
  • 00:50:51
    konteks itu. Maka coba
  • 00:50:53
    teoritisasi k lihat bagaimana caramu
  • 00:50:55
    menteoritisasi konteks itu. Ah harus
  • 00:50:59
    diuji begitu jangan. Jadi
  • 00:51:01
    justru spiritual itu spiritualitas itu
  • 00:51:06
    membutuhkan pemahaman
  • 00:51:09
    teoritis yang
  • 00:51:11
    fasih. Karena untuk mengujinya kamu
  • 00:51:14
    menguasai kontes, coba teoritisasi.
  • 00:51:17
    Tanpa kamu teoritisasi berarti kamu
  • 00:51:19
    enggak menguasai konteks
  • 00:51:23
    itu. Lah io masyarakat itu kan leting
  • 00:51:27
    go tanpa konteks. Lalu merasa mereka
  • 00:51:32
    keluar dari situ merasa
  • 00:51:35
    sudah bisa itu kan itu kan ya biarin aja
  • 00:51:40
    gitu. Asal jangan leas gimana share
  • 00:51:44
    screen-nya lepas. ee pasang
  • 00:51:48
    lagi. Jadi gitu. Jadi kalau mau jadi
  • 00:51:52
    kalau spiritualitas itu karena barang
  • 00:51:54
    itu barang tak kasat mata, maka uji dia
  • 00:51:57
    secara
  • 00:51:59
    teoritis. Iya kan? Bagaimana memastikan
  • 00:52:02
    bahwa kamu mempraktikkan letingo itu
  • 00:52:04
    sudah
  • 00:52:06
    benar? Jangan sampai kayak kebanyakan
  • 00:52:09
    orang letingo itu apa? Mbuh raw weru.
  • 00:52:12
    Alah wes wes enggak jelas.
  • 00:52:17
    jelas. Apalagi sampai ada istilah gimana
  • 00:52:20
    sprit itu jangan dibahasakan. Ah, itu
  • 00:52:22
    nak gak ngerti konteks
  • 00:52:25
    dia. Apa sih wong wahyuat terbahasakan
  • 00:52:30
    kok percakapan Allah dengan Nabi
  • 00:52:34
    terbahasa kan
  • 00:52:35
    apalagi cuma
  • 00:52:43
    letingo. Jadi cara memeriksa konteks itu
  • 00:52:46
    konteks subjektif di teoritisasi gitu.
  • 00:52:48
    Periksa dia di teorinya.
  • 00:52:52
    Kalau enggak ada teorinya berarti dia
  • 00:52:53
    belum menguasai konteks itu. Gitu
  • 00:52:56
    aja. Tidak mudah itu. Tidak
  • 00:53:00
    mudah. Saya dulu ya belajar teori itu
  • 00:53:03
    selesai 14 tahun
  • 00:53:05
    gitu. 9 tahun pertama itu saya tahu
  • 00:53:07
    konteksnya. Tapi untuk
  • 00:53:10
    mororitisasinya itu sampai tambah lagi 5
  • 00:53:12
    tahun.
  • 00:53:15
    itu untuk untuk memastikan bahwa kita
  • 00:53:17
    sudah menguasai konteks itu. Coba
  • 00:53:20
    teoritisasi, coba tulis, coba
  • 00:53:23
    modelkan, coba
  • 00:53:25
    potret. Konteks itu difoto dengan model
  • 00:53:28
    gitu. Harus
  • 00:53:33
    begitu. Iya. Adam saja disuruh
  • 00:53:35
    membahasakan gitu nama-nama
  • 00:53:38
    itu, disuruh membahasakan konteks itu
  • 00:53:41
    gitu. diuji baru malaikat pancen ngeten.
  • 00:53:45
    Pancen ngeten malaikat sujud karena apa?
  • 00:53:48
    Dia mampu menteoritisasi
  • 00:53:54
    konteks itu kalau kamu bisa teoritisasi
  • 00:53:57
    itu sudah menjadi hakmu,
  • 00:54:00
    gitu. Nah, kalau sudah menjadi hakmu,
  • 00:54:02
    jangan lupa
  • 00:54:04
    sanad. I toh jangan lupa sanad gitu.
  • 00:54:08
    Amaliah-amaliah itu ada sanadnya.
  • 00:54:11
    Kirimin Fatihah itu menunjukkan hubungan
  • 00:54:13
    nonal gitu. Seram juga ini belajar
  • 00:54:16
    kesadaran. Lalu kemudian itu nanti ada
  • 00:54:19
    kesombongan nanti ku iniin nih aku
  • 00:54:21
    petain tapi harus bayar
  • 00:54:24
    itu. Ah iya bikin ilmu kok harus bayar
  • 00:54:28
    itu. Nanti Mas Imam itu bisa pakai buat
  • 00:54:30
    ceramah di kabupaten, di
  • 00:54:32
    provinsi. Ee harus bayar itu karena
  • 00:54:36
    nulisnya butuh listrik.
  • 00:54:39
    ngambilnya itu butuh kopi.
  • 00:54:43
    Wah, butuh kopi itu nulis saya, Pak.
  • 00:54:45
    Pagi-pagi saya kopinya sudah dua
  • 00:54:51
    gelas ya gitu, Mas Imam ya. J ku
  • 00:54:56
    bikininlah
  • 00:54:57
    modelnya. Menarik itu menarik. Makanya
  • 00:55:01
    di Tariqah itu sanad itu dijaga karena
  • 00:55:05
    itu sebenarnya hubungan nonual.
  • 00:55:07
    hubungan
  • 00:55:09
    nonal hubungan ilmu tapi eh ilmu tetapi
  • 00:55:13
    dalam kerangka hubungan nonual
  • 00:55:17
    gitu ilmu tapi hubungannya non karena
  • 00:55:20
    ada ilmu yang tidak nondual itu
  • 00:55:23
    contohnya Qarun salabah ngeri itu.
  • 00:55:28
    Ngeri yang
  • 00:55:33
    ngeri seperti
  • 00:55:37
    itu di dibahas di Quran gitu.
  • 00:55:40
    Besok-besok kalau kelas sebelum bahas
  • 00:55:43
    ilmu belajar dulu bab
  • 00:55:45
    kesombongan. Tapi itu harusnya diini
  • 00:55:47
    sendirilah itu
  • 00:55:48
    ya. Itu di di dikaji sendiri.
  • 00:55:55
    Bayangkan Salabah itu sampai Khalifah
  • 00:55:57
    Umar
  • 00:55:58
    ditolaknya. Jadi dia sudah tidak ada
  • 00:56:00
    hubungan lagi karena sudah menguasai
  • 00:56:03
    ilmunya. Sekuler namanya. Itu kan
  • 00:56:06
    sebenarnya yang terjadi pada ilmuwan
  • 00:56:09
    Barat. Ketika mereka mengambil ilmu di
  • 00:56:11
    Kordova, di Spanyol, mereka memutus
  • 00:56:14
    sanad karena sudah dapat
  • 00:56:17
    ilmunya. Sampai sekarang sekuler.
  • 00:56:20
    Iya, sampai sekarang.
  • 00:56:26
    Nah, Salabah itu yang kambingnya banyak
  • 00:56:28
    tapi lupa gurunya gitu. Hati-hati, Mas
  • 00:56:30
    Imam. Kambingmu banyak, kamu lupa.
  • 00:56:33
    Kamu mentang-mentang kambingmu udah
  • 00:56:35
    banyak ya. Kamu lupa sama ayah misalnya,
  • 00:56:40
    ya kan? Ah, saya sudah kaya, saya tanpa
  • 00:56:43
    tanggungan ayah ibu, saya sudah berdiri
  • 00:56:46
    di atas kaki sendiri dalam kurung
  • 00:56:47
    berdikarya itu. Kamu hubunganmu dualitas
  • 00:56:51
    gitu.
  • 00:56:59
    itu salah satu bentuk
  • 00:57:02
    kesombonganah. Saya kira itu dulu.
  • 00:57:04
    Terima kasih. Asalamualaikum
  • 00:57:05
    warahmatullahi wabarakatuh. Oke, terima
  • 00:57:08
    kasih Bang Aswar. Terima kasih
  • 00:57:10
    teman-teman ya. Bagi teman-teman yang
  • 00:57:12
    mau nyimak ulang TBP bisa ini ya lihat
  • 00:57:17
    di channel YouTube Evolusi Jiwa. Jangan
  • 00:57:19
    lupa subscribe dan nyalakan tombol
  • 00:57:22
    loncengnya biar nanti dapat
  • 00:57:24
    pemberitahuan ketika upload video
  • 00:57:27
    terbaru. Terima kasih, kita bertemu
  • 00:57:29
    minggu insyaallah. Alalamualaikum
  • 00:57:30
    warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi
  • 00:57:32
    dan selamat beraktivitas. Yeah.
タグ
  • kontrol
  • melepaskan
  • dualisme
  • non-dualisme
  • sanad
  • spiritualitas
  • kesombongan
  • pola kecanduan
  • penderitaan
  • kebebasan