Kalau Kamu Mau Punya CRITICAL THINKING, Jangan Skip Obrolan Ini!

00:12:29
https://www.youtube.com/watch?v=lplwONPDUHI

Resumo

TLDRThe video critiques the education system, arguing that it often forces students to memorize information without understanding its significance, leading to trauma and disconnection. The speaker emphasizes the importance of making education relevant to students' lives, focusing on practical skills that address real-world issues. They advocate for a shift towards creativity and initiative in learning, especially in the context of digitalization. The discussion also highlights the need to learn from historical figures in a way that emphasizes their struggles and ideologies rather than just factual knowledge.

Conclusões

  • 🧠 The brain retains meaningful information.
  • 📚 Forced memorization leads to trauma.
  • 💡 Education should focus on practical skills.
  • 🌐 Adapt education to the digital age.
  • 🎨 Encourage creativity in learning.
  • 🕒 Students enjoy free periods for passion projects.
  • 📖 Learn from historical figures' struggles.
  • 🤔 Relevance is key to motivation.
  • 💪 Education impacts mental health.
  • 🔄 Shift from rote learning to meaningful understanding.

Linha do tempo

  • 00:00:00 - 00:05:00

    The brain retains information deemed important, but when learning lacks meaning, it tends to forget it. This cycle of memorization and deletion leads to a detrimental effect on the brain, causing a 'learning trauma' where students prefer empty periods over actual lessons. The education system is criticized for not advancing knowledge but rather damaging cognitive abilities, resulting in adults who seek jobs merely to survive rather than thrive creatively. The speaker emphasizes the need for education to be meaningful and relevant to students' lives, suggesting that learning should address real-world problems and personal needs.

  • 00:05:00 - 00:12:29

    The discussion shifts to the relevance of education in the digital age, highlighting that traditional curricula often fail to prepare students for modern challenges. The speaker argues for a curriculum that adapts to digitalization and focuses on practical skills rather than outdated historical facts. The importance of understanding the struggles of historical figures like Pangeran Diponegoro is emphasized, not for memorization, but to inspire resilience and purpose in students' lives. The call to action is for educational reform that aligns with contemporary realities and fosters critical thinking and initiative.

Mapa mental

Vídeo de perguntas e respostas

  • What is the main issue with the current education system?

    The current education system forces students to memorize information without understanding its relevance, leading to trauma and disconnection.

  • How does the brain work in relation to learning?

    The brain remembers information that is deemed important or relevant, and discards what it finds meaningless.

  • What should education focus on according to the speaker?

    Education should focus on practical skills and knowledge that address real-life problems and needs.

  • Why do students enjoy free periods in school?

    Students enjoy free periods because they can engage in activities they are passionate about, contrasting with the trauma of forced learning.

  • How can education be improved?

    Education can be improved by making it relevant to students' lives and adapting to the digital age.

  • What is the impact of digitalization on education?

    Digitalization requires education to adapt and integrate new technologies and methods of learning.

  • What is the significance of learning from historical figures?

    Learning from historical figures should focus on their struggles and ideologies rather than just dates and events.

  • How can students be motivated to learn?

    Students can be motivated by understanding the relevance and application of what they are learning to their lives.

  • What role does creativity play in education?

    Creativity should be encouraged in education to help students explore their passions and interests.

  • What is the relationship between education and mental health?

    The current education system can negatively impact mental health by causing stress and disconnection from meaningful learning.

Ver mais resumos de vídeos

Obtenha acesso instantâneo a resumos gratuitos de vídeos do YouTube com tecnologia de IA!
Legendas
id
Rolagem automática:
  • 00:00:00
    Jadi gini, cara kerja otak itu adalah
  • 00:00:01
    mereka hanya akan mengingat sesuatu yang
  • 00:00:04
    menurut mereka penting atau otak. Ketika
  • 00:00:06
    mereka belajar tapi tidak dikasih tahu
  • 00:00:08
    maknanya apa, mereka enggak tahu saya
  • 00:00:10
    belajar ini faedahnya untuk apa, maka si
  • 00:00:13
    otak itu akan mencoba menghapus materi
  • 00:00:15
    yang kita pelajari. Terus sama kita
  • 00:00:18
    diingat-ingat lagi karena harus ulangan.
  • 00:00:20
    Terus sama otak secara otomatis dihapus
  • 00:00:22
    lagi, diingat lagi, dihapus lagi. Itulah
  • 00:00:25
    yang terjadi waktu kita sekolah dan
  • 00:00:26
    betapa merusaknya itu terhadap otak.
  • 00:00:29
    Karena otak dipaksa untuk mengingat
  • 00:00:31
    sesuatu yang dia tidak tahu maknanya apa
  • 00:00:33
    gitu.
  • 00:00:35
    I juga ya. Iya kan? Iya. Iya. He iya.
  • 00:00:37
    Nah kan misalkan gini, kita akan mudah
  • 00:00:40
    sekali mengingat lagu yang relevan buat
  • 00:00:42
    kita. H pas lagi putus ya ada lagu itu
  • 00:00:44
    tuh tiba-tiba langsung nerapi. Ya,
  • 00:00:45
    karena relevan si otak mengidentifikasi
  • 00:00:48
    bahwa informasi dari lagu itu adalah
  • 00:00:50
    cocok buat kehidupan saya gitu. Itu kan
  • 00:00:52
    gitu. Cara kerja otak tuh begitu. He.
  • 00:00:54
    Nah, kemudian kita belajar sesuatu yang
  • 00:00:57
    kemudian dihapus lagi sama otak,
  • 00:00:58
    dipelajari lagi ya rusaklah. Setelah
  • 00:01:00
    rusak si otak itu akhirnya apa? Trauma
  • 00:01:03
    belajar. Makanya waktu SMA kita pas
  • 00:01:05
    sekolah itu pelajaran paling menarik
  • 00:01:08
    buat siswa di sekolah itu adalah
  • 00:01:10
    pelajaran kosong. Jam kosong. Iya kan?
  • 00:01:14
    Iya. Iya. Iya. Sama olahraga kalau saya.
  • 00:01:16
    Iya. Sama olahraga. Olahraga ya. Kalau
  • 00:01:18
    olahraga seru banget. Nah, tapi balik
  • 00:01:20
    lagi kenapa siswa-siswa kita suka sama
  • 00:01:22
    pelajaran kosong? Ya,
  • 00:01:24
    karena coba pikiran paling sederhananya
  • 00:01:27
    gini, saya menghabiskan waktu untuk
  • 00:01:30
    sekolah dan ayah ibu saya menghabiskan
  • 00:01:32
    uang agar saya bisa bersekolah. Jadi,
  • 00:01:34
    ketika jam harusnya saya demo, saya
  • 00:01:37
    marah pada sekolah itu karena saya sudah
  • 00:01:39
    bayar, saya sudah mengorbankan waktu
  • 00:01:41
    saya, saya sudah mengorbankan perhatian
  • 00:01:44
    saya. Kenapa juga dikasih jam kosong kan
  • 00:01:46
    marah. Tapi kenapa siswa malah senang?
  • 00:01:49
    Karena siswa trauma belajar. Hm. He.
  • 00:01:52
    Jadi otaknya udah udah sangat menderita.
  • 00:01:56
    Jadi pendidikan dalam hal ini bukan
  • 00:01:59
    memajukan. Pendidikan kita bukan untuk
  • 00:02:02
    memajukan, tapi pendidikan itu untuk
  • 00:02:04
    merusak otak kita. Sehingga ketika kita
  • 00:02:06
    sudah dewasa, satu-satunya yang kita
  • 00:02:09
    pikirkan ketika kita mau kuliah adalah
  • 00:02:12
    jurusan apa yang paling mungkin memberi
  • 00:02:14
    saya lapangan pekerjaan. He. Biar apa?
  • 00:02:18
    Biar saya bisa menggunakan ijazah itu
  • 00:02:20
    untuk mengemis-ngemis.
  • 00:02:22
    pekerjaan di kantor-kantor orang agar
  • 00:02:25
    apa? Agar saya bel saya bekerja di mana,
  • 00:02:29
    dengan siapa, jam berapa, jadwalnya apa,
  • 00:02:32
    harus ditentukan sama pihak lain. Karena
  • 00:02:35
    apa? Saya sudah tidak lagi bisa
  • 00:02:36
    berinisiatif, otak saya sudah rusak
  • 00:02:38
    duluan. Jadi ketika orang dikasih
  • 00:02:40
    pengangguran, seharusnya dia senang.
  • 00:02:44
    Iya. Kreativitas bisa dilakukan sendiri
  • 00:02:46
    sama tim, ya. Iya. Harusnya dia senang.
  • 00:02:47
    Tetapi orang Indonesia ketika dikasih
  • 00:02:49
    pengangguran dia stres, dia tertekan.
  • 00:02:51
    Karena apa? Karena dia tidak tahu apa
  • 00:02:54
    yang harus dia lakukan. Waktu jam kosong
  • 00:02:56
    yang bikin senang itu. Ketika jam kosong
  • 00:02:59
    terjadi, apa yang dilakukan siswa-siswa
  • 00:03:01
    kita? Ya udah enggak ngapa-ngapain.
  • 00:03:03
    Karena kalau enggak disuruh mereka
  • 00:03:04
    enggak melakukan apapun. H. Jadi ini
  • 00:03:06
    merusak mental, merusak intelektual.
  • 00:03:10
    Jadi pendidikan kita itu kerusakannya
  • 00:03:11
    sudah kompleks seperti itu gitu. Jadi
  • 00:03:14
    bahkan saya juga sampai bingung apa yang
  • 00:03:15
    harus saya lakukan kalau misalkan
  • 00:03:18
    pendidikan sudah seperti ini dimulai
  • 00:03:19
    dari mana gitu. Apa yang bisa diperbarui
  • 00:03:22
    dari sini gitu. Saya beri dukungan yang
  • 00:03:25
    besar kepada Pak Menteri Pendidikan dan
  • 00:03:27
    jajarannya semoga mereka bisa menjadi
  • 00:03:30
    bagian dari orang-orang yang
  • 00:03:32
    berkontribusi terhadap perbaikan
  • 00:03:33
    pendidikan lah ya. Dan ini salah satunya
  • 00:03:35
    kayak kata Mas Gembul tadi tuh kadarnya
  • 00:03:37
    podcast yang di mana kisa kita kasih
  • 00:03:39
    gratis akses mereka nonton di YouTube,
  • 00:03:42
    di Spotify untuk mereka dengerin. Itu
  • 00:03:44
    kan juga salah satu cara untuk mereka
  • 00:03:47
    bisa tahu nih ide-ide apa nih bisa gua
  • 00:03:49
    eksekusi gitu. Tapi ngomongin jam tadi
  • 00:03:51
    aku malah kepikiran sesuatu. Aku ingat
  • 00:03:53
    ketika aku SMA ketika jam ketika guru
  • 00:03:56
    enggak masuk, teman-teman aku yang tadi
  • 00:03:58
    kayak enggak suka sama pelajaran A B C
  • 00:04:01
    itu mereka memanfaatkan jam kosong ya
  • 00:04:03
    untuk melakukan yang sesuatu yang mereka
  • 00:04:04
    senangi. Teman-temanku yang cewek itu
  • 00:04:06
    malah jualan. Hm. Mereka jualan kayak
  • 00:04:08
    kosmetik-kosmetik itu mereka jualan.
  • 00:04:11
    Terus ada teman-temanku yang suka main
  • 00:04:12
    bola itu. Mereka bikin bola kertas di
  • 00:04:13
    belakang ruangan itu mereka
  • 00:04:15
    tendang-tendang gitu. Iya. Kok sama
  • 00:04:16
    angkatan saya ya? Nah, jadi poinnya aku
  • 00:04:18
    sebenarnya itu yang mereka passion and
  • 00:04:21
    about. Iya. Iya kan? Iya. Dan ketika jam
  • 00:04:23
    mereka tuh gua nih suka main bola ya
  • 00:04:25
    udah gua tendang-tendang itu ada yang
  • 00:04:26
    nonton film ada yang kayak di belakang
  • 00:04:28
    lagi podcast radio gitu lagi
  • 00:04:29
    ngomong-ngomong tentang gosip tapi ya
  • 00:04:32
    tentang gosip guru terus ada yang kayak
  • 00:04:33
    jualan-jualan sebenarnya itu yang mereka
  • 00:04:36
    ingin lakukan kan iya ketika jam kosong
  • 00:04:38
    makanya aku pikir bahwa
  • 00:04:40
    kenapa tidak didorong apa yang mereka
  • 00:04:43
    sebenarnya ingin lakukan itu. Jadi
  • 00:04:44
    pendidikan harus dimulai dari kebutuhan.
  • 00:04:48
    Jadi kebermaknaan ilmu itu ketika dia
  • 00:04:51
    mampu menyelesaikan masalah kita dan
  • 00:04:54
    memenuhi kebutuhan kita. H itu aja
  • 00:04:57
    pengetahuan itu maknanya itu kan. Saya
  • 00:05:01
    bisa misalkan gini, saya harus jago
  • 00:05:04
    matematika biar saya enggak dikibulin
  • 00:05:07
    kalau saya jual beli tanah. Saya harus
  • 00:05:10
    belajar bahasa Indonesia biar saya itu
  • 00:05:14
    bisa menjadi seorang misalkan ya
  • 00:05:16
    pengajar yang baik atau ahli
  • 00:05:18
    administrasi yang baik. Misalkan saya
  • 00:05:20
    harus belajar fisika karena ke depan
  • 00:05:23
    saya ingin menyelesaikan masalah-masalah
  • 00:05:25
    dunia di antaranya adalah global warming
  • 00:05:27
    misalkan gitu kan. Harus dimulai dari
  • 00:05:29
    makna makna. Iya. Why? Menghasilkan ee
  • 00:05:33
    motif. Dari motif itu akhirnya kita
  • 00:05:36
    terpacu. Banyak orang yang enggak
  • 00:05:39
    sekolah, enggak apa, tapi ketika dia
  • 00:05:41
    terpacu untuk melakukan sesuatu, dia
  • 00:05:42
    bisa jadi seorang sukses gara-gara itu.
  • 00:05:44
    Makanya kita cek misalkan ada
  • 00:05:46
    orang-orang terkaya di Indonesia,
  • 00:05:47
    katakanlah ternyata dulunya miskin.
  • 00:05:50
    Kenapa? Karena dia menggunakan
  • 00:05:51
    kemiskinannya itu untuk motif bahwa
  • 00:05:54
    segini menderitanya saya jadi orang
  • 00:05:56
    miskin, maka saya harus keluar dari
  • 00:05:59
    kemiskinan itu. Dia berkorban
  • 00:06:01
    mati-matian, siap mati. Karena miskin
  • 00:06:03
    lebih menderita daripada
  • 00:06:05
    kematian. Itu orang-orang terkaya di
  • 00:06:08
    Indonesia beberapa di antaranya adalah
  • 00:06:09
    orang yang dulunya sempat miskin. Nah,
  • 00:06:12
    ini karena apa motifnya? Bukan gara-gara
  • 00:06:15
    dia sekolah di mana. Hm. Sekarang
  • 00:06:18
    orang-orang terkaya yang dulunya miskin
  • 00:06:20
    itu mempekerjakan para akademisi, para
  • 00:06:22
    profesor. Dia jadi bos bagi para ahli.
  • 00:06:25
    Iya. dia jadi bos dari para e ya
  • 00:06:29
    tokoh-tokoh konsultan apa segala rupa.
  • 00:06:32
    Semua para ahli akademisi, konsultan dan
  • 00:06:34
    sebagainya bekerja untuk memberikan aset
  • 00:06:37
    pada dia, memberikan kekayaan pada dia.
  • 00:06:39
    He. Jadi fokusnya di mana? Dari dimulai
  • 00:06:41
    dari mentalitas, dari motif, dari makna
  • 00:06:46
    dia melakukan sesuatu karena maknanya
  • 00:06:48
    dia tahu gitu. Biasanya di suara
  • 00:06:50
    berkelas kita sering ngobrolin tentang
  • 00:06:52
    kesehatan mental ya, kesehatan fisik
  • 00:06:54
    juga. Tapi aku tadi malah kepikiran
  • 00:06:57
    kalau di sekolah itu kan kita diajarin
  • 00:06:59
    teori-teori yang berkepanjangan 5 tahun,
  • 00:07:02
    10 tahun. Tapi ketika dihadapkan ketika
  • 00:07:05
    orang-orang di usia 20-an itu kita
  • 00:07:08
    menghadapi overthinking, menghadapi
  • 00:07:11
    society atau apapun fase di quarter life
  • 00:07:14
    crisis, kita enggak tahu harus ngapain
  • 00:07:15
    gitu ya. Karena kita enggak relevan,
  • 00:07:17
    pendidikan kita enggak relevan. Saya
  • 00:07:19
    saya harus menggaris bawahi
  • 00:07:21
    materi-materi pendidikan kita enggak
  • 00:07:22
    relevan.
  • 00:07:23
    Jadi kalau misalkan materi pendidikan
  • 00:07:26
    kita relevan, maka yang seharusnya
  • 00:07:27
    diajarkan di sekolah itu adalah
  • 00:07:29
    bagaimana caranya agar tidak obesitas,
  • 00:07:31
    bukan bagaimana caranya mengetahui
  • 00:07:33
    sistem peredaran darah katak.
  • 00:07:36
    Iya juga. Iya kan? Iya. Iya. Iya. Ya.
  • 00:07:38
    Sekarang Indonesia adalah salah satu
  • 00:07:39
    negara paling banyak obesitasnya,
  • 00:07:41
    penyakit gulanya. Termasuk saya obesitas
  • 00:07:43
    ya. Nah, ya. Apakah saya pernah
  • 00:07:47
    mendapatkan pendidikan obesitas dan
  • 00:07:49
    lain-lain? Sedikit sekali. Bahkan tidak
  • 00:07:51
    ada. Tapi kalaupun ada sedikit juga
  • 00:07:53
    pernah enggak ngalamin ee belajar ee
  • 00:07:56
    untuk menghindari obesitas ada kurikulum
  • 00:07:58
    di bab tertentu misalkan kan tidak. Iya.
  • 00:08:00
    E tidak ada. Jadi bahkan ya kita tidak
  • 00:08:04
    relevan gitu. Kemudian mental health
  • 00:08:06
    atau yang paling buruk bukan yang paling
  • 00:08:08
    buruk yang paling aktual
  • 00:08:10
    sekarang apa coba? Yang paling aktual
  • 00:08:13
    sekarang itu adalah masalah pendidikan
  • 00:08:14
    kita diganggu gugat, dihujat
  • 00:08:16
    habis-habisan, dicaci maki oleh media
  • 00:08:18
    sosial, oleh TikTok dan short YouTube
  • 00:08:21
    yang menghancurkan kemampuan kita dalam
  • 00:08:23
    bersosial, menghancurkan kekuatan
  • 00:08:25
    intelektualitas kita, menghancurkan
  • 00:08:26
    moral kita dan
  • 00:08:28
    sebagainya. Dan karena apa? Karena tanya
  • 00:08:31
    kepada siswa, lebih banyak mana
  • 00:08:32
    mendapatkan pengetahuan dari guru atau
  • 00:08:34
    dari TikTok atau dari YouTube? Mereka
  • 00:08:36
    akan jawabnya lebih banyak dari YouTube,
  • 00:08:38
    dari Google. Iya kan? Mereka dapatnya
  • 00:08:40
    itu. Artinya apa? pendidikan kita sudah
  • 00:08:42
    pindah ke era digital. Dengan pendidikan
  • 00:08:44
    kita yang sudah di era digital, setiap
  • 00:08:46
    menteri ganti yang pikirkan itunya
  • 00:08:47
    adalah kurikulum kita ke mana gitu. Kita
  • 00:08:50
    harus perbaiki kurikulum ke mana. Bukan
  • 00:08:52
    perbaiki kurikulum ke mana. Bagaimana
  • 00:08:54
    caranya agar kita beradaptasi terhadap
  • 00:08:56
    digitalisasi? Bagaimana caranya kita
  • 00:08:58
    belajar tentang disrupsi? Bahwa
  • 00:09:01
    pelajaran akuntansi sekarang 5 tahun ke
  • 00:09:03
    depan mungkin tidak lagi relevan. bahwa
  • 00:09:06
    pelajaran-pelajaran sekarang misalkan
  • 00:09:08
    editor di sini ada beberapa editor. Saya
  • 00:09:11
    tanya editor berapa lama bisa bertahan
  • 00:09:13
    di industri ini?
  • 00:09:16
    Berapa lama? Sebentar lagi AI akan
  • 00:09:17
    ngabisin semua editor. Iya. Jadi saya
  • 00:09:21
    saya kenal e content kreator namanya
  • 00:09:23
    Rumah Editor. He. Dia dulunya kerja di
  • 00:09:25
    stasiun televisi. Kerjanya apa? Ngedit.
  • 00:09:28
    Tapi
  • 00:09:29
    lama-kelamaan awalnya staf editor 10
  • 00:09:32
    kurangin jadi lima karena sudah ada
  • 00:09:34
    aplikasi, sudah ada apa yang mempermudah
  • 00:09:36
    dari lima tiba-tiba satu ya sudah dia
  • 00:09:38
    dipecat. Hm. Untung dia bisa
  • 00:09:41
    beradaptasi. Dia bikin kanal YouTube dan
  • 00:09:43
    akhirnya dia sukses di situ. Nah,
  • 00:09:45
    pertanyaan saya adalah
  • 00:09:48
    apakah pelajaran-pelajaran di sekolah
  • 00:09:50
    ini
  • 00:09:51
    relevan? Ini janji ini janji pasar. 10
  • 00:09:55
    tahun dari sekarang bahkan 7 tahun dari
  • 00:09:58
    sekarang 90% pekerjaan itu berhubungan
  • 00:10:02
    dengan
  • 00:10:04
    digitalisasi itu ya. Sekarang di
  • 00:10:08
    sekolah guru-guru masih ngomong ke
  • 00:10:10
    siswanya, "Belajar kok dari
  • 00:10:13
    Google." Ya kan? Jadi di satu sisi dalam
  • 00:10:16
    5 tahun ke depan kita 90% digitalisasi.
  • 00:10:19
    Tapi jangankan beradaptasi, kita
  • 00:10:21
    resisten di sekolah itu banyak yang
  • 00:10:23
    resisten terhadap
  • 00:10:25
    digitalisasi. Mundur kita tuh dalam hal
  • 00:10:28
    ini tuh. Jadi mental kita mental yang
  • 00:10:31
    agak tersendat. Dan ketika kita misalkan
  • 00:10:33
    berpikir soal pendidikan lagi-lagi bukan
  • 00:10:35
    hal yang relevan, tapi mikirnya itu
  • 00:10:37
    adalah kurikulum nanti gantinya
  • 00:10:39
    begimana. Bukan bukan kurikulum gantinya
  • 00:10:41
    gimana. Sekarang era digitalisasi,
  • 00:10:43
    gimana
  • 00:10:44
    caranya menyatukan mengkompromikan
  • 00:10:47
    antara pendidikan formal dengan
  • 00:10:49
    digitalisasi? Bisa enggak sih? Gitu kan
  • 00:10:53
    gitu. Bukan hanya perusahaan-perusahaan
  • 00:10:55
    yang berjuang untuk menghadapi disrupsi
  • 00:10:57
    dan kemudian mereka melakukan ini itu ya
  • 00:10:58
    bukanlah. Please lah kita terbuka pada
  • 00:11:01
    sesuatu yang aktual yang sekarang update
  • 00:11:03
    gitu. bukan menjelaskan tentang eh
  • 00:11:07
    sesuatu yang terjadi di masa lampau
  • 00:11:09
    kemudian terhenti di situ hanya
  • 00:11:10
    gara-gara itu didoktrinkan kepada kita
  • 00:11:12
    gitu. H SD kita belajar Pangeran
  • 00:11:14
    Diponegoro, SMP kita belajar pangeran
  • 00:11:15
    Diponegoro, SMA kita belajar pangiran
  • 00:11:17
    Diponegoro. Kenapa begitu? Karena
  • 00:11:19
    pelajaran itu
  • 00:11:21
    doktrin itu tidak akan memberikan
  • 00:11:22
    kontribusi yang besar terhadap sistem
  • 00:11:24
    pendidikan kita e terhadap nasib
  • 00:11:26
    pendidikan kita di masa depan. Kan kalau
  • 00:11:28
    misalkan kita ngelamar ke BUMN atau
  • 00:11:30
    ngelamar ke Indomaret kan enggak pernah
  • 00:11:32
    ditanya sama HRD Pangeran Indipeguro
  • 00:11:34
    meninggal tahun berapa? Enggak. Enggak
  • 00:11:35
    ditanya itu. Ketika kita menikah sama
  • 00:11:37
    penghulu enggak ditanya ayo Pangeran
  • 00:11:38
    Diporo kan? Enggak juga. Jadi
  • 00:11:40
    relevansinya terletak di mana?
  • 00:11:41
    Relevansinya terletak pada Pangeran
  • 00:11:43
    Diponegoro melakukan perlawanan pada
  • 00:11:45
    Belanda adalah betapun dia tahu bahwa
  • 00:11:47
    kekuatannya lebih lemah daripada musuh.
  • 00:11:50
    Hm. He. Tetapi beliau berani melawan dan
  • 00:11:54
    tahu nasibnya, tetapi berani melawan.
  • 00:11:57
    Karena apa? Karena ada perjuangan, ada
  • 00:12:00
    ideologi yang harus dipertahankan, ada
  • 00:12:02
    kekuatan yang harus dirawat. Betapapun
  • 00:12:04
    dia tahu pesimis dia akan kalah
  • 00:12:07
    misalkan, tapi dia tetap lanjutkan
  • 00:12:09
    perjalanan, lanjutkan perjuangan.
  • 00:12:11
    Bisakah kita mengambil pemaknaan itu
  • 00:12:13
    dalam kehidupan sehari-hari? Bisakah
  • 00:12:15
    siswa-siswa kita itu didoktrin bukan
  • 00:12:17
    untuk mengetahui Pangeran Diponegoro
  • 00:12:18
    meninggal tahun berapa, tapi untuk
  • 00:12:20
    didoktrin bahwa kalian itu hidup berdiri
  • 00:12:23
    melangkah di atas genangan darah para
  • 00:12:25
    pahlawan yang telah mengorbankan dirinya
  • 00:12:27
    buat kehidupan kalian menjadi lebih
  • 00:12:28
    baik. i
Etiquetas
  • education
  • learning
  • brain
  • relevance
  • digitalization
  • creativity
  • mental health
  • historical figures
  • motivation
  • practical skills