LU 4 - Budi Pekerti

00:10:17
https://www.youtube.com/watch?v=X2rQmVS4vW8

Summary

TLDRThe video emphasizes the significance of character education, drawing from Ki Hajar Dewantara's philosophy. It narrates a story about Wuri, a student who, despite her intelligence, fails to collaborate with her teammates during a quiz, resulting in their loss. This incident highlights the need for educators to focus not only on cognitive skills but also on nurturing students' character and moral values. Budi pekerti, or character, is described as a blend of cognitive, affective, and psychomotor aspects. The video stresses the role of family and educators in shaping a child's character and encourages teachers to guide students in developing both their cognitive abilities and character through reflection and collaboration.

Takeaways

  • 📚 Importance of character education
  • 👩‍🏫 Role of educators in character development
  • 🤝 Collaboration among students is essential
  • 🧠 Budi pekerti combines cognitive, affective, and psychomotor aspects
  • 🏠 Family as the primary environment for character building
  • 💡 Reflection helps in understanding experiences
  • 🌱 Nurturing moral values in students
  • 🎯 Focus on both cognitive and character skills
  • 🗣️ Encouraging students to express themselves
  • 🌟 Goal: Independent individuals with strong moral values

Timeline

  • 00:00:00 - 00:05:00

    The introduction emphasizes the importance of character education based on Ki Hajar Dewantara's philosophy, highlighting the need for educators to focus not only on cognitive skills but also on nurturing students' character. A story about Wuri, who disregards teamwork during a quiz competition, illustrates the consequences of neglecting character development, prompting educators to reflect on their teaching methods.

  • 00:05:00 - 00:10:17

    The discussion continues on how character, or budi pekerti, is formed primarily within the family, which serves as the first environment for character development. Educators play a crucial role in guiding students to develop their character through appropriate guidance and examples. The narrative stresses the importance of understanding each student's unique character and the need for educators to support their growth in both cognitive and emotional aspects.

Mind Map

Video Q&A

  • What is the main focus of the video?

    The video focuses on the importance of character education based on Ki Hajar Dewantara's thoughts.

  • Who is Wuri in the story?

    Wuri is a student who feels she is the smartest in her group but fails to collaborate with her teammates during a quiz.

  • What does budi pekerti mean?

    Budi pekerti refers to character, defined as the integration of thought, feeling, and will.

  • How can educators help students develop character?

    Educators can help by providing guidance, fostering collaboration, and encouraging reflection on experiences.

  • What role does family play in character education?

    Family is considered the primary environment for nurturing a child's character.

  • What are the three aspects of budi pekerti?

    The three aspects are cognitive, affective, and psychomotor.

  • Why is collaboration important in education?

    Collaboration helps students learn teamwork and humility, which are essential character traits.

  • What should educators focus on besides cognitive skills?

    Educators should also focus on nurturing students' moral values and character.

  • How can teachers address students' shyness?

    Teachers can help shy students by encouraging them to express their opinions and understand the importance of doing so.

  • What is the ultimate goal of character education?

    The goal is to help students become independent individuals with a strong sense of self and moral values.

View more video summaries

Get instant access to free YouTube video summaries powered by AI!
Subtitles
id
Auto Scroll:
  • 00:00:10
    Salam dan bahagia Ibu dan Bapak guru
  • 00:00:13
    hebat. Selamat datang di modul mendidik
  • 00:00:16
    dan melatih kecerdasan budi pekerti.
  • 00:00:19
    Pada kesempatan ini kita akan membahas
  • 00:00:22
    materi budi pekerti berdasarkan
  • 00:00:25
    pemikiran Ki Hajar Dewantara agar kita
  • 00:00:28
    dapat memahami gagasan Ki Hajar
  • 00:00:31
    Dewantara mengenai tujuan dan azas
  • 00:00:33
    pendidikan nasional untuk melatih dan
  • 00:00:36
    mendidik kecerdasan budi pekerti murid.
  • 00:00:39
    Suatu hari Ibu Handa mendaftarkan Wuri
  • 00:00:42
    dan dua temannya untuk mengikuti lomba
  • 00:00:45
    cerdas cermat berkelompok tingkat SMP.
  • 00:00:49
    Wuri merasa paling pandai di antara
  • 00:00:51
    teman satu
  • 00:00:53
    kelompoknya. Pada saat lomba
  • 00:00:55
    berlangsung, Wuri selalu berusaha dengan
  • 00:00:57
    cepat menjawab pertanyaan lomba tanpa
  • 00:01:01
    mendiskusikannya dengan teman
  • 00:01:03
    setimnya. Bahkan sampai membuat teman
  • 00:01:06
    satu timnya merasa diabaikan. Akibatnya
  • 00:01:09
    banyak jawaban yang salah sehingga
  • 00:01:12
    membuat timnya tidak masuk ke babak
  • 00:01:14
    selanjutnya.
  • 00:01:16
    Selesai lomba, Ibu Handa mendekati
  • 00:01:19
    muridnya dan bertanya mengapa mereka
  • 00:01:22
    menjawab soal dengan cepat sekali dan
  • 00:01:25
    tanpa diskusi terlebih
  • 00:01:27
    dahulu. Sementara diberikan waktu untuk
  • 00:01:29
    diskusi oleh
  • 00:01:31
    panitia, Wuri lalu menjawab dengan
  • 00:01:33
    menyalahkan teman satu timnya. Jika
  • 00:01:37
    mereka tidak mengerti pertanyaannya,
  • 00:01:39
    apalagi jawabannya. Ia pun mengatakan
  • 00:01:43
    jika dirinya saja tidak dapat
  • 00:01:45
    menjawabnya, apalagi
  • 00:01:47
    teman-temannya sehingga merasa tidak
  • 00:01:49
    perlu diskusi. Melihat lomba tersebut,
  • 00:01:53
    Ibu Handa tersadar bahwa selama ini ia
  • 00:01:56
    terlalu fokus melatih penguasaan materi
  • 00:01:59
    lomba dan lalai mengajarkan perilaku
  • 00:02:02
    rendah hati dan bekerja sama.
  • 00:02:06
    Ibu dan Bapak guru, dari cerita tersebut
  • 00:02:08
    apakah kita sebagai pendidik cukup hanya
  • 00:02:11
    membantu murid dengan kecakapan kognitif
  • 00:02:14
    saja? Sementara murid membutuhkan
  • 00:02:17
    tuntunan yang dapat menumbuhkan budi
  • 00:02:20
    pekerti dalam kehidupannya.
  • 00:02:24
    Budi pekerti atau yang disebut watak
  • 00:02:26
    diartikan sebagai bulatnya jiwa manusia
  • 00:02:30
    yang merupakan hasil dari bersatunya
  • 00:02:33
    gerak pikiran, perasaan, dan kehendak
  • 00:02:36
    atau kemauan sehingga menimbulkan suatu
  • 00:02:39
    tenaga. Budi pekerti juga dapat dimaknai
  • 00:02:42
    sebagai perpaduan antara cipta kognitif
  • 00:02:47
    dan rasa afektif sehingga menghasilkan
  • 00:02:51
    karsa
  • 00:02:53
    psikomotorik. Misalnya seseorang yang
  • 00:02:57
    memiliki budi pekerti jujur maka kecil
  • 00:03:01
    kemungkinan ia melakukan kebohongan atau
  • 00:03:04
    mengambil sesuatu yang bukan miliknya.
  • 00:03:07
    atau bahkan ia akan merasa terganggu
  • 00:03:10
    jika melihat ketidakjujuran terjadi di
  • 00:03:12
    sekitarnya.
  • 00:03:14
    Kita dapat melihat perpaduan antara
  • 00:03:16
    pengetahuan atau wawasan tentang
  • 00:03:19
    kejujuran
  • 00:03:21
    kognitif dan perasaan yang mengikutinya
  • 00:03:24
    seperti ia merasa gelisah jika ia
  • 00:03:27
    berperilaku tidak jujur atau melihat
  • 00:03:30
    perilaku ketidakjujuran di sekitarnya
  • 00:03:33
    afektif yang kemudian menghasilkan watak
  • 00:03:37
    atau budi pekerti jujur yang ditampilkan
  • 00:03:40
    psikomotorik.
  • 00:03:44
    [Musik]
  • 00:03:46
    Bagian biologis adalah bagian yang
  • 00:03:48
    berhubungan dengan rasa seperti rasa
  • 00:03:51
    takut, cemas, gelisah, putus asa, tidak
  • 00:03:56
    percaya diri, senang, bahagia, kecewa,
  • 00:04:00
    sedih, dan sebagainya.
  • 00:04:03
    Di samping itu terdapat juga bagian
  • 00:04:06
    inteligible, yaitu bagian yang
  • 00:04:08
    berhubungan dengan kemampuan kognitif
  • 00:04:11
    atau kemampuan berpikir menyerap
  • 00:04:14
    pengetahuan. Kedua bagian watak atau
  • 00:04:17
    budi pekerti inilah yang dijadikan dasar
  • 00:04:20
    penjelasan Ki Hajah Dewantara mengenai
  • 00:04:23
    kertas yang bertuliskan tulisan samar di
  • 00:04:27
    dalam pendekatan teori konvergensi. Lalu
  • 00:04:31
    bagaimana budi pekerti atau watak bisa
  • 00:04:36
    terbentuk? Ki Hajah Dewantara juga
  • 00:04:38
    menjelaskan bahwa keluarga merupakan
  • 00:04:41
    tempat utama dan yang paling baik dalam
  • 00:04:44
    melatih karakter anak atau murid.
  • 00:04:48
    Keluarga menjadi tempat anak atau murid
  • 00:04:50
    dalam proses
  • 00:04:52
    menyempurna menjadi
  • 00:04:55
    sempurna sebagai laboratorium awal dan
  • 00:04:58
    utama melatih kecerdasan budi pekerti
  • 00:05:01
    anak agar siap menjalani hidup dalam
  • 00:05:04
    masyarakat.
  • 00:05:06
    Kita sebagai pendidik di sekolah ikut
  • 00:05:09
    turut serta berperan membantu murid
  • 00:05:12
    untuk menemukan kecerdasan budi pekerti
  • 00:05:15
    dengan tuntunan dan teladan yang sesuai
  • 00:05:18
    dengan kebutuhan murid. Seseorang yang
  • 00:05:21
    mempunyai kecerdasan budi pekerti akan
  • 00:05:23
    senantiasa memikirkan, merasakan, dan
  • 00:05:27
    mempertimbangkan setiap perilaku yang
  • 00:05:29
    ditampilkannya.
  • 00:05:32
    [Musik]
  • 00:05:36
    Pendidikan sangat erat kaitannya dengan
  • 00:05:38
    bagian inteligible dari budi pekerti
  • 00:05:41
    karena berhubungan dengan kecerdasan
  • 00:05:43
    pikiran atau berpikir murid yang dapat
  • 00:05:46
    berubah dari waktu ke waktu serta
  • 00:05:49
    keadaan
  • 00:05:50
    tertentu. Murid dapat menumbuhkan
  • 00:05:53
    kecakapan berpikir atau pikiran dengan
  • 00:05:56
    baik karena pengaruh keadaan. Salah satu
  • 00:05:59
    yang mempengaruhinya mungkin saja kita
  • 00:06:01
    sebagai pendidik yang senantiasa
  • 00:06:04
    menuntun tumbuhnya kecerdasan pikiran
  • 00:06:08
    murid. Bukankah kita ketika masih
  • 00:06:10
    anak-anak saat berusia sekitar 34 tahun
  • 00:06:14
    kita sedikit demi sedikit berproses
  • 00:06:17
    memahami sesuatu menggunakan panca
  • 00:06:19
    indra.
  • 00:06:21
    Misalnya ketika orang tua atau guru
  • 00:06:23
    membacakan cerita atau menunjukkan
  • 00:06:26
    sesuatu, kita menggunakan indra
  • 00:06:29
    penglihatan, pendengaran untuk berusaha
  • 00:06:32
    memahaminya.
  • 00:06:34
    Kemudian kita mencoba mengekspresikan
  • 00:06:36
    apa yang kita pahami dengan meniru,
  • 00:06:39
    mengulangi kata dan kalimat yang orang
  • 00:06:42
    tua atau guru ucapkan sampai kemudian
  • 00:06:45
    kita dapat mengenal huruf dan
  • 00:06:48
    tulisannya, lalu mengembangkannya hingga
  • 00:06:51
    menjadi keterampilan membaca, menulis,
  • 00:06:53
    dan berhitung. bahkan memahami isi
  • 00:06:56
    bacaan, kemudian mampu menceritakan
  • 00:06:59
    kembali isi bacaan hingga memproduksi
  • 00:07:02
    bacaan tersebut. Sebagai pendidik tentu
  • 00:07:06
    kita menemukan berbagai macam watak
  • 00:07:09
    murid setiap harinya di kelas. menemani
  • 00:07:12
    proses belajarnya, mendampingi tumbuhnya
  • 00:07:15
    kecerdasan pikirnya, dan membantu murid
  • 00:07:18
    menemukan budi pekerti atau watak
  • 00:07:22
    baiknya, serta membantu murid
  • 00:07:24
    mengendalikan dan memperbaiki watak atau
  • 00:07:27
    budi pekerti yang kurang
  • 00:07:29
    baik. Misalnya di kelas kita menemukan
  • 00:07:33
    murid yang belum mampu membaca, menulis,
  • 00:07:35
    dan berhitung. Apakah kita dapat
  • 00:07:37
    membantu murid untuk mampu membaca,
  • 00:07:40
    menulis, dan berhitung? Dengan tuntunan
  • 00:07:43
    dan dampingan yang tepat, kita dapat
  • 00:07:46
    mengupayakan yang
  • 00:07:47
    terbaik agar murid mampu memahami dan
  • 00:07:50
    memaknai pentingnya membaca, menulis,
  • 00:07:54
    dan berhitung bagi dirinya sehingga bisa
  • 00:07:58
    menuntun murid untuk mampu menguasainya.
  • 00:08:02
    Contoh lain ketika kita di kelas
  • 00:08:04
    menemukan murid yang sangat pemalu untuk
  • 00:08:07
    mengungkapkan pendapatnya. Apakah kita
  • 00:08:10
    dapat membantunya memunculkan kesadaran
  • 00:08:13
    akan pentingnya menjadi lebih berani
  • 00:08:15
    untuk mengemukakan pendapatnya di kelas?
  • 00:08:18
    Kita dapat membantunya untuk menggali
  • 00:08:20
    potensi kecerdasan budi pekerti di dalam
  • 00:08:23
    dirinya dengan membuatnya sadar alasan
  • 00:08:27
    dan tujuan mengapa penting untuk berani.
  • 00:08:32
    mengasah perasaan dan perilaku yang
  • 00:08:34
    membuatnya
  • 00:08:35
    berpikir rasa, dan memunculkan kehendak
  • 00:08:39
    karsa untuk kemudian mempertimbangkan
  • 00:08:42
    perilaku berani mengungkapkan
  • 00:08:45
    pendapatnya. Memahami kemampuan kodrat
  • 00:08:48
    anak atau murid sebagai individu yang
  • 00:08:50
    sadar mampu memikirkan, memahami,
  • 00:08:54
    merasakan, berempati, berkehendak, dan
  • 00:08:58
    bertindak semestinya dapat kita tanamkan
  • 00:09:01
    dalam benak kita sebagai pendidik agar
  • 00:09:04
    murid mampu berefleksi, memberikan makna
  • 00:09:08
    dari
  • 00:09:09
    pengalaman-pengalamannya untuk mengenal
  • 00:09:11
    dirinya, maka murid dapat menjadi
  • 00:09:14
    manusia atau individu. Hidu yang
  • 00:09:16
    merdeka, berakal budi, yang menentukan
  • 00:09:19
    keberadaan dan jati dirinya. Mari kita
  • 00:09:22
    refleksi bersama.
  • 00:09:35
    Sekian pembelajaran mengenai budi
  • 00:09:37
    pekerti atau watak dalam modul ini.
  • 00:09:40
    Semoga materi ini dapat memantapkan
  • 00:09:42
    setiap langkah kita dalam menjalankan
  • 00:09:44
    tugas sebagai pendidik semakin
  • 00:09:47
    bermakna. Selamat belajar, Ibu dan Bapak
  • 00:09:50
    guru hebat. Salam dan bahagia.
  • 00:09:54
    [Musik]
  • 00:10:13
    [Musik]
Tags
  • character education
  • Ki Hajar Dewantara
  • budi pekerti
  • cognitive skills
  • moral values
  • collaboration
  • family role
  • educators
  • student development
  • reflection