00:00:07
Dahulu hiduplah seorang pedagang muslim
yang berasal dari negeri Cina bernama Tee Ling Sing,
00:00:16
biasa dipanggil dengan Kyai Telingsing.
00:00:21
Dia bermukim disebuah daerah bernama Tajug,
00:00:25
dinamakan Tajug karena terdapat banyak
tempat ibadah untuk umat hindu.
00:01:07
Untuk memenuhi kebutuhan hidup,
masyarakat Tajug biasa bekerja sebagai petani,
00:01:27
pembuat batu bata,
00:01:43
nelayan,
00:01:56
dan pedagang.
00:02:09
Selain berdakwah dan berdagang Kyai Telingsing
juga mengembangkan seni ukir dengan motif Dinasti Sung.
00:02:18
Yang kemudian dikenal dengan Gaya Sung Ging.
00:02:22
Gaya Sung Ging ini terkenal akan
kehalusan dan keindahan.
00:02:28
Karena hal itu lah banyak orang yang tertarik
dengan gaya ukir Sungging ini,
00:02:34
desa itupun kemudian dikenal
dengan nama Sunggingan.
00:02:44
Berjalannya waktu Sunggingan semakin berkembang,
00:02:53
hal ini memikat perhatian Kesultanan Demak,
00:02:57
hingga suatu hari diutuslah seorang
ulama besar yang bernama Syekh Jafar Shodiq.
00:03:10
Bersama dengan para santrinya beliau
berangkat menuju Tajug untuk menyebarkan agama Islam.
00:03:22
Tugas untuk menyebarkan ajaran islam
kala itu tidaklah mudah,
00:03:28
beliau harus menghadapi orang-orang
yang kental dan berpegang teguh
00:03:32
dengan agama yang terlebih dahulu
telah dianut oleh warga.
00:03:59
Syekh Jafar Shodiq mencari cara bagaimana
agar islam dapat diterima dengan baik,
00:04:05
halus dan tanpa paksaan.
00:04:15
Di dalam dakwahnya Syeh Jafar Shodiq bersama
para santri berbaur dengan masyarakat,
00:04:22
seperti bertani, berdagang serta pendekatan
melalui seni dan budaya.
00:04:38
Pada suatu hari Syeh Jafar Shodiq membeli
seekor sapi dan didatangkan langsung dari India.
00:04:46
Sapi itu dibawa oleh pedagang asing
menggunakan kapal besar.
00:05:12
Kemudian sapi itu ditambatkan di halaman
depan rumah Syekh Jafar.
00:05:50
Hewan Sapi dalam agama hindu merupakan hewan suci,
00:05:54
menyakiti sapi merupakan perbuatan
dosa besar apalagi membunuhnya.
00:06:01
Sehingga dalam waktu singkat rumah
Syekh Jafar Shodiq dipenuhi warga,
00:06:06
Karena penasaran apa yang
dilakukannya pada sapi itu.
00:06:24
“ Sedulur-sedulur yang saya hormati.
00:06:27
Saya melarang saudara-saudara
menyakiti bahkan menyembelih sapi !
00:06:34
Sebab di waktu kecil,
saya hampir mati kehausan,
00:06:39
lalu seekor sapi datang menyusui saya ! "
00:06:44
Penduduk yang umumnya beragama
Hindu terpesona atas kisah itu.
00:06:49
Syekh Jafar Shodiq melanjutkan,
diantara surah-surah Alquran
00:06:54
ada surat yang dinamakan surah
Sapi Betina (Al-Baqarah).
00:07:02
Masyarakat semakin tertarik,
bisa ada kisah tentang sapi di dalam kitab suci.
00:07:07
Mereka menjadi ingin tahu lebih banyak
dan untuk itulah mereka sering-sering datang
00:07:13
mendengarkan ceramah dari Syekh Jafar Shodiq.
00:07:23
Masyarakat Tajug senang dengan
kehadiran Syekh Jafar Shodiq
00:07:26
yang ramah dan senang membantu sesama.
00:07:35
Berkat kesabaran, keramahan dan kewibawaanya,
00:07:40
dalam waktu singkat masyakat
Tajug sebagian telah memeluk agama islam.
00:07:50
Selain itu banyak orang-orang berpengaruh
diluar maupun didalam wilayah Tajug
00:07:55
berkunjung menemui Jafar Shodiq.
00:08:02
Kebiasaan beliau setelah ada tamu yang datang
selalu memberi cinderamata
00:08:08
untuk menjadi kenang-kenangan.
00:08:15
Mengetahui di daerah Tajug ada seorang ahli ukir,
Jafar Shodiq memerintahkan santrinya untuk menemui
00:08:23
dan meminta dibuatkan ukiran untuk dijadikan
cinderamata bagi orang-orang yang datang menemuinya.
00:08:30
“ Pergilah temui Kyai Telingsing di desa Sunggingan,
00:08:34
minta beliau untuk membuatkanku cinderamata.
00:08:39
Nantinya akanku berikan kepada
siapapun yang datang kemari ! “
00:08:47
Esok harinya berangkatlah murid Jafar
Shodiq menemui Kyai Telingsing.
00:09:04
“ Assalamu’alaikum…!”
00:09:08
“ Assalamu’alaikum…!”
00:09:20
“ Wa’alaikumsalam..!”
00:09:22
“ Apakah benar ini padepokan Kyai Telingsing ?”
00:09:26
“ Benar kisanak, dengan saya sendiri.
Mari silahkan masuk ! “
00:09:37
Kyai Telingsing menyambut baik murid
Syekh Jafar Shodiq dan mempersilahkan untuk duduk.
00:09:43
“ Mohon maaf, bolehkah saya tau siapa kisanak ?
00:09:47
Dan ada keperluan apa mencari saya ? “
00:09:50
“ Baik Kyai, saya adalah murid dari Syekh Jafar Shodiq.
00:09:55
Jadi tujuan saya kemari adalah untuk
memesan cinderamata berukir.
00:09:59
Karena karya Kyai sudah terkenal sangat
berkualitas dan bagus.”
00:10:04
“ Alhamdulillah Kisanak,
baiklah saya akan membuatkannya.
00:10:09
Kembalilah dua atau tiga hari lagi
untuk mengambilnya ! “
00:10:14
“ Terima kasih Kyai,
kalau begitu saya pamit undur diri. “
00:10:26
Pulanglah sang murid ke kediaman Syeh Jafar Shodiq,
00:10:29
serta menyampaikan hal itu kepada gurunya.
00:10:32
Mendengar Kyai Telingsing mau membuatkan untuknya,
00:10:36
Syeh Jafar begitu gembira.
00:10:46
Hari pun berlalu, sesuai dengan yang sudah dijanjikan,
00:10:50
murid Syekh Jafar Shodiq berangkat
menemui Kyai Telingsing untuk mengambil cinderamata itu.
00:10:56
“ Sudahku persiapkan kisanak,
bawalah tiga bungkusan ini dengan hati-hati !”
00:11:01
“ Baiklah Kyai, sungguh kami sangat berterima kasih
00:11:04
atas kesediaan Kyai untuk membuatkan
cinderamata ini.
00:11:08
Kami mohon undur diri. “
00:11:10
“ Iya, sampaikan salam hormatku
untuk Syekh Jafar Shodiq !”
00:11:14
“ Baik Kyai akan saya sampaikan.
Assalamu’alaikum. “
00:11:18
“ Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. “
00:11:28
Para murid Syekh Jafar pulang membawa
cinderamata yang dibungkus kain itu
00:11:33
dengan hati-hati sesuai pesan Kyai Telingsing.
00:11:42
Sesampainya di pendopo,
mereka meletakan cinderamata itu
00:11:47
berjejer di hadapan Syekh Jafar Shodiq.
00:11:49
“ Buka kain itu,
Aku ingin melihatnya !”
00:12:13
“ Lohh... Kenapa hanya kendi biasa.
00:12:17
Kalian tak salah memesannya kan ? “
00:12:20
“ Maaf guru. Kami sudah memesan sesuai
dengan amanat dari guru. “
00:12:26
“ Apa mungkin Kyai Telingsing
salah atau lupa ?”
00:12:32
“ Saya kurang tau,
Ketika kami sampai cindera mata ini sudah di bungkus kain.
00:12:38
Bahkan saat kami akan membawanya
sang kyai berpesan untuk berhati-hati. “
00:12:43
“ Oh… Mungkin sang Kyai lupa,
00:12:46
tapi tak apa.
Ini sepertinya sudah cukup. “
00:12:51
Ketika Syekh Jafar Shodiq tengah memeriksa kendi-kendi itu.
00:12:55
Tak sengaja sikunya mengenai kendi hingga
membuat kendi itu terjatuh dan pecah.
00:13:12
“ Masya Allah ... Sungguh luar biasa !
00:13:15
Ternyata ukiran tersebut ada di dalam kendi.
Sungguh Kyai Telingsing bukan orang sembarangan. “
00:13:22
Para santri berkerumun melihat pecahan kendi itu,
mereka terkagum dengan hasil karya Kyai Telingsing.
00:13:29
Didalam kendi itu terdapat ukiran yang begitu indah
dan bertuliskan lafadz syahadat.
00:13:35
Melihat hasil karya tersebut Syekh Jafar
sangat ingin bertemu dengan Kyai Telingsing.
00:13:41
Pesanan cinderamata berikutnya beliau
sendiri yang akan berangkat.
00:13:48
Hingga suatu hari datanglah kesempatan itu,
00:13:52
Syekh Jafar Shodiq berangkat
menemui Kyai Telingsing
00:13:56
“Assalamu’alaikum warahmatullohi wabarakatuh!”
00:14:01
“ Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Mari silahkan masuk !”
00:14:06
Silahkan, silahkan masuk !”
00:14:08
Kyai telingsing menyambut hangat
kedatangan Syeh Jafar Shodiq.
00:14:15
“ Tak kusangka aku kedatangan tamu seorang
ulama besar dan panglima terhormat dari Kesultanan demak.
00:14:22
Perkenalkan saya Tee Ling Sing.
Atau orang memanggil saya Telingsing.”
00:14:28
“ Saya hanya seorang pengelana dari luar Kyai !
00:14:31
Itu semua hanya gelar,
kita semua sama di hadapanNYA.
00:14:36
Saya Jafar Shodiq, yang beberapa waktu lalu
memesan kendi berukir kepada kyai. “
00:14:43
“ Oh… pesanan cinderamata itu ya,
maaf tuan jika hasil karya saya
00:14:48
tak sesuai dengan apa yang tuan harapkan. “
00:14:51
“ Tentu tidak kyai, justru saya sangat kagum
dengan hasil karya tersebut.
00:14:57
Itu sungguh karya seni yang indah Kyai !”
00:15:00
“ Alhamdulillah.. Tuan Jafar.
00:15:03
Begitulah cara saya mensyiarkan
agama islam selama ini. “
00:15:07
“ Sebenarnya maksud kedatangan saya kesini,
00:15:11
untuk berguru mengenai seni ukir sekaligus
memperdalam ilmu agama saya !”
00:15:20
“ Jika Syekh Jafar ingin memperdalam ilmu agama,
00:15:23
mungkin kurang tepat.
00:15:25
Justru sebaliknya saya yang akan saya yang akan banyak
belajar dari Syekh Jafar.
00:15:30
Akan tetapi untuk seni ukir dengan senang hati
saya akan mengajarinya. “
00:15:39
Pertemuan dua ulama besar dan memiliki
tujuan yang sama untuk mensyiarkan agama islam,
00:15:46
menjadi tanda bahwa kelak daerah Tajug
akan menjadi pusat agama islam.
00:15:58
Keduanya pun sering bertemu dan membahas
tentang cara syiar yang tak memaksa, baik dan halus.
00:16:13
Berjalannya waktu, semakin banyak masyarakat yang
mendengarkan dan memperdalam agama islam.
00:16:20
Karena semakin banyak orang yang belajar islam
dan semakin banyak warga yang paham dengan agama islam.
00:16:27
Banyak orang sadar untuk menjalankan rukun islam
yaitu melaksankan ibadah haji.
00:16:35
Dengan keahlian dan ilmu agama yang menonjol dari pada orang
lain,
00:16:40
Syekh Jafar mendapatkan tugas sebagai
pemimpin jamaah haji.
00:16:44
Sehingga beliau mendapatkan gelar Amirull Hajj,
00:16:47
yang memiliki arti orang yang menguasai urusan
ibadah dan jamaah haji.
00:16:53
Karena beliau sering memimpin jamaah haji
dan leluhurnya juga merupakan seorang sayyid dari Palestina
00:17:00
maka Syekh Jafar sering melakukan
perjalanan ke tanah suci.
00:18:30
Bahkan beliau pernah menetap di Baitul Maqdis.
00:18:34
Untuk memperdalam ilmu agama.
00:18:58
Hingga pada suatu hari terjadi sebuah wabah
penyakit yang mematikan
00:19:03
dan membunuh banyak orang di Palestina.
00:19:06
Berkat usaha Syekh Jafar Shodiq, wabah tersebut dapat
teratasi.
00:19:16
Kemudian untuk menghormati jasa beliau.
00:19:18
Amir Palestina saat itu memberikan hadiah berupa ijazah
Wilayah,
00:19:24
yaitu memberikan wewenang menguasai suatu daerah di
Palestina.
00:19:29
Pemberian wewenang tersebut tertulis pada
batu yang ditulis menggunakan Arab kuno.
00:19:35
Syeh Jafar tidak mau menerima wewenang ini,
00:19:38
bukan ingin membantah, akan tetapi karena
beliau memang tidak punya pamrih
00:19:43
dan ingin membantu dengan tulus.
00:19:45
Jadi pada saat itu Syeh Jafar lebih memilih
untuk mengamalkan ilmunya di tanah Jawa.
00:19:52
Permintaan itu beliau sampaikan kepada Amir palestina,
00:19:56
melihat tekat serta keinginan mulianya,
permohonan itu pun akhirnya disetujui.
00:20:05
Kemudian Syekh Jafar Shodiq pulang ke tanah jawa,
00:20:08
dengan keterampilan seni yang di pelajari dari Kyai
Telingsing,
00:20:13
Syeh Jafar Shodiq mendirikan sebuah masjid
yang memiliki arsitektur seperti tempat ibadah umat Hindu.
00:20:24
Syekh Jafar Shodiq mempertimbangkan perpaduan
antara budaya Hindu dan Islam
00:20:29
agar warga sekitar tak merasa asing dan
terkejut ketika melihat bangunan masjid.
00:20:37
Semula masjid itu diberi nama Al-Mannar atau masjid Al-
Aqsho,
00:20:42
penamaan masjid itu terinpirasi dari masjid
yang berada di Yerusalem yaitu Masjidil Aqsho.
00:20:53
Syekh Jafar Shodiq juga membangun sebuah
pesantren di sekitar masjid.
00:21:13
Di pesantren itulah Syekh Jafar Shodiq lebih
dalam menyampaikan ajaran islam pada santri-santrinya.
00:21:20
Beliau juga mengajari murid-muridnya mengaji.
00:21:39
Berjalannya waktu, berkembanglah desa itu.
00:21:42
semakin banyak orang dari daerah lain yang berniat belajar
mengaji dan mencari kehidupan baru dengan bertani,
00:21:51
berdagang,
00:21:55
dan menjadi ahli ukir.
00:22:01
Semakin lama desa itu menjadi sebuah kota
yang awalnya bernama Al-Quds,
00:22:08
nama itu diambil dari wilayah di Palestina.
00:22:12
Kemudian seiring waktu berubah menjadi Kota Kudus.
00:22:16
Syekh Jafar Shodiq adalah salah satu dari wali songo
yang dikenal dengan nama Sunan Kudus.
00:22:22
Sedangkan menara yang dibangun Sunan Kudus
biasa disebut menara Masjid Kudus,
00:22:28
dipuncak menara itu tersimpan
batu ijazah dari Palestina.