Perjalanan Khidmah di NU - Lebih Dekat KH Miftachul Akhyar (Part 2) | NU Online

00:13:58
https://www.youtube.com/watch?v=61yYzkW-gpw

Summary

TLDRVideo ini menceritakan perjalanan karir seorang tokoh NU yang diminta untuk menjabat di berbagai posisi, mulai dari MWC NU hingga PWNU dan MUI. Ia mengalami banyak tantangan, termasuk penolakan untuk menerima jabatan, namun akhirnya terpaksa menerima posisi sebagai rais aam MUI. Dalam prosesnya, ia berusaha menjaga tradisi dan integritas organisasi, meskipun harus menghadapi tekanan dari berbagai pihak.

Takeaways

  • 📅 Tahun 1978: Diminta menjadi pengurus di MWC NU Tambaksari.
  • 👥 Menjadi Wakil Rais PCNU Surabaya pada tahun 1980.
  • 🏆 Terpilih sebagai Rais di PCNU Surabaya pada tahun 1990.
  • 🔄 Menghadapi pelarangan rangkap jabatan namun tetap diminta untuk menjabat.
  • 😔 Menolak menjadi wakil rais aam namun terpaksa menerima.
  • 📜 Menjaga tradisi NU dalam kepemimpinan.
  • 🤝 Dikenal sebagai tokoh yang diandalkan dalam organisasi.
  • 📞 Dihubungi oleh banyak pengurus untuk menjabat di MUI.
  • 📝 Mengusulkan nama-nama untuk pengurus MUI.
  • 💼 Merangkap jabatan di MUI meskipun awalnya menolak.

Timeline

  • 00:00:00 - 00:05:00

    Di awal, narasumber menceritakan perjalanan karirnya di NU, dimulai dari MWC NU Tambaksari hingga menjadi pengurus di PCNU Surabaya. Ia menjabat sebagai wakil rais di berbagai periode, mengalami pergantian kepemimpinan, dan menghadapi pelarangan rangkap jabatan. Meskipun sempat mundur, ia tetap diminta untuk menjabat kembali, menunjukkan pengaruh dan kepercayaan yang diberikan oleh rekan-rekannya.

  • 00:05:00 - 00:13:58

    Selanjutnya, narasumber menjelaskan penolakannya untuk menjadi rais aam, meskipun akhirnya terpaksa menerima jabatan tersebut karena tekanan dari Kiai Ma'ruf dan pengurus PBNU. Ia merasa berat untuk melepaskan tradisi NU yang mengharuskan rais aam dipegang oleh orang yang memiliki latar belakang yang kuat. Akhirnya, ia menerima jabatan tersebut dan berusaha untuk mengusulkan nama-nama yang tepat untuk pengurus MUI, meskipun ia merasa tidak mengenal banyak orang di dalam organisasi tersebut.

Mind Map

Video Q&A

  • Apa yang diminta kepada tokoh ini setelah dari Lasem?

    Ia diminta untuk menjadi pengurus di MWC NU Tambaksari.

  • Kapan ia terpilih menjadi rais di PCNU Surabaya?

    Ia terpilih menjadi rais di PCNU Surabaya pada tahun 1990.

  • Siapa yang menjadi rais saat tokoh ini menjabat sebagai wakil rais?

    Kiai Imron Hamzah adalah rais saat itu.

  • Mengapa tokoh ini menolak menjadi wakil rais aam?

    Ia merasa tidak pantas dan tidak ingin melepas tradisi yang ada.

  • Apa yang terjadi saat ia diminta untuk merangkap jabatan di MUI?

    Ia menolak merangkap jabatan karena khawatir salah satu tidak berjalan dengan baik.

View more video summaries

Get instant access to free YouTube video summaries powered by AI!
Subtitles
id
Auto Scroll:
  • 00:00:14
    Pernah saya itu, setelah dari Lasem,  diminta untuk di MWC NU Tambaksari
  • 00:00:22
    MWC NU Tambaksari, Kecamatan  Tambaksari, lalu pada tahun
  • 00:00:34
    sekitar tahun
  • 00:00:40
    1978 saya diminta untuk menjadi salah  satu pengurus di PCNU (Surabaya).
  • 00:00:48
    Di PC menjadi salah satu Wakil Rais PCNU  Surabaya. Lalu pada tahun 1980
  • 00:01:03
    Konfercab, saya juga masuk di jajaran wakil  rais. Setelah itu, karena ada kesibukan,
  • 00:01:11
    saya mundur. Tahun 1985 saya diajak lagi. Diajak  lagi masuk ke PCNU (Surabaya), sebagai wakil
  • 00:01:22
    raisnya Kiai Mas Nur Branjangan. Lalu tahun  1990 terpilih menjadi rais di PCNU Surabaya.
  • 00:01:37
    Kira-kira pertengahan tahun saya ditarik  ke PWNU, jadi merangkap. Waktu itu belum ada
  • 00:01:43
    pelarangan rangkap jabatan. Jadi sebagai  rais syuriyah PCNU dan wakil rais di PWNU.
  • 00:01:56
    Bahkan sempat saya mengundurkan diri dari PCNU,
  • 00:02:01
    tapi oleh pengurus yang lain - oleh  PWNU - tetap di minta untuk (menjabat).
  • 00:02:09
    Waktu itu sudah mulai ada  pelarangan rangkap jabatan,
  • 00:02:12
    tapi untuk saya diberikan sebuah  dispensasi, keistimewaan dan sebagainya.
  • 00:02:18
    "raisnya siapa, Kiai; apakah KH Hasyim Muzadi?"
  • 00:02:21
    Waktu itu Pak Hasyim Muzadi menjadi ketua  tanfidziyah, raisnya Kiai Imron Hamzah, almarhum.
  • 00:02:31
    Setelah itu, Kiai Imron Hamzah wafat diganti  Kiai Masduki, saya lepaskan Surabaya,
  • 00:02:39
    saya menjadi wakil Kiai Masduqi. Setelah Kiai  Masduqi, tahun 1990 sekian, saya terpilih menjadi
  • 00:02:51
    rais syuriah, karena Kiai Masduqi tidak  mencukupi suaranya. Umpama diulang lagi,
  • 00:02:56
    malah mengkhawatirkan. Dan saya, adat di NU kan,  kalau masih ada rais, tidak mau. Saya tidak mau.
  • 00:03:07
    Kiai Masduqi menyuruh terus. Akhirnya maunya  saya tidak mau, tapi pemilihan diulang.
  • 00:03:19
    Ini bisa lepas lagi, malah kena. Akhirnya  saya sudah oleh kiai-kiai dijaga,
  • 00:03:28
    jangan sampai lari saya. Akhirnya ya sudah:  saya terima dalam keadaan keterpaksaan.
  • 00:03:35
    Di PWNU (Jawa Timur) saya terpilih secara  resmi dua kali, dua periode. Yang tidak resmi,
  • 00:03:43
    karena ada PAW, ada sesuatu, baru  tujuh bulan, ini dicabut SK karena
  • 00:03:53
    gara-gara Pak Ali Maschan mencalonkan  wakil gubernur, dulu. Itu kan saya pencat. 😊
  • 00:04:02
    Karena sebetulnya saya itu menjanjikan: "Sudahlah,
  • 00:04:07
    Anda harus mundur dari ketua tanfidziyah,  nanti saya dukung. Tapi kalau Anda masih
  • 00:04:16
    tetap mempertahankan justru  ini akan kontra-produktif."
  • 00:04:26
    ngotot, akhirnya saya pecat. Tapi setelah  dia tidak jadi, saya tarik lagi ke jajaran
  • 00:04:33
    wakil rais. Jadi saya mendapatkan  SK sebagai rais PWNU itu empat kali.
  • 00:04:40
    Tapi yang dua itu, sifatnya  itu tadi. Yang dua yang normal,
  • 00:04:47
    yang dua lainnya, katakan tidak normal.
  • 00:04:56
    Setelah dua kali di pertengahan, saya  diminta oleh Kiai Ma'ruf untuk menjadi wakil
  • 00:05:04
    rais aam. Saya menolak. Pokoknya, enggak pernah,  semua, mulai jadi Surabaya, PCNU, PWNU dan
  • 00:05:14
    diminta, saya itu selalu menolak. Tapi Kiai Ma'ruf  akhirnya mengeluarkan kartu truf nya. Apa?
  • 00:05:23
    Kalau saya enggak mau, dia enggak mau jadi rais aam.  Ini yang repot, saya. Terpaksalah saya.
  • 00:05:30
    Dan saya enggak tahu kalau di pertengahan beliau dicalonkan wapres. Kalau memberitahu, saya sudah
  • 00:05:38
    'sipat kuping' istilahnya, sudah (tidak mau). "Ini tidak normal lagi, berarti?" / "Tidak normal lagi."
  • 00:05:45
    Gara-gara aturan di AD/ART NU, manakala rais aam  berhalangan tetap, maka wakil rais aam lah yang
  • 00:05:53
    akan menggantikan. Kan gitu bunyinya. Saya sempat  mengundurkan diri itu. Didatangi (pengurus) PBNU,
  • 00:06:01
    katakan nangis-nangis lah minta.  Tidak mau saya, satu suara sudah.
  • 00:06:10
    Karena saya sendiri menyatakan: rais aam itu di  atasnya presiden (seperti 'guru bangsa'), apalagi
  • 00:06:17
    hanya wapres. Di atas presiden. Dan sampai hari  ini, itu yang menjadi sikap saya. Begitu saya
  • 00:06:28
    menyatakan, saya juga memberikan solusi. Siapa  lalu penggantinya? Saya minta Mbah Maimoen.
  • 00:06:40
    Kalau tidak Mbah Maimoen Kiai Tolchah Hasan. Ini yang  sangat pas untuk menduduki rais aam.
  • 00:06:49
    Tapi salah usulan saya itu, karena AD/ART NU bilang: wakil rais aam yang menggantikan. Tidak bisa,
  • 00:06:55
    beliau kan sebagai mustasyar. Ternyata, bakda Isya' saya  ditelepon oleh Mbah Maimoen. Malam itu marahi saya:
  • 00:07:06
    "Kiai, Anda itu saya jaga-jagain kok malah  mundur," begitu. "Enggak boleh (mundur)."
  • 00:07:18
    Bagaimana saya? Mbah Maimoen yang saya usulkan malah marah.  Kiai Tolchah juga begitu. Karena pengurus PBNU
  • 00:07:26
    waktu datang ke saya, saya menyatakan saya mundur.  Saya minta (mundur). "Lalu siapa?" Setelah putus asa,
  • 00:07:33
    mereka minta petunjuk, yang kalau tidak Mbah  Maimoen ya Kiai Tolchah. Ke sana, Kiai Tolchah
  • 00:07:39
    diberitahu, marah Kiai Tolchah: "Bilang, jangan, enggak boleh. Kalau tidak mau, saya akan datang ke Surabaya."
  • 00:07:48
    Dua-duanya malah marah. Akhirnya ya  terpaksa. Makanya saya katakan:
  • 00:07:54
    "Saya ini rais aam yang gawat darurat"
  • 00:08:01
    dan darurat ini selalu mulai dari awal.
  • 00:08:08
    Termasuk di MUI. (di) MUI ini dua tahun saya dirayu.
  • 00:08:15
    Saya bilang: "tidak, tidak." Saya kalau  mau, sejak di Jawa Timur saya sudah merangkap MUI.
  • 00:08:22
    Waktu Kiai Masduqi merangkap rais syuriah, saya  kan wakilnya. Begitu tidak terpilih di MUI,
  • 00:08:33
    lalu tidak terpilih, kan saya yang (menggantikan). Ini  saya diminta untuk merangkap, saya tolak.
  • 00:08:40
    Kalau saya merangkap, berarti nanti ada salah satu yang  tidak akan bisa berjalan. Saya itu tipenya tidak mau begitu.
  • 00:08:49
    Kalau sudah iya, ya saya (pegang).  Terus (dirayu). Akhirnya ada utusan dari PBNU datang,
  • 00:08:58
    bilang: "Kiai, Panglima dan Kapolri -  Pak Tito waktu itu - menagih janji."
  • 00:09:08
    "Untuk apa?" / "Ini MUI." Saya pikir: "Kenapa panglima  ikut-ikut? Wah ini repot." Akhirnya, sudah begini:
  • 00:09:17
    "Saya tidak jawab iya, tidak jawab tidak,"  diam saya. Begitu terus: kalau saya ke PBNU,
  • 00:09:24
    datang orang sampai 30 pengurus yang ingin,  terus, sampai detik detik Munas itu.
  • 00:09:32
    Termasuk Wamen - pak siapa itu? - Zainut Tauhid, ikut-ikut.  Terus menagih. Saya hanya mendengar yang baik, gitu saja.
  • 00:09:42
    Tidak komentar, saya. Lalu Pak  Marsudi itu bilang, menemui saya di Hotel Cikini.
  • 00:09:54
    "Kiai, Anda harus datang tanggal 24, paling  tidak." Itu sudah dimulai munasnya. "Untuk apa?"
  • 00:10:04
    "Masak, nanti kalau mereka mereka tanya ingin  kenal Kiai gimana?" / "Saya enggak bisa, (tanggal) 24
  • 00:10:15
    itu saya masih menikahkan santri." / "Kapan?"  / "Saya usahakan usahakan tanggal 25,
  • 00:10:21
    itu pun malam hari." / "Kalau tanggal 25 sudah selesai."  / "Pokoknya itu saya bisa," gitu. Jadi akhirnya
  • 00:10:29
    tangal 25 saya datang, langsung dibawa ke Hotel  Sultan, malam. Lalu saya diminta turun.
  • 00:10:40
    "Untuk apa?" / "Ikut pleno." Ikut rapat formatur. Rapat  menentukan pengurus. "Saya di sini saja.
  • 00:10:55
    Kecuali nanti sudah ada pilihan dan ada yang terpilih,  saya baru turun." Akhirnya sekitar jam 01:00 sudah
  • 00:11:04
    selesai pilihan, panitia terlambat menjemput  saya. kira-kira jam 02.00 saya baru dijemput.
  • 00:11:14
    "Kiai, diminta turun." / "Sudah selesai?" /  "Sudah." / "Siapa yang terpilih?" / "Anda."
  • 00:11:22
    Akhirnya, saya pikir: "Kalau saya menolak,  berarti saya melepaskan yang selama ini MUI
  • 00:11:29
    selalu dipegang oleh rais aam. Mulai Kiai Sahal  Mahfudz sampai Kiai Ma'ruf Amin. Kalau masalah melepas,
  • 00:11:38
    mungkin orang lain, dari organisasi lain yang  akan pegang. Ya masih agak ringan lah.
  • 00:11:44
    Tapi kalau sampai saya dianggap melakukan bid'ah pertama  di NU karena melepaskan jabatan yang selama ini
  • 00:11:52
    sudah menjadi tradisi dan harus diambil, memang, saya akan dituduh seorang pertama kali yang
  • 00:12:03
    melakukan bid'ah di NU. Waduh ini yang berat saya.  Sehingga, sudah, saya bismillah, turun. Turun itu,
  • 00:12:13
    ketua lama (mantan) Kiai Ma'ruf, masih  tetap memimpin untuk penyusunan pengurus.
  • 00:12:20
    Jadi saya turun sudah enggak punya bagian, saya.  Hanya tinggal satu nama kosong dari wakil sekjen.
  • 00:12:30
    Itu bagian saya itu, yang lain sudah disusun.  Jadi saya tidak tahu siapa yang terlempar,
  • 00:12:39
    siapa yang tidak masuk, saya tidak tahu. Cuma  saya sempat membisiki Kiai Ma'ruf: "Tolong...
  • 00:12:47
    di wantim, saya usulkan dari Jawa Timur ada Kiai  Anwar Iskandar. Lalu keponakan Kiai Ma'ruf sendiri:
  • 00:12:58
    Kiai Zulfa Mustofa. Ini orangnya baik, tulisannya  baik, banyak... yang kosong itu saya memasukkan
  • 00:13:06
    Gus Fahrur, Malang. Biar untuk teman saya, karena  saya tidak ada yang kenal satu-satu.
  • 00:13:15
    Itulah, jadi saya masuk ke sana belum mengenal  siapa-siapa. Nama saja tidak kenal,
  • 00:13:27
    hanya kebetulan mereka pengurus PBNU yang  ada di MUI itu yang saya mengenali.
  • 00:13:36
    Jadi itu, dua tahun saya dirayu, baru menjawab  dan mau ya pada malam pilihan itu.
  • 00:13:44
    Subtitle by ANKF
Tags
  • NU
  • PWNU
  • MUI
  • rais aam
  • Kiai Ma'ruf
  • Kiai Masduqi
  • Kiai Hasyim Muzadi
  • organisasi
  • tradisi
  • kepemimpinan