Wajah Lain Raja Ampat dan Potret Tanah Papua Terkini!

00:24:45
https://www.youtube.com/watch?v=PIx5-EQIKFo

Resumo

TLDRThe video showcases the breathtaking natural beauty of Papua, Indonesia, highlighting its unique ecosystems, including tropical forests and mangroves. It documents the ongoing environmental degradation caused by industrial activities, particularly mining for nickel and palm oil plantations, which threaten the delicate balance of these ecosystems. Greenpeace Indonesia embarks on a journey to observe and report on the impacts of these activities, emphasizing the urgent need for conservation efforts. The video also features the struggles of indigenous communities, such as the Tehit tribe, who are fighting to protect their ancestral lands from exploitation. Their efforts to gain legal recognition and maintain their traditional ways of life are crucial for preserving Papua's rich biodiversity. The video serves as a call to action, urging viewers to advocate for the protection of Papua's environment and support the rights of indigenous peoples.

Conclusões

  • 🌿 Papua is a paradise with unmatched natural beauty.
  • 🏞️ Unique ecosystems are threatened by industrial activities.
  • 🚢 Greenpeace Indonesia documents environmental degradation.
  • 💔 Mining and palm oil expansion harm indigenous lands.
  • 🛑 Urgent action is needed to protect Papua's biodiversity.
  • 👥 Indigenous communities are vital stewards of the land.
  • 📜 Legal recognition of indigenous lands is crucial.
  • 🌊 Mangroves play a key role in climate mitigation.
  • 📈 Industrial activities lead to habitat destruction.
  • 📢 Advocacy is essential for preserving Papua's future.

Linha do tempo

  • 00:00:00 - 00:05:00

    Papua is a paradise with unmatched natural beauty, featuring tropical forests, crystal-clear waters, and mangrove forests. It is home to indigenous communities that have preserved their traditions and lived in harmony with nature for generations.

  • 00:05:00 - 00:10:00

    Despite its stunning landscapes, Papua faces significant environmental degradation due to industrial activities and policies prioritizing profit. Greenpeace Indonesia embarks on a journey to explore the fragile ecosystems of Papua, revealing the stark contrast between its beauty and the destruction caused by mining and other industries, particularly nickel mining.

  • 00:10:00 - 00:15:00

    The journey continues to South Sorong, where the Tehit tribe fights to protect their ancestral land, Nasaimos, from land-based investments and deforestation. The community has successfully gained recognition for their land and established monitoring posts to safeguard their territory against external threats, emphasizing the importance of local wisdom in preserving their environment.

  • 00:15:00 - 00:24:45

    The expedition moves to Teluk Bintuni, home to vital mangrove ecosystems that support local communities. Researchers assess the health of these mangroves, which are crucial for carbon storage and climate mitigation. The findings highlight the need to protect these ecosystems from development pressures, underscoring their unique ecological significance.

Mostrar mais

Mapa mental

Vídeo de perguntas e respostas

  • What is the main focus of the video?

    The video focuses on the beauty of Papua's ecosystems and the environmental destruction caused by industrial activities.

  • Who is documenting the environmental issues in Papua?

    Greenpeace Indonesia is documenting the environmental issues in Papua.

  • What are the main threats to Papua's environment?

    The main threats include mining, particularly for nickel, and the expansion of palm oil plantations.

  • What is the significance of the indigenous communities in Papua?

    Indigenous communities play a crucial role in protecting their ancestral lands and maintaining ecological balance.

  • What actions are being taken to protect Papua's ecosystems?

    Efforts include documenting environmental changes, advocating for legal recognition of indigenous lands, and resisting industrial encroachment.

  • What is the ecological importance of mangroves in Papua?

    Mangroves are vital for carbon storage and support local livelihoods by providing resources like crabs and fish.

  • How does the video portray the relationship between indigenous people and their land?

    The video portrays a deep connection between indigenous people and their land, emphasizing their role as stewards of the environment.

  • What is the call to action presented in the video?

    The video calls for the protection of Papua's ecosystems and urges the government to halt mining permits.

  • What are the consequences of industrial activities in Papua?

    Consequences include loss of biodiversity, destruction of habitats, and negative impacts on indigenous communities.

  • How can viewers support the cause presented in the video?

    Viewers can support the cause by raising awareness, advocating for conservation, and opposing destructive industrial practices.

Ver mais resumos de vídeos

Obtenha acesso instantâneo a resumos gratuitos de vídeos do YouTube com tecnologia de IA!
Legendas
id
Rolagem automática:
  • 00:00:21
    [Musik]
  • 00:00:28
    [Musik]
  • 00:00:38
    Tanah Papua. Surga dengan keindahan alam
  • 00:00:41
    yang tiada banding mencakup hutan
  • 00:00:43
    tropis, perairan sebening kristal hingga
  • 00:00:46
    hamparan hutan mangrove.
  • 00:00:51
    Bentang alamnya melahirkan ekosistem
  • 00:00:53
    khas yang tak ditemukan di tempat lain.
  • 00:00:56
    Tanah Papua juga menjadi rumah bagi
  • 00:00:58
    masyarakat adat yang telah menjaga
  • 00:01:00
    tradisi dan hidup harmoni dengan alam
  • 00:01:03
    selama ratusan generasi.
  • 00:01:06
    [Musik]
  • 00:01:15
    [Musik]
  • 00:01:18
    Namun di balik keindahan landskap yang
  • 00:01:19
    memukau, kerusakan masih terus
  • 00:01:23
    terjadi. Greenpace Indonesia memulai
  • 00:01:26
    perjalanan untuk melihat lebih dekat
  • 00:01:28
    ekosistem tanah Papua yang kian rapuh
  • 00:01:31
    akibat kebijakan dan aktivitas industri
  • 00:01:33
    yang tak henti mengejar keuntungan.
  • 00:01:37
    Awal pelayaran kami dimulai menuju ke
  • 00:01:39
    wilayah yang paling sering dikunjungi
  • 00:01:40
    wisatawan di raja 4 yakni pianemo dan
  • 00:01:43
    wayag.
  • 00:01:45
    Sepanjang perjalanan kami disuguhi
  • 00:01:47
    panorama
  • 00:01:49
    memukau. Inilah mengapa Kepulauan Raja
  • 00:01:51
    Ampat disebut sebagai salah satu tempat
  • 00:01:54
    terindah di muka
  • 00:01:55
    [Musik]
  • 00:02:13
    bumi. Namun saat kami memasuki kawasan
  • 00:02:16
    Raja 4 lebih jauh, kontrasnya menjadi
  • 00:02:19
    nyata.
  • 00:02:20
    Surga di satu sisi, tetapi terdapat
  • 00:02:22
    kehancuran di sisi lain. Di sinilah
  • 00:02:25
    potret keindahan Raja Empat berubah
  • 00:02:27
    menjadi
  • 00:02:29
    [Musik]
  • 00:02:39
    suram. Sepintas aktivitas penambangan
  • 00:02:41
    tapak samar hampir
  • 00:02:44
    tersembunyi. Dari kejauhan yang terlihat
  • 00:02:46
    hanya hilir mudik kapal tongkang. Tetapi
  • 00:02:49
    pemantauan udara terlihat jelas. Inti
  • 00:02:51
    pulau sedang
  • 00:02:54
    [Musik]
  • 00:02:55
    digali. Pemandangan ini sungguh
  • 00:02:57
    mengejutkan sekaligus memilukan. Pulau
  • 00:03:00
    kecil yang dulunya masih alami kini
  • 00:03:02
    tampak rusak.
  • 00:03:13
    Pulau kecil aja dikeruk sampai puluhan
  • 00:03:16
    ekskavator. Gua lihat di situ tuh. Ini
  • 00:03:18
    gimana nih? Raja 4 nih. Ini ee bakal
  • 00:03:21
    habis semua tuh karang-karang yang bagus
  • 00:03:23
    di sini nih. Terus pulau ini bakal
  • 00:03:28
    lenyap nih. Kita akan kehilangan pulau
  • 00:03:30
    lagi kalau dikeruk terus ee untuk
  • 00:03:33
    industri mobil dan atas nama transisi
  • 00:03:37
    energi.
  • 00:03:40
    Para pengambil kebijakan mulai tergiur
  • 00:03:42
    keuntungan dari sektor pertambangan,
  • 00:03:44
    terutama nikel. Hal ini telah
  • 00:03:46
    mengorbankan pulau-pulau kecil yang
  • 00:03:48
    menopang ekosistem alam di Raja Ampat.
  • 00:03:51
    Ya, wilayah Raja Ampat ada sebagian
  • 00:03:54
    areal yang menjadi wilayah konservasi.
  • 00:03:57
    Tapi wilayah-wilayah ini tidak terlepas
  • 00:04:00
    dari izin-izin yang diberikan oleh
  • 00:04:03
    pemerintah. Nah, karena pemerintah hari
  • 00:04:05
    ini hanya melihat keuntungan dan
  • 00:04:08
    memperluas industri ekstraktif di
  • 00:04:10
    wilayah ini.
  • 00:04:12
    Lalu muncul pertanyaan, berapa lama
  • 00:04:14
    keindahan Raja 4 bisa bertahan
  • 00:04:17
    menghadapi laju industri ekstraktif yang
  • 00:04:19
    tanpa batas?
  • 00:04:24
    Maka kita akan menyaksikan ke depan
  • 00:04:28
    bagaimana kekayaan di Indonesia akan
  • 00:04:31
    hilang akibat rakusnya industri nikel.
  • 00:04:35
    Untuk
  • 00:04:36
    itu, kita harus hentikan itu
  • 00:04:38
    bersama-sama. Kita harus minta
  • 00:04:42
    pemerintah terutama pemerintah pusat
  • 00:04:44
    untuk menghentikan izin-izin tambang
  • 00:04:47
    nikel di
  • 00:04:49
    wilayah Raja Ampat dan di wilayah
  • 00:04:52
    pulau-pulau kecil di Indonesia Timur.
  • 00:04:54
    Karena di Indonesia Timur ini adalah
  • 00:04:57
    wilayah-wilayah yang sangat kaya akan
  • 00:05:01
    keekaragaman hayati di Indonesia.
  • 00:05:04
    [Musik]
  • 00:05:14
    Pelayaran selanjutnya membawa kami ke
  • 00:05:16
    Kabupaten Sorong Selatan untuk memotret
  • 00:05:19
    perjuangan suku Tehit dalam
  • 00:05:21
    mempertahankan tanah adat
  • 00:05:24
    Nasaimos. Luas wilayah adat Nasaimos
  • 00:05:27
    seluas
  • 00:05:28
    97.441 hektar membentang hingga ke bibir
  • 00:05:31
    sungai Kaibus dan muara laut.
  • 00:05:35
    Wilayah ini telah menjadi incaran dari
  • 00:05:38
    investasi berbasis lahan yang sebagian
  • 00:05:40
    besar dulunya adalah bekas hak
  • 00:05:42
    pengusahaan hutan untuk perusahaan kayu.
  • 00:05:45
    Maka tidak heran letak yang strategis
  • 00:05:47
    ini mengundang ancaman bagi kelangsungan
  • 00:05:50
    hutan
  • 00:05:52
    [Musik]
  • 00:05:54
    adat. Ini bakalan hancur nih kalau
  • 00:05:57
    enggak dilindungi. Ini apa yang seperti
  • 00:05:59
    yang terjadi di Sumatera dan
  • 00:06:01
    Kalimantan. E ini akan dibuka habis.
  • 00:06:05
    dijadikan kebun sawit. Kemudian akan
  • 00:06:08
    terjadi kerusakan lingkungan, ee konflik
  • 00:06:12
    dengan masyarakat juga akan terjadi. Ini
  • 00:06:14
    ee sangat berbahaya bagi masa depan e
  • 00:06:17
    orang Papua sehingga kita harus
  • 00:06:19
    melindungi sebelum e bulldoser-bulldoer
  • 00:06:22
    itu datang tiba di tanah e Papua.
  • 00:06:30
    Berjuang sejak tahun 2010, masyarakat
  • 00:06:32
    adat Tehnimos akhirnya berhasil
  • 00:06:35
    mendapatkan pengakuan status wilayah
  • 00:06:37
    adat dari pemerintah Kabupaten Sorong
  • 00:06:40
    Selatan. Selama ini mereka konsisten
  • 00:06:43
    menolak program transmigrasi,
  • 00:06:45
    penerbangan hutan, dan perkebunan sawit
  • 00:06:47
    skala
  • 00:06:48
    besar. Untuk itu, Skute Nasaimos
  • 00:06:52
    kemudian membangun pos jaga agar dapat
  • 00:06:54
    mengawasi landskap wilayah hutan mereka.
  • 00:06:57
    Di sana itu adalah pos pengamatan yang
  • 00:07:01
    dibangun oleh masyarakat adat Teh
  • 00:07:05
    Kenasaimus. Dan saat ini mereka mencoba
  • 00:07:08
    bagaimana menjaga wilayah hutan adatnya.
  • 00:07:12
    Pos ini adalah salah satu bukti bahwa
  • 00:07:14
    mereka secara serius akan menjaga
  • 00:07:17
    wilayah hutannya. Ini semua yang kita
  • 00:07:20
    lihat sampai ke muara dan sampai ke laut
  • 00:07:22
    ini adalah wilayah adat Kenasaimos.
  • 00:07:27
    Pos ini fungsinya untuk kami menjaga
  • 00:07:30
    potensi kita supaya tidak boleh ada
  • 00:07:33
    pihak luar yang masuk. Ancaman di sini
  • 00:07:36
    biasanya kami jauh dari pantai. Jadi
  • 00:07:41
    masyarakat lain yang ada di dekat pantai
  • 00:07:43
    biasa mereka mencari kita punya potensi
  • 00:07:45
    laut yang ada di pantai kita. Demikian
  • 00:07:48
    juga pohon hutan kami juga ada yang juga
  • 00:07:52
    bisa
  • 00:07:53
    menebu. Jadi kami melihat dengan
  • 00:07:55
    legalitas ini gerakan-gerakan kami
  • 00:07:57
    melalui peta dan juga kami sudah buat
  • 00:07:59
    apa papan-papan pelan batas di setiap
  • 00:08:02
    marga itu kita sudah pasang. Makanya
  • 00:08:04
    yang selalu beraktivitas itu semakin
  • 00:08:06
    lama kurang. Contoh di sini banyak
  • 00:08:08
    kepiting kita banyak e ikang tapi
  • 00:08:13
    sekarang sudah semakin kurang. yang
  • 00:08:15
    lalunya mereka aktivitas di sini.
  • 00:08:17
    Sementara begini, perahu mulai keluar
  • 00:08:19
    dari muara banyak sekali. Tapi kami
  • 00:08:21
    sudah beraktivitas.
  • 00:08:23
    Saya sudah hampir 2 bulan di sini untuk
  • 00:08:25
    bangun ini. Saya lihat sudah memang
  • 00:08:27
    kurang, tidak ada
  • 00:08:34
    lagi. Saat kami berkesempatan
  • 00:08:37
    menjelajahi lebih dalam ke hutan di
  • 00:08:38
    wilayah adat Nosaimos, terdapat pohon
  • 00:08:40
    merbau yang tergolong langka menjulang
  • 00:08:43
    tangguh di antara pepohonan lainnya.
  • 00:08:47
    di Kalimantan misalnya ada kayu-kayu
  • 00:08:49
    endemik yang sudah habis kayu ulin dan
  • 00:08:52
    di sini hutan-hutan di Papua Merbau
  • 00:08:55
    adalah kayu endemik karena kekuatannya
  • 00:08:58
    dan ini memiliki nilai ekonomi yang
  • 00:09:00
    sangat tinggi dan ini sudah mulai
  • 00:09:02
    dihabiskan setelah hutan di Kalimantan
  • 00:09:06
    habis perpindahan terhadap
  • 00:09:08
    komoditas-komoditas yang berbasis lahan
  • 00:09:10
    itu akan terjadi di tanah Papua dan di
  • 00:09:13
    wilayah ini mereka mampu menjaga dengan
  • 00:09:17
    kearifan lokal dengan melakukan upaya
  • 00:09:19
    untuk meminta pemerintah untuk melakukan
  • 00:09:22
    pengakuan sehingga wilayah ini masih
  • 00:09:24
    bisa terjaga. Tapi bagaimana dengan
  • 00:09:26
    wilayah-wilayah di luar masyarakat adat
  • 00:09:28
    yang menjaga hutannya? Itu sudah terjadi
  • 00:09:31
    pembukaan besar-besaran seperti di
  • 00:09:32
    Bovendigul, di wilayah-wilayah ee
  • 00:09:35
    Merauke misalnya. Ini adalah ee apa
  • 00:09:39
    namanya? pembelajaran bagaimana
  • 00:09:41
    masyarakat bisa menunjukkan kekuatan
  • 00:09:43
    mereka dan mampu menunjukkan ee
  • 00:09:46
    pengelolaan basis ekonomi berdasarkan
  • 00:09:48
    kearifan ee mereka.
  • 00:09:52
    Pengakuan atas wilayah adat mereka
  • 00:09:54
    merupakan kemenangan penting. Tetapi
  • 00:09:56
    masyarakat adat Nosaimos kini masih
  • 00:09:58
    terus berjuang untuk mendapatkan status
  • 00:10:00
    hutan adat secara penuh.
  • 00:10:03
    ini akan memberikan perlindungan hukum
  • 00:10:05
    yang lebih kuat dan memastikan hutan
  • 00:10:07
    mereka tetap lestari bagi generasi
  • 00:10:09
    mendatang.
  • 00:10:13
    [Musik]
  • 00:10:22
    [Musik]
  • 00:10:31
    [Musik]
  • 00:10:37
    [Musik]
  • 00:10:44
    Kami kemudian melanjutkan perjalanan
  • 00:10:46
    menuju Teluk Bintuni, kawasan yang telah
  • 00:10:49
    menjadi rumah bagi salah satu ekosistem
  • 00:10:51
    penting dalam mitigasi krisis iklim
  • 00:10:53
    yakni
  • 00:10:55
    mangruve. Di cagar alam ini juga
  • 00:10:57
    terdapat 15 kampung di mana ee
  • 00:11:00
    ditinggali oleh masyarakat ee asli Papua
  • 00:11:02
    dan mereka semua menggantungkan hidupnya
  • 00:11:04
    terhadap keberadaan mangrov ini. Ee
  • 00:11:07
    mereka biasanya mencari kepiting, udang,
  • 00:11:09
    dan beberapa jenis ikan untuk
  • 00:11:11
    dikonsumsi, tapi juga dijual untuk ee
  • 00:11:13
    kebutuhan ekonomi mereka.
  • 00:11:16
    Namun seiring meningkatnya dorongan
  • 00:11:18
    pembangunan masa depan mangruf yang
  • 00:11:20
    masih alami ini menjadi tidak
  • 00:11:23
    menentu. Sekelompok tim peneliti
  • 00:11:25
    mengecek langsung ke empat titik lokasi,
  • 00:11:27
    yakni di Pulau Amutu Besar, Pulau Emutu
  • 00:11:30
    Kecil, area di Pulau Modan, serta di
  • 00:11:33
    dekat muara Sungai Wasian.
  • 00:11:36
    Dari Gribis Indonesia sedang berada di
  • 00:11:38
    Amutu Besar. kita sedang mendatangi
  • 00:11:40
    salah satu lokasi yang diperkirakan
  • 00:11:43
    sebagai formasi baru ee kawasan hutan
  • 00:11:45
    mangroove karena dianggap ee sebagai
  • 00:11:48
    vegetasi yang tumbuh di formasi paling
  • 00:11:50
    terdepan sehingga kita perlu melakukan
  • 00:11:52
    verifikasi lebih lanjut dengan melakukan
  • 00:11:54
    pengambilan data diameter dan juga
  • 00:11:57
    tutupan dari tajuk atau kanopi yang ada
  • 00:11:59
    di kawasan ini. Dan kita berharap ee
  • 00:12:03
    dengan pengambilan data dan sampel ini
  • 00:12:06
    bisa
  • 00:12:07
    memperkaya analisis bagaimana
  • 00:12:09
    penyelamatan hutan mangruh di Teluk
  • 00:12:11
    Bintuni terutama dan di Papua secara
  • 00:12:13
    umum. Kita juga akan mengambil data
  • 00:12:16
    komponen lain yaitu tutupan kanopi atau
  • 00:12:19
    kanopi coverage dari mang ini dengan
  • 00:12:22
    cara mengambil eh kita sebut hemispare
  • 00:12:27
    fotograph tegak lurus ke atas ke atas
  • 00:12:30
    terus 45 derajat kiri juga kan 45
  • 00:12:34
    derajat untuk cover semua kan
  • 00:12:38
    [Musik]
  • 00:12:41
    dari pengamatan secara langsung
  • 00:12:43
    ekosistem mangr di Teluk Bintuni banyak
  • 00:12:45
    yang terbentuk dari hasil akresi
  • 00:12:47
    sedimen. Mangruf yang tumbuh di Pulau
  • 00:12:49
    Mutu Besar diperkirakan berumur 10
  • 00:12:52
    hingga 15 tahun didominasi oleh jenis
  • 00:12:54
    avisenia marina atau api-api putih. Di
  • 00:12:58
    Pulau Amutu Kecil, ekosistem mangroove
  • 00:13:00
    tampak masih dalam tahap regenerasi
  • 00:13:02
    tetapi rusak akibat
  • 00:13:04
    penebangan. Hal ini terlihat dari
  • 00:13:06
    vegetasi tingkat pancang pohon yang
  • 00:13:08
    nyaris tidak ada dan tergolong ke dalam
  • 00:13:11
    kondisi buruk. Sementara kondisi
  • 00:13:13
    ekosistem mangroove di depan Pulau Bodan
  • 00:13:15
    masih tergolong baik dengan usia sekitar
  • 00:13:18
    kurang dari 5
  • 00:13:20
    tahun. Kemudian untuk yang ada di
  • 00:13:24
    belakang kita ini ee adalah ee
  • 00:13:27
    manggroove alami, manggroove ee primer
  • 00:13:32
    yang masih sangat sehat. Ini lokasinya
  • 00:13:34
    di muara Sungai Wasian, Teluk
  • 00:13:38
    Bintuni. Eh, jenis-jenis dominan di sini
  • 00:13:40
    adalah e risopora, ada burguera, ada
  • 00:13:43
    juga soneratia, ada avisenia sedikit dan
  • 00:13:48
    ada beberapa jenis mangroove asosiasi
  • 00:13:51
    tapi dia di bagian dalam.
  • 00:13:54
    Nah, kalau dari sisi eh peran daripada
  • 00:13:59
    ekosistem
  • 00:14:00
    mangr primer ini, ini adalah salah satu
  • 00:14:04
    contoh eh ekosistem mangr yang eh
  • 00:14:07
    mempunyai fungsi penyimpan karbon sangat
  • 00:14:09
    tinggi. Kami melakukan pengukuran untuk
  • 00:14:11
    kedalaman substrat yang kita sebut mangr
  • 00:14:14
    fit itu itu lebih dari 3 m. Jadi kita
  • 00:14:17
    bisa bayangkan kalau kita mengkonversi
  • 00:14:20
    hutan ini, itu karbon itu akan teremisi
  • 00:14:22
    ke udara.
  • 00:14:24
    Belum lagi kalau ee kita konversi hutan
  • 00:14:27
    ini dan kita misalnya ee mengambil
  • 00:14:31
    pohonnya menjadi pemanfaatan yang lain,
  • 00:14:33
    itu pasti ada emisi karbon juga yang
  • 00:14:36
    terjadi di sini. Jadi sangat vital
  • 00:14:39
    sekali ekosistem seperti ini untuk kita
  • 00:14:42
    jaga. Menurut
  • 00:14:44
    saya eh message paling eh penting sekali
  • 00:14:48
    bagi kita adalah jangan dikonversi.
  • 00:14:54
    Nah, hutan eh Mangrov Teluk Bintuni ini
  • 00:14:57
    memiliki keunikan karena biasanya kalau
  • 00:14:59
    hutan mangrov itu berbatasan dengan rawa
  • 00:15:02
    tapi ini langsung berbatasan dengan e
  • 00:15:04
    hutan dataran rendah. Oleh sebab itu,
  • 00:15:07
    mengingat pentingnya peran dan fungsi
  • 00:15:09
    hutan manggr maka mari kita lindungi,
  • 00:15:12
    mari kita jaga, dan mari kita selamatkan
  • 00:15:14
    hutan manggrok.
  • 00:15:16
    [Musik]
  • 00:15:33
    [Musik]
  • 00:15:40
    Perjalanan selanjutnya menuju ke wilayah
  • 00:15:42
    Papua Selatan menyusuri sungai Digul
  • 00:15:44
    yang megah.
  • 00:15:46
    Sungai ini berfungsi seperti urat nadi
  • 00:15:48
    dan akses vital ke salah satu hamparan
  • 00:15:50
    hutan tropis yang tersisa di tanah
  • 00:15:54
    Papua. Tujuan penelitian di kawasan ini
  • 00:15:58
    untuk memverifikasi kondisi hutan
  • 00:15:59
    sebagai bahan dasar dalam pemantauan
  • 00:16:02
    perubahan tutupan lahan serta
  • 00:16:03
    meningkatkan akurasi klasifikasi hutan.
  • 00:16:08
    Nah, ketika kita lihat di lapangan
  • 00:16:10
    karena
  • 00:16:11
    memang ee bentuk hutannya itu tajuknya e
  • 00:16:16
    kecil gitu ya, kemudian juga diameternya
  • 00:16:20
    juga kecil-kecil gitu. Sehingga kalau di
  • 00:16:23
    dalam
  • 00:16:25
    definisi salah satu peta itu tidak
  • 00:16:28
    termasuk hutan. Padahal kalau kita lihat
  • 00:16:29
    ya itu ee kelihatan seperti hutan gitu.
  • 00:16:34
    Sehingga sepanjang perjalanan ini kita
  • 00:16:37
    bisa simpulkan bahwa sepanjang Sungai
  • 00:16:40
    Dinggul ataupun di Papua Selatan itu
  • 00:16:42
    memang hutannya masih bagus gitu ya,
  • 00:16:44
    masih rapat gitu dan dominasinya hutan
  • 00:16:47
    sehingga secara landscape pun hutannya
  • 00:16:49
    masih intak.
  • 00:16:52
    Papua Selatan merupakan wilayah yang
  • 00:16:54
    sangat penting secara ekologis. Dengan
  • 00:16:56
    lebih dari 60% wilayahnya tertutup hutan
  • 00:16:59
    alami yang kaya akan keanekaragaman
  • 00:17:02
    hayati dan berperan sebagai penyimpan
  • 00:17:04
    karbon. Namun ekosistem pesisir dan
  • 00:17:07
    dataran gambut ini tengah menghadapi
  • 00:17:09
    ancaman
  • 00:17:11
    serius. Koridor Sungai Digul telah lama
  • 00:17:13
    menjadi pintu masuk bagi usaha
  • 00:17:15
    perkebunan dan kayu. Jalur sungai yang
  • 00:17:17
    menjangkau hingga pedalaman memudahkan
  • 00:17:20
    akses transportasi dan logistik. Nah,
  • 00:17:23
    Papua Selatan, terutama Sungai Digul itu
  • 00:17:27
    menjadi akses yang paling terbuka karena
  • 00:17:31
    dari Sungai Digul ini akan mudah sekali
  • 00:17:33
    buat perusahaan dengan membawa tanker
  • 00:17:36
    yang besar dengan grosstone maksimum
  • 00:17:39
    sampai maksimum 5.000 eh grosone mereka
  • 00:17:42
    bisa membawa ee CPO.
  • 00:17:45
    Karena itu maka Papua Selatan ini
  • 00:17:49
    terutama tiga kabupaten Bendigul, Mapi,
  • 00:17:54
    dan Muke ini perlu untuk diselamatkan.
  • 00:18:00
    Obal izin konsesi untuk perkebunan sawit
  • 00:18:02
    dan hutan tanaman industri menjadi
  • 00:18:04
    ancaman nyata bagi masyarakat adat yang
  • 00:18:07
    tersebar di kawasan Sungai Digul.
  • 00:18:11
    itu ternyata sepanjang sungai Digul ini
  • 00:18:14
    sudah
  • 00:18:15
    dibebani izin-izin gitu ya. Untuk yang
  • 00:18:19
    ungu ini adalah izin-izin
  • 00:18:21
    lokasi untuk perkebunan sawit. Kemudian
  • 00:18:25
    untuk yang orange ini adalah izin lokasi
  • 00:18:29
    untuk HTI ya, hutan tanaman industri
  • 00:18:32
    gitu. Nah, kita lihat
  • 00:18:35
    sepanjang digul ini sudah ramai ya,
  • 00:18:38
    sudah ramai dengan perizinan dan
  • 00:18:41
    ternyata di sepanjang sungai Digul pun
  • 00:18:44
    ini juga sebenarnya
  • 00:18:45
    sudah ada wilayah adat dari ee orang
  • 00:18:49
    asli Papua gitu ya.
  • 00:18:51
    Sebagian barat dari sungai Digul ini,
  • 00:18:53
    ini sebenarnya ee menjadi bagian dari
  • 00:18:56
    wilayah adat suku Auyu. Dan di bagian
  • 00:19:00
    timur dari sungai Digul ini menjadi
  • 00:19:03
    bagian dari wilayah adat suku Wambon.
  • 00:19:06
    Jadi suku Auyu ini terkait dengan
  • 00:19:09
    konflik dengan perkebunan sawit di
  • 00:19:11
    sebelah barat, di sebelah timur, suku
  • 00:19:13
    Wambon banyak terkait konflik dengan
  • 00:19:16
    HTI.
  • 00:19:19
    Perjalanan Greenpace Indonesia ke
  • 00:19:21
    wilayah Papua Selatan salah satunya
  • 00:19:23
    untuk menyaksikan sebuah pertemuan
  • 00:19:25
    bersejarah. Setidaknya bagi warga suku
  • 00:19:27
    Au dan suku Wambon atau Mandobo.
  • 00:19:31
    Ancaman ekspansi perkebunan terhadap
  • 00:19:33
    wilayah adat telah mendorong mereka
  • 00:19:35
    untuk bertemu satu sama lain. Demi
  • 00:19:38
    menyambut acara yang istimewa, sejumlah
  • 00:19:40
    mama dari Kampung Ayiwat bergegas
  • 00:19:42
    mengambil hasil alam langsung dari
  • 00:19:44
    hutan.
  • 00:19:54
    itu ambil kulit kayu itu baru nanti
  • 00:19:57
    ambil dia punya kayu lagi daun lagi
  • 00:20:00
    nanti bawa pulang itu nanti alas pakai
  • 00:20:04
    daun sagu baru k daging itu baru tutup
  • 00:20:09
    dia baru
  • 00:20:13
    kita maju lagi dulu maju lag
  • 00:20:15
    [Musik]
  • 00:20:28
    [Musik]
  • 00:20:33
    Pertemuan pun berlangsung di aula
  • 00:20:35
    Kampung Aywat, Kabupaten Bovendigul.
  • 00:20:38
    Para tetua dan anggota masyarakat adat
  • 00:20:40
    dari kedua suku dengan sepenuh hati
  • 00:20:42
    berbagi kisah tentang ikatan mendalam
  • 00:20:44
    mereka dengan hutan sebagai bagian dari
  • 00:20:47
    identitas, budaya, dan eksistensi
  • 00:20:49
    mereka.
  • 00:20:51
    Memang
  • 00:20:53
    betul kita melihat bahwa kita punya
  • 00:20:56
    utang Hadat ini dirapot oleh orang
  • 00:21:00
    lain lebih khusus dari
  • 00:21:03
    AO dari
  • 00:21:05
    Mandobo yang dirampas oleh orang lain.
  • 00:21:09
    Sehingga saya mau sampaikan kepada
  • 00:21:11
    masyarakat
  • 00:21:12
    bahwa masyarakat Barat bahwa hutan itu
  • 00:21:16
    sangat
  • 00:21:17
    penting. Jadi kalau kita bicara masalah
  • 00:21:20
    tanah, satu orang tidak
  • 00:21:23
    bisa. Kita harus satu dua kampung
  • 00:21:26
    masyarakat seluruhnya bicara
  • 00:21:29
    baru bisa. Kalau satu dua orang itu
  • 00:21:32
    tidak bisa.
  • 00:21:33
    [Musik]
  • 00:21:35
    Menurut pengakuan warga Kampung Ayiwat
  • 00:21:36
    dan Subur, mereka tetap menolak bujuk
  • 00:21:39
    rayu perusahaan yang mencoba mendapatkan
  • 00:21:41
    izin di wilayah adat. Sebab warga
  • 00:21:44
    belajar dari pengalaman masyarakat adat
  • 00:21:46
    lainnya yang justru dirugikan akibat
  • 00:21:49
    hilangnya hutan adat mereka. Pengalaman
  • 00:21:52
    ini menunjukkan bahwa telah banyak
  • 00:21:54
    kerugian yang dialami masyarakat
  • 00:21:56
    adat. Pada awalnya perusahaan ini
  • 00:21:59
    dia masuk pada tahun 2017
  • 00:22:04
    perusahaan Nerauk Rayun Jaya MRJ.
  • 00:22:10
    Jadi 2017 sampai dengan 18 setiap tahun
  • 00:22:15
    datang terus. Tapi kami masyarakat juga
  • 00:22:19
    tetap
  • 00:22:20
    menolak. Menolak dengan berbagai cara.
  • 00:22:24
    Kita buat aksi langsung di lapang terus
  • 00:22:26
    kita buat penolakan melalui
  • 00:22:29
    surat ke dinas-dinas terkait. Ya, apa
  • 00:22:32
    yang terjadi di Kampung Subur dan
  • 00:22:34
    Kampung Awat sebenarnya e hampir e mirip
  • 00:22:37
    dan tipically apa yang terjadi di
  • 00:22:39
    wilayah lain di Papua khususnya di Papua
  • 00:22:41
    Selatan. Kalau ee kita sebelumnya pernah
  • 00:22:44
    e mendengar terkait dengan kasus e Ayu
  • 00:22:47
    eh Margaworo di Kampung Subur dan
  • 00:22:49
    Kampung Aywat pun sama mengalami hal
  • 00:22:51
    yang sama. Hanya perbedaannya adalah di
  • 00:22:53
    Kampung Yare di suku Au dan eh Margaworo
  • 00:22:57
    itu masyarakat adat berhadapan dengan e
  • 00:22:59
    perusahaan perkebunan kelapa sawit.
  • 00:23:01
    Tapi e untuk saat ini di Kampung Subur
  • 00:23:04
    dan Kampung Aywat ee yang mereka hadapi
  • 00:23:06
    adalah perusahaan e hutan tanaman
  • 00:23:08
    industri yang ee namanya Meroke Royan
  • 00:23:11
    Jaya Group. Nah, ee yang mereka coba e
  • 00:23:14
    untuk masuk ke dalam apa menguasai e
  • 00:23:17
    hutan adat milik ee suku Wambon e di ee
  • 00:23:20
    Kampung Aywat dan e Kampung Subur.
  • 00:23:24
    Suku Wambon dan Auyu telah membuat
  • 00:23:26
    pilihan yang tegas. Mereka menolak
  • 00:23:28
    menyerahkan tanah leluhur kepada
  • 00:23:30
    perusahaan meskipun tekanan dan tawaran
  • 00:23:33
    terus
  • 00:23:35
    [Musik]
  • 00:23:38
    berdatangan. Perjalanan menelusuri hutan
  • 00:23:40
    Papua telah melintasi bentang alam yang
  • 00:23:43
    kaya keekaragaman hayati dan kisah upaya
  • 00:23:46
    menjaga tanah leluhur serta perlawanan.
  • 00:23:49
    Di balik rapatnya tutupan hutan, kita
  • 00:23:51
    melihat bagaimana hutan menjadi jantung
  • 00:23:53
    kehidupan menghidupi mereka yang telah
  • 00:23:56
    menjaganya
  • 00:23:58
    turun-temurun. Menjaga hutan Papua
  • 00:24:00
    berarti menjaga masa depan kita bersama.
  • 00:24:03
    Jangan biarkan perhatian kita pudar dan
  • 00:24:05
    terus bersuara untuk tanah Papua.
  • 00:24:09
    [Musik]
  • 00:24:27
    [Musik]
Etiquetas
  • Papua
  • Greenpeace
  • environment
  • indigenous communities
  • biodiversity
  • conservation
  • mangroves
  • mining
  • nickel
  • palm oil