00:00:21
[Musik]
00:00:28
[Musik]
00:00:38
Tanah Papua. Surga dengan keindahan alam
00:00:41
yang tiada banding mencakup hutan
00:00:43
tropis, perairan sebening kristal hingga
00:00:46
hamparan hutan mangrove.
00:00:51
Bentang alamnya melahirkan ekosistem
00:00:53
khas yang tak ditemukan di tempat lain.
00:00:56
Tanah Papua juga menjadi rumah bagi
00:00:58
masyarakat adat yang telah menjaga
00:01:00
tradisi dan hidup harmoni dengan alam
00:01:03
selama ratusan generasi.
00:01:06
[Musik]
00:01:15
[Musik]
00:01:18
Namun di balik keindahan landskap yang
00:01:19
memukau, kerusakan masih terus
00:01:23
terjadi. Greenpace Indonesia memulai
00:01:26
perjalanan untuk melihat lebih dekat
00:01:28
ekosistem tanah Papua yang kian rapuh
00:01:31
akibat kebijakan dan aktivitas industri
00:01:33
yang tak henti mengejar keuntungan.
00:01:37
Awal pelayaran kami dimulai menuju ke
00:01:39
wilayah yang paling sering dikunjungi
00:01:40
wisatawan di raja 4 yakni pianemo dan
00:01:43
wayag.
00:01:45
Sepanjang perjalanan kami disuguhi
00:01:47
panorama
00:01:49
memukau. Inilah mengapa Kepulauan Raja
00:01:51
Ampat disebut sebagai salah satu tempat
00:01:54
terindah di muka
00:01:55
[Musik]
00:02:13
bumi. Namun saat kami memasuki kawasan
00:02:16
Raja 4 lebih jauh, kontrasnya menjadi
00:02:19
nyata.
00:02:20
Surga di satu sisi, tetapi terdapat
00:02:22
kehancuran di sisi lain. Di sinilah
00:02:25
potret keindahan Raja Empat berubah
00:02:27
menjadi
00:02:29
[Musik]
00:02:39
suram. Sepintas aktivitas penambangan
00:02:41
tapak samar hampir
00:02:44
tersembunyi. Dari kejauhan yang terlihat
00:02:46
hanya hilir mudik kapal tongkang. Tetapi
00:02:49
pemantauan udara terlihat jelas. Inti
00:02:51
pulau sedang
00:02:54
[Musik]
00:02:55
digali. Pemandangan ini sungguh
00:02:57
mengejutkan sekaligus memilukan. Pulau
00:03:00
kecil yang dulunya masih alami kini
00:03:02
tampak rusak.
00:03:13
Pulau kecil aja dikeruk sampai puluhan
00:03:16
ekskavator. Gua lihat di situ tuh. Ini
00:03:18
gimana nih? Raja 4 nih. Ini ee bakal
00:03:21
habis semua tuh karang-karang yang bagus
00:03:23
di sini nih. Terus pulau ini bakal
00:03:28
lenyap nih. Kita akan kehilangan pulau
00:03:30
lagi kalau dikeruk terus ee untuk
00:03:33
industri mobil dan atas nama transisi
00:03:37
energi.
00:03:40
Para pengambil kebijakan mulai tergiur
00:03:42
keuntungan dari sektor pertambangan,
00:03:44
terutama nikel. Hal ini telah
00:03:46
mengorbankan pulau-pulau kecil yang
00:03:48
menopang ekosistem alam di Raja Ampat.
00:03:51
Ya, wilayah Raja Ampat ada sebagian
00:03:54
areal yang menjadi wilayah konservasi.
00:03:57
Tapi wilayah-wilayah ini tidak terlepas
00:04:00
dari izin-izin yang diberikan oleh
00:04:03
pemerintah. Nah, karena pemerintah hari
00:04:05
ini hanya melihat keuntungan dan
00:04:08
memperluas industri ekstraktif di
00:04:10
wilayah ini.
00:04:12
Lalu muncul pertanyaan, berapa lama
00:04:14
keindahan Raja 4 bisa bertahan
00:04:17
menghadapi laju industri ekstraktif yang
00:04:19
tanpa batas?
00:04:24
Maka kita akan menyaksikan ke depan
00:04:28
bagaimana kekayaan di Indonesia akan
00:04:31
hilang akibat rakusnya industri nikel.
00:04:35
Untuk
00:04:36
itu, kita harus hentikan itu
00:04:38
bersama-sama. Kita harus minta
00:04:42
pemerintah terutama pemerintah pusat
00:04:44
untuk menghentikan izin-izin tambang
00:04:47
nikel di
00:04:49
wilayah Raja Ampat dan di wilayah
00:04:52
pulau-pulau kecil di Indonesia Timur.
00:04:54
Karena di Indonesia Timur ini adalah
00:04:57
wilayah-wilayah yang sangat kaya akan
00:05:01
keekaragaman hayati di Indonesia.
00:05:04
[Musik]
00:05:14
Pelayaran selanjutnya membawa kami ke
00:05:16
Kabupaten Sorong Selatan untuk memotret
00:05:19
perjuangan suku Tehit dalam
00:05:21
mempertahankan tanah adat
00:05:24
Nasaimos. Luas wilayah adat Nasaimos
00:05:27
seluas
00:05:28
97.441 hektar membentang hingga ke bibir
00:05:31
sungai Kaibus dan muara laut.
00:05:35
Wilayah ini telah menjadi incaran dari
00:05:38
investasi berbasis lahan yang sebagian
00:05:40
besar dulunya adalah bekas hak
00:05:42
pengusahaan hutan untuk perusahaan kayu.
00:05:45
Maka tidak heran letak yang strategis
00:05:47
ini mengundang ancaman bagi kelangsungan
00:05:50
hutan
00:05:52
[Musik]
00:05:54
adat. Ini bakalan hancur nih kalau
00:05:57
enggak dilindungi. Ini apa yang seperti
00:05:59
yang terjadi di Sumatera dan
00:06:01
Kalimantan. E ini akan dibuka habis.
00:06:05
dijadikan kebun sawit. Kemudian akan
00:06:08
terjadi kerusakan lingkungan, ee konflik
00:06:12
dengan masyarakat juga akan terjadi. Ini
00:06:14
ee sangat berbahaya bagi masa depan e
00:06:17
orang Papua sehingga kita harus
00:06:19
melindungi sebelum e bulldoser-bulldoer
00:06:22
itu datang tiba di tanah e Papua.
00:06:30
Berjuang sejak tahun 2010, masyarakat
00:06:32
adat Tehnimos akhirnya berhasil
00:06:35
mendapatkan pengakuan status wilayah
00:06:37
adat dari pemerintah Kabupaten Sorong
00:06:40
Selatan. Selama ini mereka konsisten
00:06:43
menolak program transmigrasi,
00:06:45
penerbangan hutan, dan perkebunan sawit
00:06:47
skala
00:06:48
besar. Untuk itu, Skute Nasaimos
00:06:52
kemudian membangun pos jaga agar dapat
00:06:54
mengawasi landskap wilayah hutan mereka.
00:06:57
Di sana itu adalah pos pengamatan yang
00:07:01
dibangun oleh masyarakat adat Teh
00:07:05
Kenasaimus. Dan saat ini mereka mencoba
00:07:08
bagaimana menjaga wilayah hutan adatnya.
00:07:12
Pos ini adalah salah satu bukti bahwa
00:07:14
mereka secara serius akan menjaga
00:07:17
wilayah hutannya. Ini semua yang kita
00:07:20
lihat sampai ke muara dan sampai ke laut
00:07:22
ini adalah wilayah adat Kenasaimos.
00:07:27
Pos ini fungsinya untuk kami menjaga
00:07:30
potensi kita supaya tidak boleh ada
00:07:33
pihak luar yang masuk. Ancaman di sini
00:07:36
biasanya kami jauh dari pantai. Jadi
00:07:41
masyarakat lain yang ada di dekat pantai
00:07:43
biasa mereka mencari kita punya potensi
00:07:45
laut yang ada di pantai kita. Demikian
00:07:48
juga pohon hutan kami juga ada yang juga
00:07:52
bisa
00:07:53
menebu. Jadi kami melihat dengan
00:07:55
legalitas ini gerakan-gerakan kami
00:07:57
melalui peta dan juga kami sudah buat
00:07:59
apa papan-papan pelan batas di setiap
00:08:02
marga itu kita sudah pasang. Makanya
00:08:04
yang selalu beraktivitas itu semakin
00:08:06
lama kurang. Contoh di sini banyak
00:08:08
kepiting kita banyak e ikang tapi
00:08:13
sekarang sudah semakin kurang. yang
00:08:15
lalunya mereka aktivitas di sini.
00:08:17
Sementara begini, perahu mulai keluar
00:08:19
dari muara banyak sekali. Tapi kami
00:08:21
sudah beraktivitas.
00:08:23
Saya sudah hampir 2 bulan di sini untuk
00:08:25
bangun ini. Saya lihat sudah memang
00:08:27
kurang, tidak ada
00:08:34
lagi. Saat kami berkesempatan
00:08:37
menjelajahi lebih dalam ke hutan di
00:08:38
wilayah adat Nosaimos, terdapat pohon
00:08:40
merbau yang tergolong langka menjulang
00:08:43
tangguh di antara pepohonan lainnya.
00:08:47
di Kalimantan misalnya ada kayu-kayu
00:08:49
endemik yang sudah habis kayu ulin dan
00:08:52
di sini hutan-hutan di Papua Merbau
00:08:55
adalah kayu endemik karena kekuatannya
00:08:58
dan ini memiliki nilai ekonomi yang
00:09:00
sangat tinggi dan ini sudah mulai
00:09:02
dihabiskan setelah hutan di Kalimantan
00:09:06
habis perpindahan terhadap
00:09:08
komoditas-komoditas yang berbasis lahan
00:09:10
itu akan terjadi di tanah Papua dan di
00:09:13
wilayah ini mereka mampu menjaga dengan
00:09:17
kearifan lokal dengan melakukan upaya
00:09:19
untuk meminta pemerintah untuk melakukan
00:09:22
pengakuan sehingga wilayah ini masih
00:09:24
bisa terjaga. Tapi bagaimana dengan
00:09:26
wilayah-wilayah di luar masyarakat adat
00:09:28
yang menjaga hutannya? Itu sudah terjadi
00:09:31
pembukaan besar-besaran seperti di
00:09:32
Bovendigul, di wilayah-wilayah ee
00:09:35
Merauke misalnya. Ini adalah ee apa
00:09:39
namanya? pembelajaran bagaimana
00:09:41
masyarakat bisa menunjukkan kekuatan
00:09:43
mereka dan mampu menunjukkan ee
00:09:46
pengelolaan basis ekonomi berdasarkan
00:09:48
kearifan ee mereka.
00:09:52
Pengakuan atas wilayah adat mereka
00:09:54
merupakan kemenangan penting. Tetapi
00:09:56
masyarakat adat Nosaimos kini masih
00:09:58
terus berjuang untuk mendapatkan status
00:10:00
hutan adat secara penuh.
00:10:03
ini akan memberikan perlindungan hukum
00:10:05
yang lebih kuat dan memastikan hutan
00:10:07
mereka tetap lestari bagi generasi
00:10:09
mendatang.
00:10:13
[Musik]
00:10:22
[Musik]
00:10:31
[Musik]
00:10:37
[Musik]
00:10:44
Kami kemudian melanjutkan perjalanan
00:10:46
menuju Teluk Bintuni, kawasan yang telah
00:10:49
menjadi rumah bagi salah satu ekosistem
00:10:51
penting dalam mitigasi krisis iklim
00:10:53
yakni
00:10:55
mangruve. Di cagar alam ini juga
00:10:57
terdapat 15 kampung di mana ee
00:11:00
ditinggali oleh masyarakat ee asli Papua
00:11:02
dan mereka semua menggantungkan hidupnya
00:11:04
terhadap keberadaan mangrov ini. Ee
00:11:07
mereka biasanya mencari kepiting, udang,
00:11:09
dan beberapa jenis ikan untuk
00:11:11
dikonsumsi, tapi juga dijual untuk ee
00:11:13
kebutuhan ekonomi mereka.
00:11:16
Namun seiring meningkatnya dorongan
00:11:18
pembangunan masa depan mangruf yang
00:11:20
masih alami ini menjadi tidak
00:11:23
menentu. Sekelompok tim peneliti
00:11:25
mengecek langsung ke empat titik lokasi,
00:11:27
yakni di Pulau Amutu Besar, Pulau Emutu
00:11:30
Kecil, area di Pulau Modan, serta di
00:11:33
dekat muara Sungai Wasian.
00:11:36
Dari Gribis Indonesia sedang berada di
00:11:38
Amutu Besar. kita sedang mendatangi
00:11:40
salah satu lokasi yang diperkirakan
00:11:43
sebagai formasi baru ee kawasan hutan
00:11:45
mangroove karena dianggap ee sebagai
00:11:48
vegetasi yang tumbuh di formasi paling
00:11:50
terdepan sehingga kita perlu melakukan
00:11:52
verifikasi lebih lanjut dengan melakukan
00:11:54
pengambilan data diameter dan juga
00:11:57
tutupan dari tajuk atau kanopi yang ada
00:11:59
di kawasan ini. Dan kita berharap ee
00:12:03
dengan pengambilan data dan sampel ini
00:12:06
bisa
00:12:07
memperkaya analisis bagaimana
00:12:09
penyelamatan hutan mangruh di Teluk
00:12:11
Bintuni terutama dan di Papua secara
00:12:13
umum. Kita juga akan mengambil data
00:12:16
komponen lain yaitu tutupan kanopi atau
00:12:19
kanopi coverage dari mang ini dengan
00:12:22
cara mengambil eh kita sebut hemispare
00:12:27
fotograph tegak lurus ke atas ke atas
00:12:30
terus 45 derajat kiri juga kan 45
00:12:34
derajat untuk cover semua kan
00:12:38
[Musik]
00:12:41
dari pengamatan secara langsung
00:12:43
ekosistem mangr di Teluk Bintuni banyak
00:12:45
yang terbentuk dari hasil akresi
00:12:47
sedimen. Mangruf yang tumbuh di Pulau
00:12:49
Mutu Besar diperkirakan berumur 10
00:12:52
hingga 15 tahun didominasi oleh jenis
00:12:54
avisenia marina atau api-api putih. Di
00:12:58
Pulau Amutu Kecil, ekosistem mangroove
00:13:00
tampak masih dalam tahap regenerasi
00:13:02
tetapi rusak akibat
00:13:04
penebangan. Hal ini terlihat dari
00:13:06
vegetasi tingkat pancang pohon yang
00:13:08
nyaris tidak ada dan tergolong ke dalam
00:13:11
kondisi buruk. Sementara kondisi
00:13:13
ekosistem mangroove di depan Pulau Bodan
00:13:15
masih tergolong baik dengan usia sekitar
00:13:18
kurang dari 5
00:13:20
tahun. Kemudian untuk yang ada di
00:13:24
belakang kita ini ee adalah ee
00:13:27
manggroove alami, manggroove ee primer
00:13:32
yang masih sangat sehat. Ini lokasinya
00:13:34
di muara Sungai Wasian, Teluk
00:13:38
Bintuni. Eh, jenis-jenis dominan di sini
00:13:40
adalah e risopora, ada burguera, ada
00:13:43
juga soneratia, ada avisenia sedikit dan
00:13:48
ada beberapa jenis mangroove asosiasi
00:13:51
tapi dia di bagian dalam.
00:13:54
Nah, kalau dari sisi eh peran daripada
00:13:59
ekosistem
00:14:00
mangr primer ini, ini adalah salah satu
00:14:04
contoh eh ekosistem mangr yang eh
00:14:07
mempunyai fungsi penyimpan karbon sangat
00:14:09
tinggi. Kami melakukan pengukuran untuk
00:14:11
kedalaman substrat yang kita sebut mangr
00:14:14
fit itu itu lebih dari 3 m. Jadi kita
00:14:17
bisa bayangkan kalau kita mengkonversi
00:14:20
hutan ini, itu karbon itu akan teremisi
00:14:22
ke udara.
00:14:24
Belum lagi kalau ee kita konversi hutan
00:14:27
ini dan kita misalnya ee mengambil
00:14:31
pohonnya menjadi pemanfaatan yang lain,
00:14:33
itu pasti ada emisi karbon juga yang
00:14:36
terjadi di sini. Jadi sangat vital
00:14:39
sekali ekosistem seperti ini untuk kita
00:14:42
jaga. Menurut
00:14:44
saya eh message paling eh penting sekali
00:14:48
bagi kita adalah jangan dikonversi.
00:14:54
Nah, hutan eh Mangrov Teluk Bintuni ini
00:14:57
memiliki keunikan karena biasanya kalau
00:14:59
hutan mangrov itu berbatasan dengan rawa
00:15:02
tapi ini langsung berbatasan dengan e
00:15:04
hutan dataran rendah. Oleh sebab itu,
00:15:07
mengingat pentingnya peran dan fungsi
00:15:09
hutan manggr maka mari kita lindungi,
00:15:12
mari kita jaga, dan mari kita selamatkan
00:15:14
hutan manggrok.
00:15:16
[Musik]
00:15:33
[Musik]
00:15:40
Perjalanan selanjutnya menuju ke wilayah
00:15:42
Papua Selatan menyusuri sungai Digul
00:15:44
yang megah.
00:15:46
Sungai ini berfungsi seperti urat nadi
00:15:48
dan akses vital ke salah satu hamparan
00:15:50
hutan tropis yang tersisa di tanah
00:15:54
Papua. Tujuan penelitian di kawasan ini
00:15:58
untuk memverifikasi kondisi hutan
00:15:59
sebagai bahan dasar dalam pemantauan
00:16:02
perubahan tutupan lahan serta
00:16:03
meningkatkan akurasi klasifikasi hutan.
00:16:08
Nah, ketika kita lihat di lapangan
00:16:10
karena
00:16:11
memang ee bentuk hutannya itu tajuknya e
00:16:16
kecil gitu ya, kemudian juga diameternya
00:16:20
juga kecil-kecil gitu. Sehingga kalau di
00:16:23
dalam
00:16:25
definisi salah satu peta itu tidak
00:16:28
termasuk hutan. Padahal kalau kita lihat
00:16:29
ya itu ee kelihatan seperti hutan gitu.
00:16:34
Sehingga sepanjang perjalanan ini kita
00:16:37
bisa simpulkan bahwa sepanjang Sungai
00:16:40
Dinggul ataupun di Papua Selatan itu
00:16:42
memang hutannya masih bagus gitu ya,
00:16:44
masih rapat gitu dan dominasinya hutan
00:16:47
sehingga secara landscape pun hutannya
00:16:49
masih intak.
00:16:52
Papua Selatan merupakan wilayah yang
00:16:54
sangat penting secara ekologis. Dengan
00:16:56
lebih dari 60% wilayahnya tertutup hutan
00:16:59
alami yang kaya akan keanekaragaman
00:17:02
hayati dan berperan sebagai penyimpan
00:17:04
karbon. Namun ekosistem pesisir dan
00:17:07
dataran gambut ini tengah menghadapi
00:17:09
ancaman
00:17:11
serius. Koridor Sungai Digul telah lama
00:17:13
menjadi pintu masuk bagi usaha
00:17:15
perkebunan dan kayu. Jalur sungai yang
00:17:17
menjangkau hingga pedalaman memudahkan
00:17:20
akses transportasi dan logistik. Nah,
00:17:23
Papua Selatan, terutama Sungai Digul itu
00:17:27
menjadi akses yang paling terbuka karena
00:17:31
dari Sungai Digul ini akan mudah sekali
00:17:33
buat perusahaan dengan membawa tanker
00:17:36
yang besar dengan grosstone maksimum
00:17:39
sampai maksimum 5.000 eh grosone mereka
00:17:42
bisa membawa ee CPO.
00:17:45
Karena itu maka Papua Selatan ini
00:17:49
terutama tiga kabupaten Bendigul, Mapi,
00:17:54
dan Muke ini perlu untuk diselamatkan.
00:18:00
Obal izin konsesi untuk perkebunan sawit
00:18:02
dan hutan tanaman industri menjadi
00:18:04
ancaman nyata bagi masyarakat adat yang
00:18:07
tersebar di kawasan Sungai Digul.
00:18:11
itu ternyata sepanjang sungai Digul ini
00:18:14
sudah
00:18:15
dibebani izin-izin gitu ya. Untuk yang
00:18:19
ungu ini adalah izin-izin
00:18:21
lokasi untuk perkebunan sawit. Kemudian
00:18:25
untuk yang orange ini adalah izin lokasi
00:18:29
untuk HTI ya, hutan tanaman industri
00:18:32
gitu. Nah, kita lihat
00:18:35
sepanjang digul ini sudah ramai ya,
00:18:38
sudah ramai dengan perizinan dan
00:18:41
ternyata di sepanjang sungai Digul pun
00:18:44
ini juga sebenarnya
00:18:45
sudah ada wilayah adat dari ee orang
00:18:49
asli Papua gitu ya.
00:18:51
Sebagian barat dari sungai Digul ini,
00:18:53
ini sebenarnya ee menjadi bagian dari
00:18:56
wilayah adat suku Auyu. Dan di bagian
00:19:00
timur dari sungai Digul ini menjadi
00:19:03
bagian dari wilayah adat suku Wambon.
00:19:06
Jadi suku Auyu ini terkait dengan
00:19:09
konflik dengan perkebunan sawit di
00:19:11
sebelah barat, di sebelah timur, suku
00:19:13
Wambon banyak terkait konflik dengan
00:19:16
HTI.
00:19:19
Perjalanan Greenpace Indonesia ke
00:19:21
wilayah Papua Selatan salah satunya
00:19:23
untuk menyaksikan sebuah pertemuan
00:19:25
bersejarah. Setidaknya bagi warga suku
00:19:27
Au dan suku Wambon atau Mandobo.
00:19:31
Ancaman ekspansi perkebunan terhadap
00:19:33
wilayah adat telah mendorong mereka
00:19:35
untuk bertemu satu sama lain. Demi
00:19:38
menyambut acara yang istimewa, sejumlah
00:19:40
mama dari Kampung Ayiwat bergegas
00:19:42
mengambil hasil alam langsung dari
00:19:44
hutan.
00:19:54
itu ambil kulit kayu itu baru nanti
00:19:57
ambil dia punya kayu lagi daun lagi
00:20:00
nanti bawa pulang itu nanti alas pakai
00:20:04
daun sagu baru k daging itu baru tutup
00:20:09
dia baru
00:20:13
kita maju lagi dulu maju lag
00:20:15
[Musik]
00:20:28
[Musik]
00:20:33
Pertemuan pun berlangsung di aula
00:20:35
Kampung Aywat, Kabupaten Bovendigul.
00:20:38
Para tetua dan anggota masyarakat adat
00:20:40
dari kedua suku dengan sepenuh hati
00:20:42
berbagi kisah tentang ikatan mendalam
00:20:44
mereka dengan hutan sebagai bagian dari
00:20:47
identitas, budaya, dan eksistensi
00:20:49
mereka.
00:20:51
Memang
00:20:53
betul kita melihat bahwa kita punya
00:20:56
utang Hadat ini dirapot oleh orang
00:21:00
lain lebih khusus dari
00:21:03
AO dari
00:21:05
Mandobo yang dirampas oleh orang lain.
00:21:09
Sehingga saya mau sampaikan kepada
00:21:11
masyarakat
00:21:12
bahwa masyarakat Barat bahwa hutan itu
00:21:16
sangat
00:21:17
penting. Jadi kalau kita bicara masalah
00:21:20
tanah, satu orang tidak
00:21:23
bisa. Kita harus satu dua kampung
00:21:26
masyarakat seluruhnya bicara
00:21:29
baru bisa. Kalau satu dua orang itu
00:21:32
tidak bisa.
00:21:33
[Musik]
00:21:35
Menurut pengakuan warga Kampung Ayiwat
00:21:36
dan Subur, mereka tetap menolak bujuk
00:21:39
rayu perusahaan yang mencoba mendapatkan
00:21:41
izin di wilayah adat. Sebab warga
00:21:44
belajar dari pengalaman masyarakat adat
00:21:46
lainnya yang justru dirugikan akibat
00:21:49
hilangnya hutan adat mereka. Pengalaman
00:21:52
ini menunjukkan bahwa telah banyak
00:21:54
kerugian yang dialami masyarakat
00:21:56
adat. Pada awalnya perusahaan ini
00:21:59
dia masuk pada tahun 2017
00:22:04
perusahaan Nerauk Rayun Jaya MRJ.
00:22:10
Jadi 2017 sampai dengan 18 setiap tahun
00:22:15
datang terus. Tapi kami masyarakat juga
00:22:19
tetap
00:22:20
menolak. Menolak dengan berbagai cara.
00:22:24
Kita buat aksi langsung di lapang terus
00:22:26
kita buat penolakan melalui
00:22:29
surat ke dinas-dinas terkait. Ya, apa
00:22:32
yang terjadi di Kampung Subur dan
00:22:34
Kampung Awat sebenarnya e hampir e mirip
00:22:37
dan tipically apa yang terjadi di
00:22:39
wilayah lain di Papua khususnya di Papua
00:22:41
Selatan. Kalau ee kita sebelumnya pernah
00:22:44
e mendengar terkait dengan kasus e Ayu
00:22:47
eh Margaworo di Kampung Subur dan
00:22:49
Kampung Aywat pun sama mengalami hal
00:22:51
yang sama. Hanya perbedaannya adalah di
00:22:53
Kampung Yare di suku Au dan eh Margaworo
00:22:57
itu masyarakat adat berhadapan dengan e
00:22:59
perusahaan perkebunan kelapa sawit.
00:23:01
Tapi e untuk saat ini di Kampung Subur
00:23:04
dan Kampung Aywat ee yang mereka hadapi
00:23:06
adalah perusahaan e hutan tanaman
00:23:08
industri yang ee namanya Meroke Royan
00:23:11
Jaya Group. Nah, ee yang mereka coba e
00:23:14
untuk masuk ke dalam apa menguasai e
00:23:17
hutan adat milik ee suku Wambon e di ee
00:23:20
Kampung Aywat dan e Kampung Subur.
00:23:24
Suku Wambon dan Auyu telah membuat
00:23:26
pilihan yang tegas. Mereka menolak
00:23:28
menyerahkan tanah leluhur kepada
00:23:30
perusahaan meskipun tekanan dan tawaran
00:23:33
terus
00:23:35
[Musik]
00:23:38
berdatangan. Perjalanan menelusuri hutan
00:23:40
Papua telah melintasi bentang alam yang
00:23:43
kaya keekaragaman hayati dan kisah upaya
00:23:46
menjaga tanah leluhur serta perlawanan.
00:23:49
Di balik rapatnya tutupan hutan, kita
00:23:51
melihat bagaimana hutan menjadi jantung
00:23:53
kehidupan menghidupi mereka yang telah
00:23:56
menjaganya
00:23:58
turun-temurun. Menjaga hutan Papua
00:24:00
berarti menjaga masa depan kita bersama.
00:24:03
Jangan biarkan perhatian kita pudar dan
00:24:05
terus bersuara untuk tanah Papua.
00:24:09
[Musik]
00:24:27
[Musik]