00:00:00
Akhir-akhir ini, dimana-mana, kita sering melihat berita mengenai suster yang tersangka menyiksa anak kecil umur 3 tahun.
00:00:07
Namun, yang menjadi masalah disini adalah,
dikarenakan dia terlihat cantik,
00:00:11
banyak orang di internet merasakan empati dan simpati kepadanya di kolom komentar.
00:00:15
Perlakuan yang tidak sering kita lihat ketika kejadian yang sama dilakukan oleh orang yang memiliki penampilan yang rata-rata.
00:00:22
Kejadian yang sama juga terjadi sekitar
2 tahun yang lalu, Cameron Herrin,
00:00:26
remaja yang membunuh seorang ibu dan bayinya dalam balap liar.
00:00:29
Namun, diberikan empati dan simpati oleh masyarakat media massa dikarenakan dia terlihat bagus dipandang.
00:00:35
Bahkan ada beberapa pengguna TikTok dan Twitter yang memberikan dukungan untuk mengurangi hukumannya.
00:00:41
Mereka berpendapat bahwa dia terlalu menarik untuk menghadapi konsekuensi dari pembunuhan dua orang yang tidak bersalah.
00:00:47
Mereka terlihat “terlalu cantik” untuk dipercayai bisa melakukan “hal yang salah”
00:00:51
dan tidak akan pernah bisa dilihat atau dianggap sebagai “penjahat” atau “monster”.
00:00:56
Dan ini membuat kita bertanya,
00:00:57
apakah ketika kita memiliki tampang yang indah,
00:01:00
kita akan lebih diterima dalam masyarakat?
00:01:02
Dan bahkan sampai di titik dimana kita bisa mendapatkan simpati dari tindakan buruk yang sudah kita lakukan?
00:01:08
Di video kali ini, kita akan membahas dengan mendalam,
00:01:10
kenapa sih orang-orang dengan kecantikan tertentu dapat mendapatkan perlakuan spesial dalam masyarakat,
00:01:15
bahkan walaupun mereka tersangka melakukan suatu kejahatan.
00:01:19
Apa yang terjadi dengan manusia?
00:01:20
Kenapa kita memiliki pandangan spesial dengan orang-orang dengan paras indah?
00:01:25
Apakah kompas moral kita berada di tampang?
00:01:27
Dan juga kita akan membahas dengan dalam tentang bagaimana pandangan sosial
00:01:31
terhadap kecantikan ini mempengaruhi individu dan masyarakat secara keseluruhan,
00:01:35
apa kemungkinan penyebabnya,
dan apa konsekuensi dari ini semua.
00:02:08
Kita semua menyukai sesuatu yang indah,
00:02:10
dan keindahan mungkin menjadi sesuatu yang kita perlukan dalam kehidupan untuk membuatnya lebih bermakna.
00:02:16
Namun, bagaimana jika penilaian keindahan tersebut memengaruhi perlakuan terhadap individu dalam masyarakat?
00:02:21
Kenapa kita sebagai masyarakat mengimplikasikan
bahwa nilai moral seseorang dapat dinilai berdasarkan karakteristik fisik
00:02:28
yang seringkali berada di luar kendali mereka?
00:02:31
Muncul paradoks moral dalam masyarakat,
00:02:33
dimana paradoks ini muncul dari asumsi
tidak berdasar bahwa karakteristik fisik eksternal seseorang
00:02:39
dapat menjadi indikator
kualitas moral atau etis internal mereka.
00:02:42
Kejadian ini tidak hanya terjadi pada dua orang yang sudah kita bahas,
00:02:45
tapi ada banyak,
00:02:48
Dihukum pada tahun 2013 atas pembunuhan mantan pacarnya, Travis Alexander.
00:02:53
Persidangannya mendapat perhatian luas, sebagian karena
penampilannya dan sifat sensasional dari kasus tersebut.
00:02:59
Beberapa orang menyatakan simpati terhadap Arias,
00:03:01
sementara yang lain terpesona oleh kontras yang mencolok antara penampilannya dan sifat brutal kejahatannya.
00:03:08
Dibebaskan pada tahun 2011 atas pembunuhan putrinya yang berusia dua tahun, Caylee.
00:03:13
Liputan media atas persidangannya sering kali
berfokus pada penampilannya,
00:03:17
dengan beberapa mengatakan bahwa
penampilannya memainkan peran dalam persepsi publik
00:03:21
dan mungkin persepsi
juri tentang kepolosan atau kesalahannya.
00:03:26
Seorang mahasiswi Amerika yang sedang belajar di Italia,
00:03:29
dinyatakan bersalah pada tahun 2007
atas pembunuhan teman sekamarnya,Meredith Kercher.
00:03:34
Penampilan dan perilaku Knox mendapat liputan media yang luas,
00:03:37
dengan beberapa menggambarkannya sebagai korban tak berdosa yang terjebak dalam sistem hukum asing,
00:03:42
dan beberapa orang lainnya
menggambarkannya sebagai sosok manipulatif.
00:03:45
Nantinya, Knox dibebaskan pada
tahun 2015 setelah pertarungan hukum yang panjang.
00:03:50
Dan masih banyak lagi kasus-kasus yang sama yang terjadi,
00:03:53
dimana penampilan yang
baik dijadikan sinonim atas moralitasnya yang baik.
00:03:57
Kasus-kasus seperti ini menunjukkan betapa dangkalnya penilaian masyarakat terhadap seseorang
00:04:02
dan betapa nilai-nilai moral dan etika seringkali dikalahkan oleh obsesi terhadap penampilan fisik.
00:04:08
Dalam deserving theory yang dituliskan
oleh N. T. Feather pada tahun 1999,
00:04:13
dia menjelaskan bahwa terdapat penilaian tentang apakah seseorang layak untuk menerima sesuatu
00:04:18
seperti penghargaan, hukuman, atau perlakuan tertentu
00:04:22
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti keanggotaan kelompok, status, kesukaan atau ketidaksukaan interpersonal
00:04:29
termasuk menarik atau tidaknya fisik seseorang,
00:04:31
atau karakter moral yang dipersepsikan.
00:04:33
Konsep ini menekankan bahwa layaknya seseorang bukan hanya tentang tanggung jawab yang mereka miliki,
00:04:39
tetapi juga tentang bagaimana berbagai faktor lain memengaruhi bagaimana orang lain bereaksi terhadap tindakan mereka,
00:04:45
baik dalam hal memberikan hukuman untuk pelanggaran atau memberikan penghargaan untuk tindakan positif.
00:04:52
Dengan mempertimbangkan layaknya,
00:04:53
kita bisa memiliki pemahaman yang lebih lengkap tentang bagaimana prinsip keadilan
00:04:58
dan nilai-nilai sosial mempengaruhi interaksi manusia dan reaksi terhadap berbagai hasil atau kejadian.
00:05:04
Jadi, ketika kita melihat orang cantik,
kita melihat orang itu tidak deserve,
00:05:08
tidak pantas, akan hukuman yang mereka jalani, dalam konteks ini,
00:05:12
tidak pantas mendapatkan sanksi sosial yang seharusnya atau biasanya didapatkan oleh orang berpenampilan rata-rata.
00:05:18
Tapi, mereka harus mendapatkan perilaku spesial dari masyarakat.
00:05:22
Sesimpel karena mereka memiliki paras yang indah.
00:05:24
Ada sebutan yang cukup terkenal dalam filsafat moralitas.
00:05:28
Jika kamu membunuh kecoa kamu adalah pahlawan, dan jika kamu membunuh kupu-kupu, kamu adalah penjahat.
00:05:34
Moralitas memiliki standar estetika.
00:05:37
Kecoa, dengan penampilannya yang kurang menarik dan dikaitkan dengan kotoran serta penyakit,
00:05:42
sering dianggap sebagai hama yang harus dibasmi.
00:05:44
Di sisi lain, kupu-kupu yang indah dengan warna dan corak sayapnya yang mempesona,
00:05:49
dianggap sebagai makhluk yang lembut dan tidak berbahaya, bahkan dihargai karena keindahannya.
00:05:54
Walaupun kita bisa memberikan argumen bahwa kecoa mengeluarkan bau busuk
00:05:58
yang dihasilkan oleh asam oleat yang mencemari segala sesuatu yang disentuhnya.
00:06:02
Kupu-kupu juga memakan bahan yang membusuk seperti buah, limbah padat, bahkan sampai bangkai busuk.
00:06:07
Pola makannya tidak lebih “cantik”
dibandingkan kecoa.
00:06:10
Ketidakjelasan pandangan moral ini mengarahkan banyak orang ke jalan-jalan yang gelap.
00:06:14
Sekarang ada satu fenomena di internet bernama Looksmaxing,
00:06:18
dimana orang berlomba-lomba untuk menciptakan penampilan sempurna menurut kondisi sosial saat ini.
00:06:23
Di berbagai platform internet, terdapat kelompok-kelompok yang terobsesi dengan aspek-aspek tertentu dari penampilan fisik,
00:06:29
seperti bentuk rahang, proporsi wajah,
lebar bahu, dan tinggi badan.
00:06:33
Bagi mereka, fitur-fitur tubuh ini telah menjadi
parameter utama dalam menilai seseorang,
00:06:38
menggantikan aspek-aspek pribadi
seperti kejujuran atau integritas.
00:06:42
Ini menunjukkan pergeseran nilai di mana penampilan fisik dianggap lebih penting daripada karakter seseorang.
00:06:47
Menjadi orang jahat bukan lagi karena kamu melakukan tindakan pencurian atau pembunuhan,
00:06:52
tapi karena kamu tidak terlihat bagus di mata orang kebanyakan.
00:06:55
Menjadi pecundang bukan karena kamu tidak memiliki kontribusi terhadap masyarakat,
00:06:58
tapi karena kamu tidak tahu caranya berpakaian yang bagus di mata orang kebanyakan.
00:07:03
Fenomena seperti Looksmaxing
menimbulkan berbagai implikasi sosial.
00:07:07
Pertama, hal ini dapat meningkatkan tekanan pada individu untuk terus-menerus memperbaiki penampilan mereka,
00:07:12
seringkali dengan mengorbankan kesehatan mental dan fisik.
00:07:15
Kedua, hal ini dapat memperdalam ketidaksetaraan sosial,
00:07:18
di mana individu yang tidak memenuhi standar kecantikan tertentu mungkin menghadapi diskriminasi atau eksklusi.
00:07:25
Ketiga, hal ini dapat mengikis
nilai-nilai masyarakat yang lebih mendalam,
00:07:30
di mana penampilan fisik menjadi ukuran utama keberhasilan dan penerimaan sosial.
00:07:35
Kita semacam menderita delusi masal dimana semua orang berpikir bahwa kecantikan berarti kebaikan,
00:07:40
dan juga sebaliknya, kebaikan berarti kecantikan.
00:07:44
Dalam psikologi, dilusi sosial yang diderita masyakarat ini bisa kita lihat dengan “mata bias kehalusan”
00:07:50
atau yang lebih sering dikenal sebagai “halo effect”
00:07:52
Halo effect didefinisikan secara sederhana
sebagai kecenderungan individu
00:07:56
untuk mengekstrapolasi kesan mereka terhadap satu atribut suatu objek ke atribut-atribut lain dari objek yang sama,
00:08:03
atau bahkan ke kesan secara keseluruhan.
00:08:05
Misalnya, hal ini dapat terjadi ketika orang berpikir seseorang adalah orang baik
00:08:09
atau memiliki banyak kualitas positif
00:08:11
hanya karena orang tersebut terlihat menarik.
00:08:13
Atribut ketampanan atau kecantikan tidak harus menjadi penentu dari atribut-atribut lain atau kebaikan orang tersebut;
00:08:20
namun, orang cenderung menggunakan jalan pintas mental untuk
meringankan beban kognitif yang terlibat dalam membuat penilaian.
00:08:27
Dalam studi yang ditulis oleh Kaitlin Leonir dan Eric Stocks pada tahun 2019 menyatakan
00:08:33
“menjadi menarik memungkinkan seseorang untuk melanggar norma sosial dengan konsekuensi yang lebih sedikit
00:08:38
dibandingkan dengan pelanggaran norma sosial oleh
individu yang tidak menarik.
00:08:41
Seseorang dapat menggunakan daya tariknya yang
tinggi sebagai pelindung terhadap konsekuensi dari pelanggaran norma
00:08:47
karena pelanggaran norma tersebut mungkin dipersepsikan sebagai pengecualian daripada perilaku yang tipikal dari individu tersebut,
00:08:54
tidak mungkin seseorang secanitk
itu bisa melakukan hal-hal seperti itu.
00:08:58
Demikian pula, seseorang yang kurang menarik mungkin memilih untuk melanggar norma
00:09:02
hanya karena ada sedikit konsekuensi untuk melakukannya,
00:09:05
terutama karena pengamat secara proaktif mengharapkan perilaku seperti itu dari individu yang tidak menarik.
00:09:10
Konsekuensi sosial dari prasangka ini, delusi ssoial ini,
00:09:14
adalah munculnya diskriminasi dan perlakuan yang tidak adil yang didasari dengan penampilan fisik,
00:09:20
yang lebih sering kita dengar istilahnya sebagai lookism.
00:09:28
Kita sudah sangat sering melihat diskriminasi dimana-mana,
00:09:32
baik itu berdasarkan agama, ras, suku, jenis kelamin, asal daerah, asal negara, dan yang lainnya.
00:09:38
Dan itu sudah dikenal sebagai masalah sosial yang cukup umum dan kita sudah sering mencoba untuk menyelesaikan masalah itu.
00:09:44
Namun, yang tidak dianggap sebagian besar masyarakat adalah diskriminasi berdasarkan penampilan fisik, “Lookism”.
00:09:50
Istilah lookism sebenarnya sudah lama ada dan sudah menjadi topik bahasan dalam studi sosial dan psikologi selama beberapa dekade,
00:09:57
namun akhir-akhir ini dipopulerkan dan kesadaran publik ditingkatkan oleh manhwa dari Korea dengan nama yang sama.
00:10:04
Ceritanya mengikuti seorang remaja bernama Park Hyung-seok,
00:10:07
yang awalnya digambarkan sebagai seseorang yang kelebihan berat badan, tidak menarik,
00:10:11
dan sering menjadi korban bullying di sekolahnya dikarenakan penampilannya.
00:10:15
Namun, hidupnya berubah drastis ketika dia tiba-tiba bangun di dalam tubuh yang baru
00:10:20
tubuh yang ideal menurut standar kecantikan masyarakat, tinggi, tampan, dan atletis.
00:10:25
Namun, dia masih memiliki tubuh aslinya dan dapat beralih antara kedua tubuh tersebut saat tidur.
00:10:29
Manhwa ini mengeksplorasi bagaimana perubahan penampilan Hyung-seok mempengaruhi interaksi sosialnya,
00:10:35
kesempatan-kesempatan yang dia dapatkan, dan
cara dia diperlakukan oleh orang lain.
00:10:39
Dia mengalami kehidupan yang sangat berbeda
dengan kedua tubuhnya,
00:10:43
yang menyoroti dengan bagus bagaimana masalah lookism
dalam masyarakat,
00:10:46
terutama di Korea Selatan tempat dimana Manhwa ini dibuat.
00:10:50
Lookism dapat didefinisikan sebagai diskriminasi atau prasangka terhadap seseorang berdasarkan penampilan fisik mereka,
00:10:57
terutama ketika tidak memenuhi standar
kecantikan yang berlaku.
00:11:00
Contoh nyata dari lookism dapat ditemukan dalam berbagai
situasi, mulai dari tempat kerja hingga media sosial.
00:11:07
Misalnya, dalam konteks pekerjaan,
00:11:09
kandidat yang dianggap lebih menarik secara fisik seringkali memiliki
peluang lebih tinggi untuk mendapatkan pekerjaan atau promosi,
00:11:16
meskipun kualifikasi
dan kinerja mereka sama dengan kandidat lain.
00:11:20
Dalam penelitian yang dilakukan Dion, Berscheid, dan Walster (1972)
00:11:25
tentna gpenampilan fisik dan bagaimana penampilan memengaruhi kehidupan individu.
00:11:29
Mereka menemukan bahwa individu yang menarik dianggap memiliki sifat kepribadian yang lebih diinginkan,
00:11:35
menjadi pasangan yang lebih baik,
00:11:36
memiliki pernikahan yang lebih bahagia,
00:11:38
serta memiliki kehidupan sosial dan profesional yang lebih baik.
00:11:42
Secara keseluruhan, para peneliti menemukan bahwa individu yang menarik dipandang memiliki kehidupan yang lebih bahagia
00:11:47
dan lebih sukses secara umum daripada
individu yang tidak menarik.
00:11:51
Hal ini bahkan merambah ke hasil karir.
00:11:53
Dimana individu yang menarik diprediksi memiliki kehidupan profesional yang lebih bahagia
00:11:58
dan mendapatkan pekerjaan yang lebih bergengsi.
00:12:00
Hosoda, Stone-Romero, dan Coats (2003) melakukan meta-analisis tentang topik ini dengan menganalisis 27 artikel dari literatur yang ada.
00:12:09
Secara keseluruhan, individu yang menarik mengalami berbagai hasil pekerjaan yang lebih menguntungkan,
00:12:15
termasuk seleksi, evaluasi kinerja, dan keputusan perekrutan, dibandingkan dengan individu yang tidak menarik.
00:12:21
Lookism juga dapat mempengaruhi lingkungan pendidikan,
00:12:24
di mana siswa yang dianggap lebih menarik secara fisik mungkin mendapatkan perlakuan yang lebih baik dari guru atau rekan sebayanya.
00:12:31
Hal ini dapat mempengaruhi kepercayaan diri siswa,
partisipasi di kelas, dan bahkan penilaian akademis.
00:12:36
Akibatnya, jika siswa diperlakukan buruk di sekolah, mereka mungkin tidak memberikan usaha secara maksimal,
00:12:41
yang berpotensi mempengaruhi kemungkinan mereka terlibat dalam aktivitas kriminal.
00:12:46
Dengan demikian, kriminalitas yang seringkali diasosiasikan dengan penampilan yang kurang menarik
00:12:50
mungkin berakar pada diskriminasi yang dialami di masa sekolah,
00:12:53
di mana siswa dipandang kurang
baik oleh guru dan teman-temannya.
00:12:56
Situasi ini dapat menjadi semacam self-fulfilling prophecy,
00:13:00
di mana pandangan kita terhadap penampilan yang buruk sebagai indikator kriminalitas menjadikan itu menjadi kenyataan.
00:13:06
Lookism juga mempengaruhi hubungan interpersonal seseorang,
00:13:10
baik dalam cara individu memilih pasangan, berteman, atau berinteraksi dengan orang lain.
00:13:14
Tendensi untuk memprioritaskan penampilan fisik dapat menyebabkan hubungan yang dangkal
00:13:19
dan mengabaikan kualitas-kualitas penting lainnya seperti kepribadian, kecerdasan, atau bahkan kebaikan hati.
00:13:25
Hal ini juga dapat memperkuat stereotip dan prasangka,
00:13:28
membatasi kesempatan untuk
berinteraksi dengan berbagai jenis orang.
00:13:32
Banyak orang rela menderita dengan orang yang menurutnya enak dipandang
00:13:36
walaupun dia tidak terlalu menyukai kepribadian pasangannya
00:13:39
atau bahkan dia rela bertahan walaupun pasangannya memperlakukannya dengan buruk asal pasangannya mencapai standar kecantikan.
00:13:46
Dan ini diperkuat lagi karena tekanan
pandangan sosial yang membuatnya “tidak mau”
00:13:50
untuk memiliki hubungan dengan orang yang kurang enak dipandang dan tetap berpasangan dengan yang enak dipandang walaupun tersakiti.
00:13:58
Standar kecantikan yang menentukan apa yang dianggap "menarik" atau “enak dipandang” ini
00:14:02
sering kali dibentuk dan dipengaruhi
oleh budaya, media, dan industri hiburan
00:14:07
yang dapat berubah seiring waktu dan berbeda antar masyarakat.
00:14:10
Peran media sangat besar dalam membentuk persepsi kecantikan,
00:14:13
dengan seringkali menampilkan citra yang tidak realistis dan terkadang tidak sehat sebagai ideal yang harus dicapai.
00:14:19
Dalam pop culture, seperti film, televisi, majalah, dan iklan
00:14:23
sering menampilkan individu yang memenuhi standar kecantikan konvensional yang ketat,
00:14:27
seperti tubuh langsing, kulit mulus, dan fitur wajah simetris.
00:14:31
Representasi yang seragam ini menciptakan gambaran bahwa kecantikan hanya terbatas pada ciri-ciri tertentu,
00:14:36
mengabaikan keragaman bentuk tubuh, warna kulit, dan fitur fisik lainnya yang ada dalam masyarakat.
00:14:42
Lookism terlihat jelas dalam casting film atau acara TV,
00:14:45
di mana karakter utama sering digambarkan oleh aktor yang memenuhi standar kecantikan yang sempit dan dangkal,
00:14:50
sedangkan karakter yang kurang menarik secara fisik sering diberikan peran
yang kurang signifikan atau bahkan dijadikan antagonis di dalam cerita.
00:14:58
Hal ini dapat mempengaruhi persepsi penonton tentang nilai seseorang berdasarkan penampilan fisik mereka
00:15:03
dan memperkuat ide bahwa keberhasilan dan kebahagiaan
dikaitkan dengan kecantikan fisik.
00:15:07
Fakta bahwa kebanyakan cerita dalam pop culture
mengikuti tokoh utama yang memiliki moralitas baik
00:15:12
seringkali dikaitkan dengan wajah
aktor yang bagus.
00:15:15
Ini mendorong delusi sosial dimana kita menjadikan cantik dan baik sebagai sinonim.
00:15:20
Dan juga dapat menyebabkan standar kecantikan yang tidak
realistis dan meningkatkan tekanan pada individu
00:15:25
untuk menyesuaikan diri dengan
citra ideal tersebut,
00:15:28
yang seringkali tidak dapat dicapai
tanpa prosedur kosmetik atau editing.
00:15:33
Media sosial juga telah memperkuat lookism dengan menyediakan platform bagi individu
00:15:37
untuk membagikan gambar diri yang sudah diedit sedemikian rupa selama berjam-jam.
00:15:42
Filter dan editing tools atau editing Apps memungkinkan orang-orang untuk memodifikasi penampilan mereka
00:15:47
agar sesuai dengan standar kecantikan yang sempit tadi,
00:15:50
menciptakan tekanan untuk mempertahankan citra yang sempurna secara online.
00:15:54
Dan hal ini dapat mengakibatkan perbandingan sosial yang konstan
00:15:57
dan bahkan dapat merugikan kesejahteraan mental orang-orang yang menggunakan platform tersebut.
00:16:02
Eksposur konstan terhadap citra kecantikan ideal dalam media menimbulkan harapan yang tidak realistis terhadap penampilan,
00:16:09
baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
00:16:12
Representasi yang seragam dan sempit tentang kecantikan dalam pop culture dan media
00:16:16
menetapkan norma sosial tentang penampilan yang sulit dipenuhi oleh kebanyakan orang.
00:16:20
Hal ini dapat meningkatkan insiden
lookism dalam kehidupan sehari-hari,
00:16:24
di mana individu dinilai atau diperlakukan berbeda berdasarkan seberapa
dekat mereka memenuhi standar kecantikan yang sempit ini.
00:16:31
Kecantikan “ideal” dan tidak realistis ini paling sering kita lihat dipromosikan dalam industri-industri k-pop dan k-drama yang berasal dari Korea Selatan.
00:16:44
Idol K-pop dan aktor/aktris K-drama sering kali dianggap sebagai ikon kecantikan,
00:16:49
biasanya ditampilkan dengan penampilan
yang dianggap sempurna di media.
00:16:53
Standar kecantikan ini mencakup kulit yang mulus dan pucat, wajah kecil dan simetris, double eyelids
00:16:58
hidung mancung, rahang berbentuk V, mata besar, dan tubuh ramping,
00:17:02
seringkali dirujuk sebagai "ulzzang" dalam bahasa Korea, yang berarti "wajah terbaik."
00:17:07
Namun, bintang-bintang ini telah menjalani prosedur ketat dan lama untuk memenuhi standar kecantikan mereka.
00:17:12
Tapi, kebanyakan penggemar tidak memerhatikan itu dan
tetap memandang itu sebagai sesuatu yang bisa dicapai
00:17:19
dan menciptakan berbagai ketidakpercayaan diri bagi orang-orang yang merasa jauh dari standar tersebut.
00:17:24
Perdebatan tentang asal-usul standar kecantikan ini beragam.
00:17:28
Beberapa berpendapat bahwa standar kecantikan Korea modern dipengaruhi oleh budaya Barat.
00:17:33
Sementara itu, yang lain meyakini
bahwa standar kecantikan tersebut
00:17:37
berasal dari penampilan etnis
tradisional yang terlihat dalam karya seni pra-kolonial Korea.
00:17:42
Industri kosmetik dan perawatan kulit di Korea sangat besar,
00:17:46
dengan iklan sering menampilkan selebriti dengan penampilan yang sempurna.
00:17:50
Merek-merek makeup memasarkan produk
mereka kepada konsumen muda,
00:17:53
menggunakan model yang
mewujudkan epitome of beauty,
00:17:57
namun foto-foto tersebut seringkali diedit untuk
membuat mata lebih lebar dan wajah lebih pucat.
00:18:03
Atau beberapa model yang mendapatkan kecantikannya bukan dengan produk tersebut, tapi tetap memasarkannya.
00:18:08
Dan ini mempromosikan gagasan bahwa kecantikan yang sudah mereka tentukan dapat dicapai melalui penggunaan produk tertentu.
00:18:16
Tekanan budaya untuk mematuhi standar kecantikan ini telah menyebabkan beberapa dampak negatif,
00:18:22
termasuk prevalensi gangguan makan
dan klinik operasi plastik di Korea.
00:18:26
Program televisi yang berfokus pada transformasi penampilan sering kali menunjukkan perubahan dramatis
00:18:32
dan memperkuat gagasan bahwa perubahan
drastis diperlukan untuk dianggap cantik.
00:18:36
Banyak orang Korea memiliki pandangan kompleks terhadap industri kecantikan dan standar kecantikan yang berlaku di negara tersebut.
00:18:43
Di satu sisi, ada kekaguman terhadap keindahan dan upaya untuk mencapai penampilan yang "sempurna" sesuai dengan standar sosial.
00:18:50
Di sisi lain, ada perasaan ketidakpuasan atau bahkan penolakan terhadap tekanan yang dirasakan untuk memenuhi standar ini.
00:19:37
Tekanan sosial di Korea Selatan sering kali berpusat pada pencapaian citra "sempurna" yang dianggap penting untuk berbagai aspek kehidupan,
00:19:45
termasuk masuk perguruan tinggi, memasuki dunia kerja, dan menemukan pasangan pernikahan.
00:19:50
Standar kecantikan yang tinggi dan seringkali tidak realistis ini dapat
menyebabkan stres dan kecemasan bagi banyak orang,
00:19:56
terutama kaum muda, yang merasa harus memenuhi ekspektasi tersebut untuk berhasil dalam masyarakat.
00:20:02
Korea Selatan sering dijuluki sebagai "ibukota operasi plastik dunia,"
00:20:05
dengan jumlah dokter bedah kosmetik per kapita tertinggi dibandingkan tempat lain di planet ini,
00:20:10
mengalahkan AS dan Brasil untuk posisi teratas.
00:20:14
Perkiraan oleh Expert Market Research menempatkan nilai pasarnya sebesar $1,95 miliar selama 2018-2022.
00:20:22
Menurut survei Statista pada tahun 2020,
00:20:36
Lonjakan operasi plastik, terutama di kalangan remaja,
00:20:39
dihighlight dalam investigasi The Atlantic tentang budaya operasi plastik di wilayah ini.
00:20:43
Fenomena "operasi plastik" menjadi ciri khas grup idola pop Korea yang telah menciptakan gelombang di dalam negeri dan internasional.
00:20:50
Banyak idola dibentuk sejak usia muda untuk menjadi
bintang, dan demi mencapai standar kecantikan tertentu,
00:20:56
banyak di antara mereka
yang menjalani operasi plastik.
00:20:59
Budaya sosial dan dunia kerja juga berperan penting,
00:21:02
di mana standar kecantikan Barat seperti double eyelid dan rahang berbentuk V yang tajam
00:21:07
telah mempengaruhi keluarga untuk menghadiahkan operasi plastik sebagai hadiah kelulusan,
00:21:12
dan perusahaan-perusahaan yang mengharuskan foto wajah dalam paket aplikasi kerja.
00:21:16
Namun, melakukan operasi plastik tidak
memperbaiki perasaan tidak aman
00:21:20
atau “insecure” secara internal atau menyelesaikan masalah apa pun.
00:21:23
Tapi hanya menambahkan topeng yang memberikan rasa nyaman dan kepercayaan diri yang palsu.
00:21:28
Banyak perusahaan kosmetik menghasilkan pendapatan dari ketidakamanan orang lain
00:21:32
dan prevalensi media mencoba menjual kepada kita versi
kecantikan yang sangat idealis yang sebenarnya tidak benar-benar ada.
00:21:40
Orang yang jauh dari standar kecantikan ideal yang ada disana menghadapi stigma dan diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan,
00:21:46
termasuk di tempat kerja, di
sekolah dan bahkan di kehidupan sosial.
00:21:50
Bukan pertanyaan lagi kenapa manhwa Lookism yang mempromosikan mengenai diskriminasi terhadap kecantikan ini berasal dari Korea Selatan
00:21:57
dan merupakan bentuk kritik sosial
terhadap situasi sosial yang ada disana.
00:22:01
Pandangan sosial yang terobsesi terhadap kecantikan fisik ini dapat mempengaruhi harga diri
00:22:06
dan citra diri orang yang merasa tidak memenuhi standar tersebut.
00:22:09
Mereka merasa tidak pantas,
00:22:11
merasa sudah melakukan sesuatu yang sangat buruk.
00:22:13
Dan bahkan parahnya lagi, mereka merasa tidak pantas untuk dicintai.
00:22:24
adalah salah satu yang pernah menggambarkan masalah psikologis ini dalam karyanya
00:22:29
yang menggambarkan transformasi dari ketidakpastian diri menuju penerimaan diri.
00:22:33
Cerita ini bermula ketika seekor anak itik yang baru menetas dianggap jelek oleh teman-temannya di pertanian.
00:22:38
Dia diolok-olok, ditolak, dan diasingkan karena
penampilannya yang berbeda,
00:22:42
yang menyebabkan dia merasa tidak berharga dan terisolasi.
00:22:46
Dalam perjalanannya, anak itik ini menghadapi berbagai tantangan dan pengalaman yang menyakitkan.
00:22:50
Dia berusaha mencari tempat di mana dia bisa diterima dan
dihargai, namun terus-menerus menghadapi penolakan.
00:22:56
Ini menggambarkan dengan akurat bagaimana standar sosial atas kecantikan berpengaruh terhadap kesehatan internal seseorang,
00:23:01
memengaruhi bagaimana dia
memandang dirinya sendiri dan orang lain.
00:23:04
Individu yang tidak memenuhi standar kecantikan tidak dihargai dan diterima dan individu yang menarik mengalami tekanan
00:23:10
untuk mempertahankan penampilan mereka agar terus dihargai atau diterima dalam masyarakat.
00:23:15
Lookism dapat menyebabkan individu menginternalisasi standar kecantikan yang tidak realistis, menyebabkan persepsi diri yang negatif.
00:23:23
Mereka mungkin terobsesi dengan penampilan fisik mereka dan merasa tidak cukup baik,
00:23:27
yang dapat mengarah pada gangguan citra tubuh dan harga diri yang rendah dan ini dapat menyebabkan masalah psikologis yang lebih parah,
00:23:35
termasuk depresi, kecemasan, dan gangguan makan.
00:23:38
Bahkan, salah satu studi yang mencoba menemukan alasan tingginya bunuh diri di Korea Selatan
00:23:43
menyatakan bahwa ketidakpuasan tubuh menjadi salah satunya.
00:23:46
Ketidakpuasan mencakup hal-hal seperti berat badan, fitur wajah, dan warna kulit.
00:23:51
Individu yang tidak memenuhi standar kecantikan konvensional,
00:23:54
seperti mereka yang memiliki berat badan lebih, fitur wajah yang tidak simetris, atau warna kulit yang berbeda,
00:23:59
sering menghadapi diskriminasi terhadap penampilan mereka.
00:24:02
Diskriminasi inilah yang bertanggung jawab dalam memperburuk perasaan tidak aman dan memperdalam masalah kesehatan mental.
00:24:08
Dan yang lebih parah dari ini adalah ketika pandangan fisik dijadikan dasar untuk mencintai seseorang.
00:24:13
Individu yang merasa tidak mencapai standar kecantikan tertentu akan merasa dirinya susah atau bahkan tidak akan pernah dicintai.
00:24:20
Dikarenakan diri tidak bisa lagi melihat
diluar standar sosial akan kecantikan,
00:24:23
individu yang walaupun awalnya peduli terhdap kebaikan akhirnya melihat kecantikan sebagai aspek yang lebih penting
00:24:30
dan berfokus menekan diri untuk mencapai standar
tersebut agar bisa dicintai.
00:24:43
Sangat menyedihkan melihat bagaimana cinta dikatikan dengan kecantikan fisik
00:24:47
dari tekanan sosial menciptakan tekanan tidak sehat pada individu untuk terus-menerus berusaha memenuhi standar kecantikan
00:24:54
yang seringkali tidak realistis dan berubah-ubah.
00:24:57
Dikarenakan apa yang kita anggap sebagai “cantik” sering kali dibentuk oleh
lingkungan sosial dan budaya kita dan bukan suatu esensi yang universal,
00:25:05
melainkan hanyalah sebuah konstruksi sosial.
00:25:14
Perkembangan standar kecantikan sepanjang sejarah menunjukkan bahwa konsep kecantikan tidaklah statis,
00:25:20
melainkan selalu berubah dan dipengaruhi oleh berbagai faktor.
00:25:23
Di zaman kuno, kecantikan seringkali dikaitkan dengan kebaikan moral dan keharmonisan.
00:25:28
Dalam budaya Yunani kuno, misalnya,
00:25:30
proporsi tubuh yang ideal dan keseimbangan estetika dianggap sebagai cerminan dari kualitas moral seseorang.
00:25:36
Hal ini dapat dilihat dari karya-karya seni dan patung yang menampilkan tubuh manusia dalam proporsi yang harmonis dan seimbang.
00:25:43
Di abad pertengahan, standar kecantikan bergeser sesuai dengan nilai-nilai agama yang dominan.
00:25:47
Kesucian dan kerendahan hati dihargai lebih dari keindahan fisik.
00:25:50
Ini terlihat dari cara wanita menutupi tubuh mereka dan menghiasi diri dengan cara yang sederhana, menunjukkan kepatuhan dan kesalehan mereka.
00:25:58
Era Renaissance menandai kembalinya apresiasi terhadap tubuh manusia dan proporsi ideal.
00:26:02
Seni dan sastra Renaissance menampilkan keindahan fisik sebagai hal yang dihargai dan dipuji.
00:26:07
Di Eropa abad ke-18 dan ke-19, kecantikan seringkali
dikaitkan dengan kelas sosial dan kekayaan.
00:26:12
Standar seperti kulit pucat dan bentuk tubuh yang melengkung dianggap menarik karena menunjukkan status sosial yang lebih tinggi.
00:26:19
Di abad ke-20, terjadi pergeseran besar dalam standar kecantikan,
00:26:23
sebagian besar karena pengaruh media dan industri hiburan.
00:26:26
Kecantikan mulai dikomodifikasi, dengan standar yang semakin seragam dan dipengaruhi oleh tren mode, iklan, dan film.
00:26:33
Hal ini menciptakan tekanan sosial untuk menyesuaikan diri dengan citra
kecantikan yang ideal, seringkali di luar jangkauan banyak orang.
00:26:39
Perubahan standar kecantikan ini menunjukkan bahwa apa yang dianggap 'cantik' dapat sangat dipengaruhi oleh konteks sosial dan sejarah.
00:26:46
Dan ini harusnya membuat kita bertanya dengan lebih dalam
00:26:49
tentang legitimasi mengaitkan nilai moral atau sosial dengan sesuatu yang begitu berubah-ubah dan relatif.
00:26:54
Dan juga pandangan bahwa kita harus mengikuti standar sosial yang berubah-ubah ini berakar pada adaptasi visual kita
00:27:02
yang kita kembangkan selama masa evolusi
untuk tetap bertahan hidup.
00:27:05
Salah satu pencapaian terbesar kita sebagai Homo Sapiens adalah berkumpul dalam kelompok dan komunitas besar.
00:27:11
Namun, prospek tidak cocok atau ditolak dalam kelompok dan komunitas besar
00:27:15
tidak hanya berarti tidak ada reproduksi seksual tetapi juga berpotensi kematian.
00:27:21
Itulah mengapa kita mengembangkan mekanisme sosial untuk memiliki hubungan yang langgeng.
00:27:25
Seperti sensitivitas kita terhadap konformitas kelompok dan umpan balik dari orang lain.
00:27:30
Ini yang mengembangkan adaptasi visual kita,
00:27:33
keinginan untuk konformitas dan bersama orang lain yang meningkatkan kebutuhan untuk tetap bersama orang lain.
00:27:38
Adaptasi visual merujuk pada kemampuan sistem visual
00:27:42
untuk menyesuaikan sensitivitas dan responsivitasnya terhadap berbagai tingkat rangsangan dan kondisi lingkungan.
00:27:48
Semakin banyak kita melihat dan mendengar sesuatu, sensitivitas kita terhadap rangsangan tersebut berubah.
00:27:54
Paparan terus-menerus terhadap tubuh dan wajah
yang sempurna membentuk pandangan kita untuk
00:27:58
untuk mempersepsikannya sebagai "normal"
00:28:00
dan diri kita sendiri yang mungkin tidak mencapai standar sosial tersebut dianggap sebagai "tidak normal".
00:28:07
Dari kedua poin ini saja kita sudah dapat melihat bahwa pengejaran terhadap standar kecantikan yang sempit dan tidak realistis ini
00:28:12
bukanlah hal yang sehat atau bermanfaat untuk dikejar.
00:28:15
Obsesi terhadap penampilan luar yang tidak bermakna dan terus berubah-ubah
00:28:19
bukan hanya membuat kita nampak bodoh tapi juga dapat menyebabkan berbagai masalah psikologis yang sudah kita bahas sebelumnya.
00:28:26
Kecantikan sejati, kecantikan sebenarnya bukanlah tentang fisik yang berada di luar,
00:28:30
tapi dari dalam, bagaimana kita memperlakukan orang lain, bagaimana kita berkontribusi pada masyarakat,
00:28:35
dan bagaimana kita menjalani hidup kita dengan tujuan dan makna.
00:28:39
Seharusnya, kita mengarahkan fokus kita pada pengembangan kualitas internal yang lebih bermakna dan abadi.
00:28:44
Kebaikan, integritas, empati, dan kecerdasan adalah aspek diri yang jauh lebih penting dan berharga daripada penampilan fisik semata.
00:28:51
Kualitas-kualitas ini membentuk inti dari siapa kita sebagai manusia
00:28:55
dan memiliki dampak yang lebih besar pada bagaimana kita berinteraksi dengan dunia di sekitar kita.
00:29:00
Dengan mengalihkan perhatian dari pengejaran standar kecantikan eksternal yang sempit menuju pertumbuhan dan pengembangan internal,
00:29:07
kita dapat membangun rasa harga diri yang lebih sehat dan memupuk kehidupan yang lebih memuaskan dan berarti.
00:29:13
Dengan mencoba untuk memulai perubahan ini dari individu dari diri sendiri
00:29:18
mungkin kita bisa membuat perubahan yang lebih besar,
00:29:21
perubahan pada persepsi masyarakat,
00:29:23
bahwa kecantikan bukan berarti kebaikan dan yang harus kita tuju adalah kebaikan itu sendiri.
00:29:34
Kita, sebagai masyarakat, haruslah bisa berhenti menilai seseorang berdasarkan fisik dan keadaan eksternalnya
00:29:41
dengan perbandingan standar kecantikan yang berubah-ubah tergantung pada persepsi sosial pada saat itu.
00:29:46
Kita, sebagai masyarakat, haruslah bisa membedakan apa itu kecantikan dan apa itu kebaikan dan jangan pernah menjadikan keduanya sinonim.
00:29:54
Kita, sebagai masyarakat, haruslah bisa memberikan nilai yang lebih tinggi terhadap seseorang yang memiliki nilai moral yang baik
00:30:00
dibandingkan dengan orang yang cuma sekedar berparas cantik.
00:30:03
Jangan salah paham disini, kita memang harus menjaga kesehatan kita.
00:30:07
Kita haruslah olahraga, menjaga nutrisi yang ktia masukkan dalam tubuh dan tidur yang cukup sehat untuk menjaga penampilan kita secara sehat,
00:30:14
bukan dikarenakan tekanan dari standar
sosial yang tidak bisa dicapai.
00:30:18
Dan jangan sampai terobsesi terhadap hal itu.
00:30:20
Menjaga diri dan peduli terhadap diri berbeda dengan mengejar standar kecantikan sosial yang sudah dikonstruksi sedemikian rupa
00:30:27
agar membuat diri kita merasa tidak aman
dengan diri sendiri.
00:30:31
Tetaplah ingat bahwa kecantikan yang sebenarnya berasal dari dalam diri bukan dari luar.
00:30:36
Dan ini bukan sekedar bentuk romantisisme atau
00:30:39
pandangan naif mengenai hal ini.
00:30:41
Tapi ini yang seharusnya kita capai
00:30:43
ini yang seharusnya menjadi tujuan kita sebagai masyarakat
00:30:47
untuk memandang seseorang dengan niai-nilai internal yang mereka miliki
00:30:51
bukan hanya tampang eksternal yang kita bandingkan dengan standar sosial yang tidak bisa dicapai
00:30:57
Seperti yang ditulis oleh Kahlil Gibran