TENGGELAM DALAM DIAM

Pada awal Februari 2021, Badan Penanggulangan Bencana Regional Jawa Tengah menemui 43 peta banjir di Semarang akibat hujan ekstrem yang meningkat. Fenomena hujan ekstrem ini dipicu oleh pemanasan global yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan dan penggunaan energi kotor, yang juga berpengaruh pada mencairnya es Antartika dan peningkatan permukaan laut di Indonesia.

Doly Harahap, seorang musisi, memulai proyek mengenai krisis iklim, berkolaborasi dengan Irene Barlian, seorang fotografer dokumenter. Mereka membagi perjalanan mereka di sepanjang pantai utara pulau Jawa, dengan tujuan melihat dampak krisis iklim dan berinteraksi dengan masyarakat di setiap kota yang mereka kunjungi.

Doly mengunjungi Luar Batang di Jakarta, kawasan yang kerap terjadi banjir. Dalam pertemuannya dengan kepala desa setempat, ia menemukan bahwa tanggul di kawasan tersebut telah dibangun berkali-kali untuk menahan limpahan air laut. Kesehatan komunitas lokal terancam, terutama dalam akses air bersih yang harus mereka beli setiap hari, menjadi beban bagi keluarga berpenghasilan rendah.

Sementara itu, Irene melakukan perjalanan ke Gresik, berkolaborasi dengan Ade Putri untuk menjelajahi area akuakultur. Mereka menemui para lokal dan belajar tentang tantangan yang dihadapi akibat peningkatan permukaan laut dan abrasi yang mengancam ekosistem dan mata pencaharian mereka.

Di Muara Baru, Doly menemui Pak Frenki, seorang mekanik perahu, yang menjelaskan bagaimana banjir telah mengubah karakter kawasan dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Mereka menemukan bahwa daerah dataran rendah kini tenggelam, dengan tanah yang surut rata-rata 2,5 cm setiap tahun akibat peningkatan permukaan laut dan penurunan tanah.

Di Gresik, Doly dan Irene melihat bagaimana peningkatan gelombang merusak empang susu ikan, yang menjadi mata pencarian warga. Dampak abrasi dan kenaikan permukaan laut mengancam tradisi dan identitas sosial-ekonomi komunitas lokal yang berbeda.

Doly mengunjungi Semarang, di mana ia menemukan bahwa banjir rob sering melanda kawasan bersejarah. Dengan berbicara kepada penduduk setempat dan sejarawan, ia menyadari bahwa pembangunan kota banyak yang bertentangan dengan adaptasi terhadap banjir, berpotensi memperburuk situasi tersebut.

Bersama Panturas, Doly menceritakan kepada warga tentang bagaimana abrasi memengaruhi mata pencarian mereka di Tambak Rejo, di mana beberapa warga harus meninggikan rumah mereka agar tidak terendam banjir yang terus menerus meningkat.

Di Muara Gembong, Doly bersama Icil mengeksplorasi daerah yang telah kehilangan banyak lahan akibat abrasi. Mereka belajar tentang penataan ulang masyarakat dan upaya untuk menjaga keberlangsungan hidup di tengah ancaman yang semakin meningkat.

Dalam perjalanan berikutnya ke Pekalongan, Doly bertemu dengan Tyan, seorang pebisnis batik yang menghadapi tantangan banjir. Meskipun usahanya terus berjuang, gelombang pasang mengancam produksi batik yang penting bagi warisan budaya Indonesia.