001 : Mengapa Guru adalah Sang Penyelamat Peradaban? - Dialektika Ruang Ketiga

00:35:57
https://www.youtube.com/watch?v=cj-2H8It5BE

Resumo

TLDRDiskusi ini membahas peran penting guru dalam pendidikan dan tantangan yang mereka hadapi dalam sistem pendidikan Indonesia. Ditekankan bahwa guru harus berfungsi sebagai penyelamat generasi masa depan, bukan sekadar penonton. Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) diharapkan menjadi wadah bagi guru untuk saling belajar dan berkolaborasi. Introspeksi dan perubahan cara pikir menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Selain itu, pentingnya teknologi dalam membantu administrasi guru juga dibahas. Harapan untuk masa depan pendidikan adalah menciptakan generasi yang lebih baik melalui pendidikan yang berkualitas.

Conclusões

  • 👩‍🏫 Guru sebagai penyelamat generasi masa depan.
  • 📚 Pentingnya introspeksi bagi guru.
  • 💡 Perubahan harus dimulai dari guru, bukan kurikulum.
  • 🌱 Gerakan Sekolah Menyenangkan sebagai rumah pergerakan.
  • 🖥️ Teknologi dapat membantu administrasi guru.
  • 🤝 Kolaborasi antar guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
  • 🌍 Pendidikan sebagai alat untuk membangun peradaban.
  • 🔄 Perlu perubahan cara pikir dalam pendidikan.
  • 📈 Fokus pada peningkatan kualitas guru.
  • ✨ Harapan untuk masa depan pendidikan yang lebih baik.

Linha do tempo

  • 00:00:00 - 00:05:00

    Perbincangan dimulakan dengan penekanan tentang pentingnya peranan guru dalam menyelamatkan generasi masa depan. Namun, terdapat cabaran di mana guru sendiri perlu diselamatkan dari beban administrasi dan cara lama yang tidak lagi relevan. Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) diharapkan dapat menjadi platform untuk mengubah paradigma ini.

  • 00:05:00 - 00:10:00

    Di Sekolah Alam Bukit Akasiah, perbincangan berlanjut dengan memperkenalkan Bapak Muhammad Nurizal PhD sebagai narasumber utama. Diskusi berfokus pada tema guru sebagai penyelamat atau penonton generasi masa depan, dengan penekanan pada perlunya introspeksi dalam peranan guru.

  • 00:10:00 - 00:15:00

    Bapak Nurizal mengajak para guru untuk merenungkan apakah mereka benar-benar berfungsi sebagai penyelamat atau sekadar penonton. Penting untuk memahami keperluan generasi masa depan dan mempersiapkan mereka menghadapi pelbagai krisis yang mungkin berlaku, termasuk perubahan iklim dan kemajuan teknologi.

  • 00:15:00 - 00:20:00

    Guru perlu menyedari cabaran yang dihadapi oleh generasi masa depan dan mempersiapkan pelajar untuk menghadapi krisis tersebut. Diskusi juga menyentuh tentang pentingnya pendidikan dalam membentuk peradaban dan bagaimana pendidikan dapat membantu individu memahami dunia dan menyelesaikan masalah.

  • 00:20:00 - 00:25:00

    Perbincangan berlanjut kepada peranan pendidikan dalam membangun peradaban. Pendidikan dianggap sebagai proses yang mengubah individu dari tidak tahu menjadi tahu, dan penting untuk memahami bagaimana peradaban berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan inovasi.

  • 00:25:00 - 00:30:00

    Terdapat paradoks di mana guru merasa terbelenggu oleh administrasi dan rutinitas, yang menghalang mereka daripada menjalankan tugas mulia mereka. Bapak Nurizal menekankan bahawa perubahan cara berfikir dan sistem administrasi adalah kunci untuk membebaskan guru dari belenggu tersebut.

  • 00:30:00 - 00:35:57

    Akhirnya, perbincangan menekankan bahawa guru yang berjiwa merdeka dan berkualiti adalah kunci untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia. Gerakan Sekolah Menyenangkan diharapkan dapat menjadi rumah pergerakan bagi guru-guru yang ingin melakukan perubahan dan membangun peradaban bangsa.

Mostrar mais

Mapa mental

Vídeo de perguntas e respostas

  • Apa tujuan dari Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM)?

    GSM bertujuan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang menyenangkan dan mendukung guru dalam menjalankan peran mereka sebagai penyelamat generasi masa depan.

  • Mengapa guru dianggap sebagai penyelamat generasi masa depan?

    Guru memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan pengetahuan siswa, yang akan mempengaruhi masa depan bangsa.

  • Apa tantangan utama yang dihadapi guru saat ini?

    Guru sering terjebak dalam rutinitas administrasi dan sistem pendidikan yang tidak mendukung, sehingga sulit untuk fokus pada pengajaran.

  • Bagaimana cara guru bisa beradaptasi dengan perubahan kurikulum?

    Guru perlu terus belajar dan berkolaborasi dengan sesama guru untuk memahami dan menerapkan kurikulum baru dengan cara yang efektif.

  • Apa yang dimaksud dengan 'rumah pergerakan' dalam konteks pendidikan?

    Rumah pergerakan adalah komunitas di mana guru dapat berkumpul, berbagi pengalaman, dan saling mendukung dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.

  • Mengapa penting bagi guru untuk melakukan introspeksi?

    Introspeksi membantu guru menyadari peran dan tanggung jawab mereka, serta mengevaluasi apakah mereka sudah menjalankan tugas mereka dengan baik.

  • Apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia?

    Fokus pada peningkatan kualitas guru dan menciptakan ekosistem pendidikan yang mendukung pembelajaran yang efektif.

  • Bagaimana teknologi dapat membantu guru dalam administrasi?

    Teknologi dapat mempermudah proses administrasi, sehingga guru dapat lebih fokus pada pengajaran.

  • Apa yang menjadi fokus utama dalam pendidikan menurut Pak Rizal?

    Fokus utama adalah pada guru sebagai kunci untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan membangun peradaban.

  • Apa harapan untuk masa depan pendidikan di Indonesia?

    Harapan untuk menciptakan generasi yang lebih baik melalui pendidikan yang berkualitas dan mendukung perkembangan karakter siswa.

Ver mais resumos de vídeos

Obtenha acesso instantâneo a resumos gratuitos de vídeos do YouTube com tecnologia de IA!
Legendas
id
Rolagem automática:
  • 00:00:00
    Kita mau menyelamatkan anak-anak, tapi
  • 00:00:02
    gimana? Gurunya sendiri harus
  • 00:00:04
    diselamatkan. Jadi guru itu untuk
  • 00:00:06
    mengejar administrasi demi karir atau
  • 00:00:09
    jadi guru itu sebenarnya penerang
  • 00:00:11
    kegelapan program baru sekalipun, tapi
  • 00:00:14
    kalau didekati dengan pendekatan lama,
  • 00:00:18
    cara-cara budaya yang lama, maka tidak
  • 00:00:21
    akan melahirkan sebuah kebaruan dan
  • 00:00:23
    gagasan genuin. Bukan kurikulum, bukan
  • 00:00:25
    kebijakan. Gurunya, gurunya. Kenapa Pak
  • 00:00:28
    Rizal kok malah ngurusi guru-guru ini?
  • 00:00:30
    Apa sih yang Bapak cari? Saya lahir kan
  • 00:00:33
    karena orang
  • 00:00:49
    tua. Halo teman-teman GSM di mana pun
  • 00:00:53
    berada. Selamat datang di Gerakan
  • 00:00:56
    Sekolah Menyenangkan. Hari ini kita
  • 00:00:58
    berada di Sekolah Alam Bukit Akasiah
  • 00:01:01
    Kabupaten Sumedang. Kita bersama dengan
  • 00:01:04
    narasumber utama kita nih di Ngaji
  • 00:01:06
    Pendidikan Gerakan Sekolah Menyenangkan,
  • 00:01:09
    Bapak Muhammad Nurizal PhD. Halo, Bapak.
  • 00:01:12
    Selamat siang, Pak. Selamat siang,
  • 00:01:14
    gimana kabarnya? Sehat, Pak.
  • 00:01:15
    Alhamdulillah. Alhamdulillah. Selamat
  • 00:01:17
    datang di Jawa Barat, ya. Iya. Kelihatan
  • 00:01:20
    fresh. Iya. Karena lingkungannya juga
  • 00:01:23
    mendukung kaget bisa sampai ke sini ya.
  • 00:01:25
    Enggak kepikiran nyampai ke Sumedang di
  • 00:01:28
    sebuah bukit yang indah, sejuk. Dan Pak
  • 00:01:31
    Rizal sadar enggak sih kita itu
  • 00:01:33
    frekuensinya kayak sama
  • 00:01:35
    ya? W warnanya kita loh kita enggak
  • 00:01:38
    janjian sebenarnya ya. Katanya wong kang
  • 00:01:40
    saleh kumpulo. Nah kita tidak mengatakan
  • 00:01:43
    saleh ya. Wong kang sefrekuensi kumpulo.
  • 00:01:46
    Enggak janjian kan Pak? Enggak janjian.
  • 00:01:48
    Oke, Teman-teman. Hari ini juga saya
  • 00:01:50
    ditemani dengan ee seorang guru
  • 00:01:53
    inspiratif dari Kabupaten Semarang,
  • 00:01:56
    pegiat KSM juga ya, Pak Muhammad Ali
  • 00:01:59
    Sadikin. Selamat siang, Pak Ali. Selamat
  • 00:02:01
    siang, Teteh. Kita sudah siap ya untuk
  • 00:02:03
    mencecar Bapak nih. Kita culik ya. Kita
  • 00:02:06
    culik dari sesi ngaji pendidikan. Iya.
  • 00:02:09
    Ayanya dari mana kan? Oh iya, aku dari
  • 00:02:12
    pegiat GSM Cirebon Raya gitu. dua-duanya
  • 00:02:17
    ini sudah melalang buat se Indonesia
  • 00:02:19
    kayaknya. Amin.
  • 00:02:21
    Ini berkat GSM, Pak. Kalau menurut saya
  • 00:02:24
    ee apa semua yang GSM ajarkan pada kita
  • 00:02:28
    ya, value-value GSM. Alhamdulillah kita
  • 00:02:31
    bisa sebarkan ke teman-teman dan
  • 00:02:33
    mudah-mudahan bisa berdampak lebih
  • 00:02:34
    banyak ya. Syukur kalau gitu. Oke, Pak,
  • 00:02:37
    kita mau nanya apa nih sama Bapak nih
  • 00:02:38
    mumpung ada di sini? Iya, mungkin kita
  • 00:02:40
    koneksikan dengan ee judul ngaji
  • 00:02:42
    pendidikan di bulan Februari ini. Heeh.
  • 00:02:45
    itu, Pak. Ee judulnya adalah guru,
  • 00:02:49
    penyelamat atau penonton generasi masa
  • 00:02:51
    depan. Iya. I kalau kita mau pikir-pikir
  • 00:02:54
    ya, Pak ya, pertanyaan itu pasti kita
  • 00:02:57
    akan jawabnya penyelamat dong. Betul.
  • 00:02:59
    Betul. Nah, kalau kita sudah tahu kita
  • 00:03:01
    akan menjadi seorang penyelamat masa
  • 00:03:02
    depan, terus kenapa isu itu dibawa oleh
  • 00:03:05
    GSM? Iya. Pertanyaan itu dibawa.
  • 00:03:08
    Kata Sokrates itu kan kita harus selalu
  • 00:03:10
    mempertanyakan diri kita terus toh.
  • 00:03:13
    Makanya apakah betul kita menganggap
  • 00:03:15
    sudah jadi penyelamat atau sekedar
  • 00:03:17
    penonton tapi pura-pura mengaku jadi
  • 00:03:20
    penyelamat? Nah, itu saya pikir ee
  • 00:03:24
    materi ini mungkin ingin mengingatkan
  • 00:03:26
    itu. Apakah betul kita sudah jadi
  • 00:03:28
    penyelamat atau sekedar penonton tapi
  • 00:03:31
    tidak memahami atau tidak menyadarinya.
  • 00:03:34
    Berarti kan kita harus tahu generasi ke
  • 00:03:37
    depan itu kebutuhannya apa. Generasi ke
  • 00:03:39
    depan itu ingin membawa bangsa kita ke
  • 00:03:42
    mana. Apalagi 2045 kita punya cita-cita
  • 00:03:47
    Indonesia emas 100 tahun dan apakah
  • 00:03:50
    potret data-data kita sudah menuju ke
  • 00:03:53
    sana atau tidak? Kalau tidak kita ada
  • 00:03:56
    upaya apa yang harus bisa kita lakukan.
  • 00:03:58
    Nah, saya pikir saya lebih mengajak
  • 00:04:01
    untuk introspeksi ke sana. Oke. Tadi
  • 00:04:04
    Bapak mengatakan introspektif ya, Pak
  • 00:04:06
    Ali ya. Introspeksi mendalam dari kaitan
  • 00:04:09
    ngaji pendidikan juga tadi.
  • 00:04:11
    Alhamdulillah banyak guru-guru yang
  • 00:04:12
    tersadar, tertampar, terbakar gitu ya.
  • 00:04:16
    Tapi mungkin bingung implementasinya di
  • 00:04:19
    sekolah tuh seperti apa agar bisa
  • 00:04:21
    menjadi penyelamat bangsa ini, Pak.
  • 00:04:25
    Kalau yang paling mudah orang yang tidak
  • 00:04:28
    tahu dan bingung itu berarti kan harus
  • 00:04:31
    pengin mencari tahu terus-menerus ya.
  • 00:04:34
    Gampangannya gitu. Nah, cara mencari
  • 00:04:37
    tahu itu ya bisa banyak hal. Bisa baca
  • 00:04:39
    buku, bisa banyak baca sejarah sehingga
  • 00:04:41
    tahu akar akar persoalan dan
  • 00:04:44
    permasalahan. termasuk baca-baca buku
  • 00:04:47
    yang bisa memprediksi tentang bumi masa
  • 00:04:50
    depan itu seperti apa, persoalan yang
  • 00:04:53
    akan kita hadapi ke depan itu gimana,
  • 00:04:56
    ada yang bilang tentang climate change,
  • 00:04:58
    global warming, krisis air, krisis
  • 00:05:00
    pangan, krisis krisis makanan, krisis
  • 00:05:04
    energi dan seterusnya. Lalu kita sebagai
  • 00:05:07
    guru itu di dalam mengajar sudah ke sana
  • 00:05:10
    atau belum?
  • 00:05:11
    Apakah kita betul-betul menyadarkan
  • 00:05:14
    anak-anak kita untuk menyiapkan
  • 00:05:16
    kemungkinan krisis yang terjadi di masa
  • 00:05:18
    depan atau belum? Itu misal, itu misal
  • 00:05:20
    ya. Atau mungkin ada krisis yang lain
  • 00:05:23
    yang sedang kita hadapi tentang
  • 00:05:25
    penggunaan teknologi di mana teknologi
  • 00:05:28
    itu sudah sedemikian pesat
  • 00:05:30
    perkembangannya. Ada artificial
  • 00:05:32
    intelligence di mana kemampuan teknologi
  • 00:05:35
    sudah menyerupai dan bahkan melebihi
  • 00:05:37
    kemampuan kecerdasan manusia. Nah, nanti
  • 00:05:40
    ke depan berarti kan akan ada benturan
  • 00:05:42
    antara peradaban antara ini manusia
  • 00:05:45
    betulan atau manusia robot. Berarti
  • 00:05:47
    kemungkinan kan yang terjadi bukan lagi
  • 00:05:50
    benturan gap kecerdasan, tapi gap
  • 00:05:52
    spiritualitas.
  • 00:05:54
    E spiritualitas tentang eksistensi kita
  • 00:05:57
    sebagai manusia itu kan akan terjadi
  • 00:05:59
    benturan. Nah, guru-guru menyadari itu
  • 00:06:01
    enggak. Seumpama kita itu menganggap
  • 00:06:04
    belum tahu. Tapi kalau kita sudah tahu,
  • 00:06:06
    pertanyaannya apa yang sudah kita
  • 00:06:09
    siapkan meskipun hanya dari ruang kelas
  • 00:06:12
    misalnya kan tidak harus ya kita itu
  • 00:06:14
    jadi penguasa atau jadi apa untuk
  • 00:06:17
    mengubah keadaan ya ubah aja kita kira
  • 00:06:20
    dari kelas tuh apa menarasikan tentang
  • 00:06:23
    apa keadaan di masa depan lalu
  • 00:06:25
    menyiapkan diri misalnya gitu.
  • 00:06:28
    Eu saya melihat kok dari jawaban tadi
  • 00:06:31
    ternyata apakah ini menjadi beban ya
  • 00:06:34
    bagi guru dalam lingkup kecil sebuah
  • 00:06:37
    ekosistem pendidikan. Tapi saya akan
  • 00:06:39
    mengangkat lebih luas ketika Pak Rizal
  • 00:06:42
    memandang konteks pendidikan itu sebagai
  • 00:06:44
    untuk membangun peradaban tadi kan
  • 00:06:45
    kebutuhan siswa ke depan macam-macam.
  • 00:06:47
    Kira-kira itu kan tidak lepas dari
  • 00:06:49
    peradaban nanti ke depan
  • 00:06:51
    seperti apa Pak Rizal memandang konteks
  • 00:06:53
    pendidikan sebagai ee salah satu unsur
  • 00:06:56
    untuk membangun peradaban ke depan?
  • 00:06:58
    Heeh. pendidikan tuh kan kata Ki Hajar
  • 00:07:01
    atau kata banyak ee fcurolog masa lalu,
  • 00:07:05
    Sokrates, Plato itu kan ee adalah proses
  • 00:07:11
    yang membuat kita sebagai manusia itu ee
  • 00:07:15
    menjadi
  • 00:07:16
    tahu untuk memahami bagaimana dunia dan
  • 00:07:19
    alam ini bekerja. lalu kemudian mencari
  • 00:07:24
    tahu untuk menemukan problem solving,
  • 00:07:27
    persoalan tentang kejadian-kejadian atau
  • 00:07:31
    permasalahan yang ada di kehidupan ini
  • 00:07:33
    dengan teknologi, dengan inovasi, dengan
  • 00:07:36
    metodologi dan sebagainya. Jadi
  • 00:07:39
    pendidikan itu kan membuat orang dari
  • 00:07:42
    tidak tahu menjadi tahu. Nah, sehingga
  • 00:07:46
    kalau kita bicara peradaban, peradaban
  • 00:07:48
    itu kan adalah proses imajinasi manusia
  • 00:07:52
    untuk
  • 00:07:53
    membentuk pola kehidupan yang
  • 00:07:55
    diinginkannya.
  • 00:07:57
    Zaman dulu mungkin kehidupannya baru
  • 00:07:59
    zaman batu atau mungkin zaman berburu.
  • 00:08:03
    Lalu kita menemukan alat pertanian kita
  • 00:08:06
    kemudian bisa menetap kemudian bisa
  • 00:08:08
    bertani. Ketika bertani berarti yang
  • 00:08:11
    tadinya cara berkehidupannya berburu
  • 00:08:14
    menjadi cara kehidupan bertani yang
  • 00:08:15
    harus menetap sehingga tata susila, hak
  • 00:08:18
    asasi dan sebagainya itu mengemuka. Lalu
  • 00:08:21
    kita menemukan teknologi listrik
  • 00:08:24
    mengakibatkan terjadi revolusi industri
  • 00:08:26
    ya. uap listrik mengakibatkan orang
  • 00:08:30
    berpindah peradabannya dari peradaban
  • 00:08:32
    agraris ke peradaban
  • 00:08:34
    industrialisasi. Berarti kan kemudian
  • 00:08:36
    terjadi perubahan skill orang-orang
  • 00:08:38
    bertani menjadi skill-nya harus bisa
  • 00:08:41
    membaca, tulis, hitung agar bisa menjadi
  • 00:08:43
    tenaga kerja di
  • 00:08:45
    industri-industri. Maka terjadi proses
  • 00:08:47
    perubahan sekolah, proses perubahan
  • 00:08:50
    kebudayaan dan sebagainya. Lalu kemudian
  • 00:08:52
    tercipta chips komputer yang membuat
  • 00:08:55
    setiap individu manusia bisa menjadi
  • 00:08:58
    kantor. Yang tadinya manusia hanya bisa
  • 00:09:01
    melakukan satu dua pekerjaan gara-gara
  • 00:09:03
    ada Microsoft, MS Office. Manusia bisa
  • 00:09:06
    membuat PowerPoint, manusia bisa membuat
  • 00:09:09
    Excel untuk menghitung, manusia bisa
  • 00:09:11
    mengetik dengan cepat dengan MSW.
  • 00:09:13
    Manusia bahkan bisa membuat video dengan
  • 00:09:15
    lebih mudah sehingga manusia menjadi
  • 00:09:17
    makhluk yang lebih berdaya dari
  • 00:09:19
    sebelumnya. I. Jadi satu individu
  • 00:09:21
    manusia itu seolah-olah seperti 10
  • 00:09:24
    individu manusia di zaman lama gara-gara
  • 00:09:27
    ada chips komputer. Lalu sekarang ada
  • 00:09:29
    artificial intelligence. manusia
  • 00:09:31
    membangun peradaban di mana AI ini kalau
  • 00:09:34
    kawin dengan bioengineering, kawin
  • 00:09:37
    dengan biologis itu bisa merekayasa DNA
  • 00:09:39
    genetik manusia sehingga manusia bisa
  • 00:09:42
    mereproduksi dan meregenerasi sel
  • 00:09:45
    sehingga sel itu tidak pernah rusak
  • 00:09:46
    sehingga manusia kemungkinan akan hidup
  • 00:09:49
    berumur panjang mungkin 200 tahun 300
  • 00:09:51
    tahun sehingga peradaban berubah lagi
  • 00:09:54
    sehingga persoalan yang terjadi juga
  • 00:09:56
    berubah lagi. Nah, sehingga alat apa
  • 00:09:59
    yang paling mungkin untuk memahami dunia
  • 00:10:01
    ini bekerja? Satu-satunya adalah
  • 00:10:03
    pendidikan. Pendidikan menurut saya.
  • 00:10:06
    Oke, Pak. Menarik sekali. Kita bisa
  • 00:10:09
    lebih dalam nih ya. Eh, aku nih ee tadi
  • 00:10:13
    ini paradoks banget nih, Pak. Iya. tadi
  • 00:10:16
    Bapak mengatakan peradaban itu kan terus
  • 00:10:18
    berkembang, berubah di zaman yang serba
  • 00:10:21
    canggih, teknologi yang semakin maju
  • 00:10:23
    saat ini. Bapak sampaikan tadi ee apa
  • 00:10:27
    namanya gambarannya gitu. Tapi tadi
  • 00:10:29
    ketika diaji pendidikan ada seorang guru
  • 00:10:32
    bertanya kan, "Pak, iya kita mau
  • 00:10:35
    menyelamatkan anak-anak tapi gimana?
  • 00:10:37
    Gurunya sendiri harus diselamatkan
  • 00:10:39
    gitu." Iya. I gurunya sendiri tersandra
  • 00:10:42
    gitu, Pak. oleh belenggu administrasi
  • 00:10:45
    lah, oleh belenggu rutinitas lah. Kes
  • 00:10:49
    kayak gimana nih, Pak, memandang
  • 00:10:50
    paradoks di lapangan seperti
  • 00:10:53
    ini? Ya, enggak mudah ya ini.
  • 00:10:57
    Tapi ee
  • 00:11:00
    gini, sebenarnya persoalan administrasi
  • 00:11:03
    itu kan bisa diselesaikan juga dengan
  • 00:11:05
    administrasi ya. Ya. Dan saya pikir ada
  • 00:11:08
    banyak alat teknologi yang bisa membantu
  • 00:11:10
    guru untuk mempermudah menyelesaikan
  • 00:11:14
    administrasi. Bahkan kita juga mengenal
  • 00:11:16
    kan budaya copy paste antara teman satu
  • 00:11:19
    dengan teman yang lain. Jadi sebenarnya
  • 00:11:23
    persoalan administrasi itu bukan
  • 00:11:24
    persoalan yang sulit sebenarnya. Oke.
  • 00:11:27
    Tapi yang sulit itu mental terjajah
  • 00:11:29
    untuk lepas dari ketergantungan pikiran
  • 00:11:32
    lama. Oke. Yang
  • 00:11:34
    sebenarnya persoalan yang kita hadapi
  • 00:11:37
    ini pikiran lama yang sudah menjadi
  • 00:11:39
    dogma yang dipercayai dan kalau kita
  • 00:11:43
    tidak melakukan itu seolah-olah
  • 00:11:45
    melanggar dan dosa. Padahal peradaban
  • 00:11:48
    dan kebudayaan ini berubah. Maka
  • 00:11:50
    proses-proses administrasi dan proses
  • 00:11:54
    itu pun juga bisa berubah. Nah, cuma
  • 00:11:57
    kita mau mengubah pikiran lama kita yang
  • 00:11:59
    sulit. Nah, sehingga yang kita lakukan
  • 00:12:02
    di GSM adalah mengembalikan the first
  • 00:12:05
    principle thinking itu apa? Jadi guru.
  • 00:12:09
    Jadi guru itu untuk mengejar
  • 00:12:11
    administrasi demi karir atau jadi guru
  • 00:12:14
    itu
  • 00:12:15
    sebenarnya jadi penerang kegelapan? Ya,
  • 00:12:19
    gu itu kan penerang, ru itu eh ee
  • 00:12:22
    pemusnah ya. Gu itu ru itu kegelapan.
  • 00:12:24
    Jadi pemusnah kegelapan dari anak yang
  • 00:12:27
    tidak tahu menjadi tahu. Nah, kalau kita
  • 00:12:30
    sibuk ngurus administrasi walaupun itu
  • 00:12:32
    tidak salah lalu kita lupa untuk
  • 00:12:34
    mengajar murid, apakah itu makna guru
  • 00:12:37
    yang sebenarnya? Oke. Jadi, GSM itu
  • 00:12:40
    selalu ingin mengembalikan kepada
  • 00:12:43
    individu guru itu. Jadi, orientasi
  • 00:12:45
    hidupmu tuh apa ketika jadi guru? Apakah
  • 00:12:48
    kamu sudah mencapai tujuan mulia hidupmu
  • 00:12:51
    sebagai guru atau sekedar menggugurkan
  • 00:12:53
    kewajiban? Sebenarnya itu dulu yang yang
  • 00:12:56
    diajak untuk merenung guru-guru itu.
  • 00:12:59
    Kalau itu sudah menancap di
  • 00:13:02
    sanubari, kami meyakini guru itu akan
  • 00:13:05
    bisa menemukan jalannya sendiri. He.
  • 00:13:08
    Ketika ini kan sudah ke guru nih ya tadi
  • 00:13:10
    e globalnya pendidikan. Ternyata peran
  • 00:13:13
    guru itu ketika pendidikan tadi
  • 00:13:15
    dihubungkan dengan kebudayaan
  • 00:13:16
    sangat-sangat penting sekali bahwa
  • 00:13:18
    pendidikan itu bisa membangun kebudayaan
  • 00:13:20
    ee peradaban bangsa kini. Berarti kalau
  • 00:13:23
    di dalamnya itu ada guru nih lah peran
  • 00:13:26
    guru berarti kan sangat krusial Pak ke
  • 00:13:29
    mana bangsa Indonesia ini seperti apa
  • 00:13:31
    bangsa yang yang gotong-royong yang
  • 00:13:33
    keluarga itu bangsa seperti apa ini ada
  • 00:13:35
    pada tangan tangan guru termasuk saya
  • 00:13:37
    gini lah membangun kesadaran itu gitu
  • 00:13:39
    loh tidak hanya sekedar mekanistik ee
  • 00:13:42
    apa yang menjadi tugasnya tapi melampaui
  • 00:13:44
    itu saya itu akan membangun peradaban
  • 00:13:46
    bangsa ini. Gimana, Pak? Kalau dari dari
  • 00:13:48
    Pak Rizal, kata filsuf, kacamata itu
  • 00:13:52
    akan tampak jadi kacamata kalau berjarak
  • 00:13:55
    dengan
  • 00:13:56
    mata. Kalau kacamata itu menempel tepat
  • 00:13:59
    di mata, tidak tampak itu
  • 00:14:02
    kacamata. Tapi begitu ada jarak sedikit
  • 00:14:04
    saja dari kacamata, maka itu adalah
  • 00:14:07
    kacamata yang bisa jadi alat bantu bagi
  • 00:14:09
    kita yang membutuhkan. Berarti apa?
  • 00:14:12
    Kalau guru sudah terjebak pada sistem
  • 00:14:14
    rutinitas seperti itu, maka agar bisa
  • 00:14:17
    menyadari harus berjarak dengan
  • 00:14:19
    ekosistem yang lama. Hm. Berjarak dengan
  • 00:14:24
    membuat jarak agar bisa sempat merenungi
  • 00:14:28
    dan memahami apakah aku sudah
  • 00:14:30
    benar-benar menjalankan tugas mulia
  • 00:14:33
    sebagai guru.
  • 00:14:35
    Selalu melakukan selalu melakukan
  • 00:14:37
    perubahan.
  • 00:14:38
    GSM itu mudah-mudahan kita harapkan
  • 00:14:42
    hadir untuk menjadi rumah pergerakan
  • 00:14:45
    bagi guru-guru yang gelisah dan kemudian
  • 00:14:48
    punya jarak terhadap keadaan yang ada di
  • 00:14:51
    dekatnya. Karena kalau kita enggak
  • 00:14:53
    berjarak, kita tidak tahu apakah kita
  • 00:14:55
    itu benar atau salah. Maka kita
  • 00:14:57
    berjarak. Makanya coba dilihat para
  • 00:14:59
    pendobrak itu selalu pergi dari luar
  • 00:15:02
    negeri kemudian balik kembali lalu dia
  • 00:15:05
    membangun peradaban atau membangun
  • 00:15:06
    dobrakan pemikiran pasti tuh Tan Malaka
  • 00:15:10
    apa
  • 00:15:12
    ee Agus Salim Ci Hajar Dewantoro, Sosro
  • 00:15:17
    Kartono hampir semua selalu pernah
  • 00:15:21
    berjarak dengan negerinya lalu kemudian
  • 00:15:23
    kembali ke negerinya untuk membangun
  • 00:15:25
    negerinya dengan caranya masing-masing.
  • 00:15:27
    ya kita tidak bicara benar salah atau
  • 00:15:30
    ini terlarang atau tidak. Saya tidak
  • 00:15:32
    masuk ke dalam jebakan politik seperti
  • 00:15:34
    itu. Tapi selalu berjarak. Maka guru itu
  • 00:15:38
    untuk menemukan kemuliaan dirinya harus
  • 00:15:41
    berjarak dengan keadaan. Cara
  • 00:15:44
    berjaraknya ya berkumpul dengan
  • 00:15:46
    orang-orang yang punya kegelisahan dan
  • 00:15:48
    frekuensi. Nah, kalau menemukan di
  • 00:15:51
    komunitas A silakan di komunitas A
  • 00:15:53
    enggak apa-apa. Lakukan itu terus. di
  • 00:15:55
    komunitas B juga lakukan itu terus. Nah,
  • 00:15:58
    makanya GSM itu menawarkan alternatif.
  • 00:16:01
    Mudah-mudahan itu bisa menjadi komunitas
  • 00:16:04
    yang bisa menciptakan jarak. Ketika
  • 00:16:07
    jarak itu terjadi, lalu guru bisa
  • 00:16:10
    meneropong dari luar atau dari setengah
  • 00:16:13
    luar. Lalu dia menemukan, "Oh, aku
  • 00:16:16
    kurang ini. Aku harusnya begitu."
  • 00:16:18
    Menarik tadi ada ada dua nih yang yang
  • 00:16:19
    harus kita perdalam. ada rumah
  • 00:16:21
    pergerakan dan yang satunya saya masih
  • 00:16:23
    pengin penasaran dengan guru tadi gitu
  • 00:16:24
    loh. Ketika pemerintah juga sudah banyak
  • 00:16:27
    melakukan ee apa namanya intervensi ee
  • 00:16:31
    menyelesaikan permasalahan melalui guru
  • 00:16:34
    pelatihan-pelatihan bahkan bermodalkan
  • 00:16:36
    anggaran besar besar gitu loh. Tapi
  • 00:16:38
    ternyata kita juga melihat teman-teman
  • 00:16:40
    yang masuk di dalamnya itu ternyata tadi
  • 00:16:43
    masih masih merasa e tidak mampu atau
  • 00:16:47
    kurang mampu atau bahkan sekarang
  • 00:16:48
    menjadi pasif aja gitu. Ee itu apa yang
  • 00:16:51
    salah, Pak Rizal?
  • 00:16:54
    Ada
  • 00:16:55
    teori
  • 00:16:57
    ee prismatik, masyarakat prismatik saya
  • 00:17:00
    lupa W Rick namanya eh penelitinya itu
  • 00:17:04
    mengatakan terkadang masyarakat e
  • 00:17:07
    berkembang itu akan terjebak pada
  • 00:17:09
    masyarakat prismatik. Apa itu masyarakat
  • 00:17:11
    prismatik? Ketika ada sinar, satu sinar
  • 00:17:14
    di prisma yang baik, dia akan di ee
  • 00:17:16
    pendarkan menjadi banyak sinar. Satu
  • 00:17:18
    sinar itu mencerminkan masyarakat
  • 00:17:21
    tradisional. Banyak sinar itu
  • 00:17:23
    mencerminkan masyarakat modern. Jadi
  • 00:17:26
    prisma itu karena punya kejernihan ya
  • 00:17:30
    itu bisa memendarkan satu sinar menjadi
  • 00:17:32
    banyak cahaya. Nah, masalahnya di negara
  • 00:17:36
    berkembang prisma itu keruh terkadang
  • 00:17:40
    sehingga prismanya keruh. ekosistem
  • 00:17:42
    sistem di situ kerus sehingga dia tidak
  • 00:17:44
    bisa memendarkan satu sinar itu menjadi
  • 00:17:47
    banyak sinar yang melambangkan
  • 00:17:48
    modernitas. Heeh. Apa maksud keruh itu?
  • 00:17:51
    Keruh itu adalah keruh pikiran dan cara
  • 00:17:53
    pandang. Artinya apa?
  • 00:17:56
    program baru sekalipun, intervensi
  • 00:17:59
    modern sekalipun, tapi kalau didekati
  • 00:18:03
    dengan pendekatan lama, cara-cara budaya
  • 00:18:06
    yang lama, maka tidak akan melahirkan
  • 00:18:08
    sebuah kebaruan dan gagasan genuin. Yang
  • 00:18:11
    lahir hanya rutinitas dan formalitas.
  • 00:18:14
    Meskipun dasar filosofisnya bagus, iya
  • 00:18:17
    bisa saja dia tidak pakai dasar
  • 00:18:18
    filosofis. Dia hanya pakai tujuan saja
  • 00:18:21
    yang orientasinya memang untuk program.
  • 00:18:24
    Jadi pendekatannya programatik bukan
  • 00:18:26
    pendekatannya adalah demokratisasi
  • 00:18:28
    gagasan dan ide melalui intervensi. Itu
  • 00:18:31
    berkeberlanjutan terus. berlanjutan
  • 00:18:33
    terus yang itu sebenarnya pemantik saja
  • 00:18:36
    dan itu kemudian akan bisa melahirkan
  • 00:18:37
    gagasan-gagasan baru dan
  • 00:18:39
    mendemokratisasi dalam sistem demokrasi
  • 00:18:42
    yang baru itu tampaknya di kita
  • 00:18:45
    sepertinya banyak peneliti yang
  • 00:18:47
    mengatakan belum terjadi. Saya tidak
  • 00:18:50
    mengatakan tidak, karena kita kan harus
  • 00:18:52
    berupaya untuk bisa terjadi, belum
  • 00:18:55
    terjadi sehingga anggaran kita besar ya
  • 00:18:58
    kita kan kalau enggak salah sekarang
  • 00:18:59
    600700 triliun anggaran pendidikan
  • 00:19:01
    meskipun tidak semuanya dikandut ya.
  • 00:19:04
    Saya enggak tahu pemangkasan anggaran
  • 00:19:05
    ini berapa. Teman-teman saya yang di
  • 00:19:08
    kampus itu mengatakan efisiensi untuk
  • 00:19:10
    perguruan tinggi katanya sekitar 22
  • 00:19:12
    triliun kepotong persisnya. Saya enggak
  • 00:19:14
    tahu ya di Kendigbut berapa. Sehingga
  • 00:19:16
    ini yang dikhawatirkan teman-teman,
  • 00:19:18
    apakah nanti berdampak pada aktivitas
  • 00:19:20
    riset dan sebagainya. Lalu saya bilang
  • 00:19:22
    ke teman saya, "Untuk apa anggaran besar
  • 00:19:24
    kalau orientasinya salah? Untuk apa
  • 00:19:26
    anggaran besar kalau sasarannya salah?"
  • 00:19:29
    untuk apa juga anggaran besar kalau cara
  • 00:19:32
    mengerjakannya tidak dengan cara pikir
  • 00:19:34
    yang baru. Nah, sehingga menurut saya
  • 00:19:37
    sekarang persoalannya adalah di
  • 00:19:39
    membangun cara pikir baru. Oke. Nah,
  • 00:19:41
    pendidikan menurut saya adalah senjata
  • 00:19:44
    paling ampuh untuk menciptakan cara
  • 00:19:45
    pikir baru. Apakah ini sejalan dengan
  • 00:19:48
    tadi yang disampaikan oleh Bapak ketika
  • 00:19:50
    ngaji pendidikan? Eh, Bapak tuh kan
  • 00:19:52
    sampaikan pemikiran dan perjuangan dari
  • 00:19:55
    tiga tokoh e tadi Tanaka Diponegoro dan
  • 00:19:58
    Kartini bahwa perjuangan mereka sampai
  • 00:20:01
    dikenang banyak orang sampai hari ini
  • 00:20:03
    itu bergerak berdasarkan keresahan.
  • 00:20:06
    Betul apa yang terjadi di sekeliling
  • 00:20:08
    mereka. Tiga orang tadi yang sampaikan.
  • 00:20:10
    Kemudian respek terhadap diri sendiri.
  • 00:20:13
    dia tidak mau menjatuhkan orang lain,
  • 00:20:16
    tidak mau dijatuhkan, tidak mau dia
  • 00:20:18
    diinjak, tapi juga dia tidak mau
  • 00:20:20
    menginjak orang. Apakah pemikiran Bapak
  • 00:20:22
    itu mengajak guru-guru itu ke sana
  • 00:20:25
    sesuai dengan fenomena yang tadi Bapak
  • 00:20:27
    sampaikan ee di bangsa kita? Iya. Iya.
  • 00:20:31
    Karena orang merdeka enggak perlu
  • 00:20:32
    merdeka dengan menginjak orang lain. Itu
  • 00:20:35
    kolonialis merdeka dengan menginjak
  • 00:20:37
    orang lain. Itu namanya orang merdeka
  • 00:20:39
    dia tidak butuh orang lain, tapi dia mau
  • 00:20:41
    bekerja sama dengan orang lain. Nah,
  • 00:20:44
    konteks menginjaknya gimana, Pak? Kalau
  • 00:20:46
    dia menciptakan sistem yang justru malah
  • 00:20:50
    mengekang orang lain. Misalnya banyak
  • 00:20:53
    guru yang terkekang dengan sistem, kan?
  • 00:20:55
    Banyak kata katanya guru-guru sendiri
  • 00:20:57
    merasa terkekang. Berarti kalau kita
  • 00:20:59
    sebagai pemimpin kan harus merenung,
  • 00:21:01
    berarti sistem apa yang membuat agar
  • 00:21:03
    guru-guru ini tidak terketang? Itu dulu
  • 00:21:05
    kan juga diselesaikan mestinya tidak
  • 00:21:07
    sekedar hanya ganti kurikulum.
  • 00:21:09
    Jangan-jangan kalau ganti kurikulum
  • 00:21:10
    malah membuat guru-guru itu kebingungan
  • 00:21:13
    karena 5 tahun sebelumnya itu baru
  • 00:21:15
    adaptasi kemudian harus menerima
  • 00:21:17
    kurikulum baru sehingga guru kemudian
  • 00:21:19
    tidak tahu dan ke mana-mana blingsatan
  • 00:21:23
    enggak karuan. Nah, sehingga yang tidak
  • 00:21:25
    mengekang itu berarti oh berarti
  • 00:21:26
    jangan-jangan bukan kurikulumnya yang
  • 00:21:28
    harusnya kuganti ya. Jangan-jangan
  • 00:21:30
    sistem administrasinya dulu yang
  • 00:21:32
    kuganti. Bagaimana guru itu punya
  • 00:21:35
    keringanan di dalam menjalankan
  • 00:21:37
    administrasi. Tapi jangan berhenti
  • 00:21:38
    keringanan karena jangan-jangan guru itu
  • 00:21:41
    malas kalau hanya ringan saja. Berarti
  • 00:21:43
    kan harus menciptakan ekosistem apa yang
  • 00:21:45
    membuat guru itu jadi cinta belajar dan
  • 00:21:48
    mengajar. berarti tidak berhenti hanya
  • 00:21:50
    meringankan administrasi, tidak hanya
  • 00:21:53
    berhenti untuk tidak menuntut, tetapi
  • 00:21:56
    menciptakan ekosistem yang membuat guru
  • 00:21:59
    itu terus mau belajar dan cinta belajar.
  • 00:22:02
    Berarti kalau begitu ekosistem apa?
  • 00:22:04
    Ekosistem yang membuat orang itu cinta
  • 00:22:06
    berarti kan ekosistem yang membuat guru
  • 00:22:08
    itu menemukan dirinya dan sebagainya.
  • 00:22:11
    Caranya gimana? ketika belajar dari
  • 00:22:13
    sejarah itu tidak belajar dari materi
  • 00:22:15
    sejarah, tapi sebenarnya mengajak
  • 00:22:17
    guru-guru itu untuk menemukan akar
  • 00:22:20
    persoalan yang diperjuangkan oleh para
  • 00:22:22
    tokoh itu. Akar persoalannya apa?
  • 00:22:25
    berarti kita bisa belajar dari akar
  • 00:22:27
    persoalannya untuk diselesaikan hari ini
  • 00:22:28
    dengan cara hari ini. Kalau misalnya
  • 00:22:31
    Kartini akar persoalannya adalah
  • 00:22:32
    feodalisme,
  • 00:22:35
    patriarkisme yang ditanamkan oleh
  • 00:22:37
    Belanda dan bangsawan-bangsawan yang
  • 00:22:39
    mendukung kolonial pada saat itu, maka
  • 00:22:42
    jangan-jangan agar bisa kayak Kartini,
  • 00:22:44
    guru-guru yang terus mau membaca dan
  • 00:22:46
    kritis tetapi tidak harus menjatuhkan
  • 00:22:48
    orang lain, ya itu berarti membongkar
  • 00:22:51
    akar
  • 00:22:52
    feodalisme. berarti membongkar akar
  • 00:22:55
    sistem yang
  • 00:22:57
    menindas. Caranya gimana ya agar mudah?
  • 00:23:00
    Oh, enggak mungkin aku sendirian.
  • 00:23:02
    berarti harus kolaborasi dengan
  • 00:23:03
    kementerian lain, kolaborasi dengan
  • 00:23:06
    dinasinas yang lain, kolaborasi dengan
  • 00:23:08
    pemerintah daerah yang lain, atau
  • 00:23:10
    mungkin kolaborasi dengan civil society
  • 00:23:12
    yang sedang bergerak untuk
  • 00:23:14
    memperjuangkan itu. Tapi gini, Pali, aku
  • 00:23:18
    punya keresahan juga nih. kita
  • 00:23:21
    berganti-ganti kurikulum. Kemudian
  • 00:23:23
    kebijakan pemerintah sudah banyak
  • 00:23:25
    berganti-ganti demi untuk katanya
  • 00:23:27
    kesejahteraan guru, kemudian peningkatan
  • 00:23:30
    profesionalisme guru di lapangan gitu.
  • 00:23:33
    Nyatanya, Pak, itu tidak berdampak
  • 00:23:35
    banyak di lapangan untuk ee signifikan
  • 00:23:38
    melakukan perubahan pendidikan gitu loh,
  • 00:23:40
    Pak. ini sebenarnya guru-guru kita di
  • 00:23:43
    bawah ini kekurang siapan mereka
  • 00:23:45
    menerima kebijakan ataukah memang sistem
  • 00:23:48
    di kebijakan itu yang memang ee tidak
  • 00:23:52
    tepat sasaran gitu atau kurang dalam ee
  • 00:23:56
    membuat apa namanya kebijakan itu
  • 00:23:58
    regulasinya itu kayak enggak tepat gitu
  • 00:24:01
    gimana gitu. Ada yang mengatakan banyak
  • 00:24:03
    ada gap antara implementasi dan
  • 00:24:05
    kebijakan memang jadi kebijakannya
  • 00:24:08
    maksudnya A tapi implementasinya tidak.
  • 00:24:11
    misalnya kurikulum 2013 yang sebenarnya
  • 00:24:14
    tematik saintifik untuk membangun budaya
  • 00:24:16
    sains tidak lagi berbasis mata pelajaran
  • 00:24:19
    tapi basisnya tema yang didekati dengan
  • 00:24:22
    multidisiplin ilmu karena gurunya cara
  • 00:24:24
    pikirnya lama budayanya lama dan
  • 00:24:27
    pelatihannya tidak membentuk
  • 00:24:30
    multilateral thinking itu guru
  • 00:24:32
    mendekatinya dengan
  • 00:24:35
    cara lama akhirnya yang dipelajari tetap
  • 00:24:38
    bukan temanya tapi temanya dibag di
  • 00:24:40
    beberapa mata pelajaran. Akhirnya setiap
  • 00:24:42
    mata pelajaran diajarkan diajarkan
  • 00:24:45
    ulangan ujian di setiap mata pelajaran.
  • 00:24:47
    Dampaknya bukannya membangun budaya
  • 00:24:49
    ilmia tapi memberatkan. Memberatkan.
  • 00:24:51
    Karena satu ulangan ujian satu tema itu
  • 00:24:54
    bisa terdiri dari lima mata pelajaran.
  • 00:24:56
    Jadi anak-anak dan guru harus mengajar
  • 00:24:58
    menguji lima itu jadi lebih berat.
  • 00:25:01
    kebijakannya indah mungkin, tetapi
  • 00:25:05
    pelaksanaannya tidak sama karena ada gap
  • 00:25:08
    di situ. Ada gap dan gap itu lahir dari
  • 00:25:11
    apa? Manusianya, SDM-nya. Kalau
  • 00:25:14
    manusianya SDM-nya ini artinya dari
  • 00:25:16
    segala carutmarut atau permasalahan
  • 00:25:19
    pendidikan di Indonesia ini kalau
  • 00:25:20
    menurut Pak Risal atau GSM ini yang
  • 00:25:22
    paling mendasar yang harus diperbaiki
  • 00:25:23
    itu apa? Gurunya. Gurunya bukan
  • 00:25:25
    kurikulum, bukan kebijakan. Gurunya.
  • 00:25:28
    Gurunya.
  • 00:25:29
    Guru yang berjiwa merdeka, dia akan
  • 00:25:32
    meningkatkan kualitas dirinya sendiri
  • 00:25:35
    dan dia akan punya martabat untuk
  • 00:25:37
    memberi dampak bagi banyak orang. Dan
  • 00:25:39
    dia sadar agar bisa memberi dampak maka
  • 00:25:41
    kualitas dirinya harus meningkat maka
  • 00:25:43
    dia akan belajar sendiri. Maka ketika
  • 00:25:45
    ekosistem itu benar-benar dijalankan
  • 00:25:47
    oleh pemerintah, negara siapapun itu ya
  • 00:25:51
    pemerintahnya, guru itu akan bisa
  • 00:25:54
    mencari itu sendiri. Dan kalau ini
  • 00:25:57
    terjadi kurikulum apapun enggak masalah
  • 00:26:00
    karena gurunya aja enggak akan ada
  • 00:26:03
    kebingungan karena sang kurikulum itu
  • 00:26:05
    adalah gurunya itu dan ini saya pernah
  • 00:26:08
    ketemu sama Duta besar Indonesia dan
  • 00:26:10
    Vietnam waktu di Swedia saya mewakili
  • 00:26:13
    UGM saya lupa tahun berapa kalau enggak
  • 00:26:15
    salah sebelum COVID ya 2018 sekali saya
  • 00:26:19
    tanya itu dua duta besar itu di acara
  • 00:26:22
    kenapa kok pisanya Vietnam sama pisanya
  • 00:26:25
    nya Indonesia lebih tinggi Vietnam
  • 00:26:28
    sekarang ee karena padahal kan Vietnam
  • 00:26:30
    baru ikut yang Indonesia ee bilangnya
  • 00:26:34
    sudah buat kurikulum baru, sudah buat
  • 00:26:37
    model pelatihan guru yang baru,
  • 00:26:39
    menyampaikan itu. Saya enggak nanya lagi
  • 00:26:42
    karena oh ya berarti ya sudahlah tahunya
  • 00:26:45
    di situ. Yang Vietnam enggak kami
  • 00:26:47
    membuat perubahan program baru tapi yang
  • 00:26:50
    paling penting gurunya. Gurunya kenapa?
  • 00:26:52
    Karena sebagus apapun program itu kalau
  • 00:26:54
    tidak dijalankan oleh kualitas manusia
  • 00:26:56
    yang baik percuma maka kami fokus
  • 00:27:00
    empasiz pada guru karena kata dia guru
  • 00:27:03
    yang baik mengajar setahun ada yang
  • 00:27:05
    banyak bilang itu bagaikan 2 tahun tapi
  • 00:27:09
    guru yang tidak baik mengajar setahun
  • 00:27:10
    bagaikan setengah tahun dan itu terjawab
  • 00:27:15
    oleh kualitas visa kita di mana lulusan
  • 00:27:18
    S1 di Jakarta menurut TIA ini ya lembaga
  • 00:27:21
    Ois OD kemampuan literasinya di bawah
  • 00:27:24
    rata-rata literasi lulusan SMP di OACD.
  • 00:27:29
    OAECD itu negara-negara maju rarata. Ada
  • 00:27:32
    Australia, ada Eropa, Finlandia, ada
  • 00:27:35
    Swedia, Denmark dan sebagainya. Kalau
  • 00:27:38
    anak SMP itu berarti usia berapa? 7 8 9
  • 00:27:42
    kuliah itu berarti usia berapa? 4 ee
  • 00:27:45
    berapa tahun? 13 14 15 ya. ee
  • 00:27:49
    17. Iya. Berarti kan 78 * 2 kan 16 ya
  • 00:27:53
    berarti. Betul. Kemampuan guru yang
  • 00:27:55
    tidak baik ngajar setahun bagaikan
  • 00:27:57
    setengah tahun. Jadi sudah ngajar lulus
  • 00:28:00
    S1 berarti kan sudah berapa? 12 tahun
  • 00:28:02
    plus 4 tahun lah ya. 16 tahun lulusan S1
  • 00:28:06
    kan 16 tahun berarti lulusan SMP berarti
  • 00:28:08
    kan 9 tahun berarti. Betul separuhnya
  • 00:28:11
    separuhnya terkonfirmasi. Sekarang kalau
  • 00:28:13
    saya hubungkan nih dengan rumah
  • 00:28:16
    pergerakan tadi, gerakan komunitas
  • 00:28:18
    gerakan menyenangkan yang di mana di
  • 00:28:20
    dalamnya ada guru-guru untuk saling
  • 00:28:22
    belajar, saling berdinamika, saling
  • 00:28:24
    berbagi, saling menguatkan dan lainnya.
  • 00:28:26
    Pak Rizal menyebutnya sebagai rumah
  • 00:28:28
    pergerakan. Apa yang mendasari itu, Pak?
  • 00:28:34
    Kan guru ini kan bagi yang resah ya dan
  • 00:28:36
    mau bergerak melakukan perubahannya
  • 00:28:38
    sendiri kan
  • 00:28:39
    butuh wadah ya, tempat ya. tempat untuk
  • 00:28:43
    memulai dan kembali. Dan rumah itu kan
  • 00:28:46
    adalah tempat kita memulai aktivitas dan
  • 00:28:49
    kembali setelah beraktivitas. Sehingga
  • 00:28:52
    di rumah berarti kita ada kenyamanan, di
  • 00:28:54
    rumah ada ketenangan, kedamaian, tapi di
  • 00:28:57
    rumahlah kita memulai berimajinasi dan
  • 00:29:00
    memiliki harapan. Masa depan rumah yang
  • 00:29:02
    baik akan menciptakan harapan-harapan
  • 00:29:04
    baru bagi anak-anaknya dan keluarganya
  • 00:29:07
    itu sendiri. Nah, sehingga kalau GSM itu
  • 00:29:10
    jadi rumah pergerakan, harapan kita
  • 00:29:12
    mereka berani untuk memulai sesuatu
  • 00:29:16
    dengan mimpi dan harapannya dan memulai
  • 00:29:18
    dan kemudian tidak berakhir ya, tetapi
  • 00:29:20
    kadang kembali kalau capek dan jenuh dan
  • 00:29:23
    kemudian apa ee terrec energinya di
  • 00:29:28
    rumah sebagai perusahaan yang untuk
  • 00:29:29
    istirahat lalu rear kembali untuk
  • 00:29:31
    melakukan perubahannya. Karena apa?
  • 00:29:34
    untuk berjalan jauh ini butuh banyak
  • 00:29:37
    orang. Kalau mau menang-menangan jalan
  • 00:29:40
    sendirian. Tapi kan hanya seusia lomba
  • 00:29:42
    saja.
  • 00:29:44
    Lomba tuh usianya kalau pas lomba ya
  • 00:29:46
    begitu dia harus maraton dia cepat mati
  • 00:29:49
    dia. Suara iya prestasi. Iya lari cepat
  • 00:29:54
    bisa itu untuk lomba-lomba dan
  • 00:29:56
    sebagainya. Tapi kalau kita ingin
  • 00:29:57
    membangun peradaban kan butuh lama
  • 00:29:59
    maraton. Coba aja lari cepat-cepat di
  • 00:30:01
    maraton mati. Tapi Bapak seberapa yakin
  • 00:30:03
    dengan rumah pergerakan ini bisa
  • 00:30:05
    berdampak lagi guru-guru? Kalau kita
  • 00:30:06
    bertauhid kita harus selalu
  • 00:30:09
    yakin yakin gitu ya. Oke. Kayaknya ini
  • 00:30:13
    ya seru kalau mau ngob ngobrol sama Pak
  • 00:30:15
    Rizal itu enggak enggak apa selalu
  • 00:30:17
    kebiasaan di GSM itu enggak tahu waktu g
  • 00:30:19
    loh bahkan malam ini ngomong-ngomong Pak
  • 00:30:21
    Rizal dari sekian obrolan tadi dan saya
  • 00:30:24
    mengenal Pak Rizal ee selama ini Pak
  • 00:30:26
    Rizal itu seorang dosen gitu ya. I kalau
  • 00:30:29
    melihat dosen-dosen lain itu kok
  • 00:30:31
    mengejar apa ya, mengejar pangkat,
  • 00:30:33
    mengajar ee bahkan gelar profesor atau
  • 00:30:36
    apapun dengan menulis dengan ee
  • 00:30:39
    literasi-literasi yang apa
  • 00:30:41
    penelitian-penelitian gitu. Kenapa Pak
  • 00:30:43
    Rizal kok malah ngurusi guru-guru ini
  • 00:30:46
    ya? Meskipun Pak Rizal juga guru gitu.
  • 00:30:48
    Kenapa jauh ya sampai ke
  • 00:30:50
    Kalimantan-posok gitu ya?
  • 00:30:53
    menginspirasi banyak orang tuh gimana,
  • 00:30:55
    Pak? Apa yang Bapak apa sih yang Bapak
  • 00:30:58
    cari? Wah, ini di rumah. Iya. Enak
  • 00:31:01
    meroyek ya uang gitu. Teman-teman saya
  • 00:31:05
    lebih kaya dari saya meroyek sana sini
  • 00:31:07
    kan. Apalagi sekarang AI itu kan
  • 00:31:09
    berkembang luas ya. Jadi banyak dosen AI
  • 00:31:12
    dan saya kan dosen AI itu kan
  • 00:31:14
    berkembang. Tapi gini ya, saya lahir kan
  • 00:31:17
    karena orang
  • 00:31:19
    tua. Nah, maaf, maaf karena saya kedua
  • 00:31:21
    orang tua saya sudah
  • 00:31:23
    tiada. Saya itu punya prinsip ee dari
  • 00:31:27
    keluarga pesantren. Walaupun saya enggak
  • 00:31:30
    nyantri karena dibawa orang tua saya ke
  • 00:31:32
    Jogja sejak kecil, jadi enggak sempat
  • 00:31:34
    nyantri.
  • 00:31:35
    Saya itu disuruh untuk takut dan taat
  • 00:31:38
    sama orang tua.
  • 00:31:41
    Nah, sori. Orang tua saya itu sering
  • 00:31:45
    berpesan ee tirulah kakekmu walaupun
  • 00:31:47
    enggak bisa jadi
  • 00:31:49
    kiai. Apa orang yang selalu menyebarkan
  • 00:31:52
    ilmunya? Dan bapak saya itu selalu
  • 00:31:54
    bolak-balik itu ya ngomong ke saya,
  • 00:31:58
    "Sori sor
  • 00:32:00
    enggak bangga anaknya jadi siapat
  • 00:32:04
    punya jabatan, punya punya perayaan
  • 00:32:08
    enggak bangga saya saya menemankan
  • 00:32:11
    bangga kalau anaknya itu dari mimpi
  • 00:32:14
    kalau membangga minginya kepada banyak
  • 00:32:16
    orang saya terus
  • 00:32:19
    mikir kebetulan ilmu tentang pengalaman
  • 00:32:22
    anak-anak yang luar biasa dahsyat
  • 00:32:25
    sekolah di Austral
  • 00:32:27
    dan tidak hanya kecerdasannya ya tetapi
  • 00:32:30
    kemampuan berpikirnya, empatinya,
  • 00:32:33
    karakternya itu terbentuk dan kemudian
  • 00:32:36
    saya sama berpikir ada beberapa persen
  • 00:32:38
    orang
  • 00:32:39
    Indonesia 3 luar negeri di daerah itu
  • 00:32:42
    lalu mengalami apa ya ee pengalaman
  • 00:32:47
    belajar yang terbaik dibahan itu berapa
  • 00:32:49
    persen?
  • 00:32:50
    1% tidak lalu kalau ingin membangun
  • 00:32:54
    Indonesia kan butuh orang-orang yang
  • 00:32:55
    pernah mengalami seperti itu di luar
  • 00:32:57
    negeri lulang bukannya di sana ya saya
  • 00:33:00
    tidak mengatakan yang terus di sana itu
  • 00:33:03
    enggak enggak nasionalis mereka mungkin
  • 00:33:05
    punya nasionalismenya sendiri pulang
  • 00:33:08
    saya jadi pikiran kalau saya sama ini
  • 00:33:13
    istri saya itu perah ditawarinat sekolah
  • 00:33:16
    kan hanya orang yang menikmati
  • 00:33:20
    Tapi kalau kita membuat sesuatu yang
  • 00:33:24
    disibatkan gerakan sosial aktivitas
  • 00:33:26
    sosial dan itu dian dari orang banyak
  • 00:33:29
    sekolah tinggi sekolah piran mungkin
  • 00:33:31
    sekolah swasta yang
  • 00:33:34
    beruang sekarang mungkin akan lebih
  • 00:33:37
    berdampak dari se
  • 00:33:40
    saya sadar mungkin tidak punya siapa
  • 00:33:43
    tidak punya jabatan tidak punya ya punya
  • 00:33:46
    pertemanan tapi ya sudahlah enggak usah
  • 00:33:48
    Enggak usah memanfaatkan perkangan itu
  • 00:33:51
    ya rezeki aja dampak itu ya yang bisa.
  • 00:33:57
    Nah, karena ini jadi orientasi hidup dan
  • 00:34:00
    itu saya itu takut sama orang tua saya
  • 00:34:04
    memilih dan saya orang tua saya. Wow.
  • 00:34:10
    Pak terakhir Jakarta dari mungkin dari
  • 00:34:14
    GSM yang tadinya kecil. Heeh. He di
  • 00:34:17
    Sleman aja
  • 00:34:20
    seluruh Indonesia tersebar komunitas
  • 00:34:22
    yang bahkan sudah ratusan menyebar
  • 00:34:25
    Jakarta. Apa yang Bapak?
  • 00:34:29
    Puncak manusia itu bahagia.
  • 00:34:33
    Puncak manusia itu bahagia. Puncak itu
  • 00:34:36
    bahagia. Ya, mudah-mudahan ini
  • 00:34:39
    perjalanan. Iya. Baik. Dan pendidikan
  • 00:34:42
    itu adalah untuk mencapai kebahagiaan
  • 00:34:43
    setinggi-tinggi.
  • 00:34:45
    Baik. itu sudah iya iya sor ya ini ini
  • 00:34:50
    enggak apa-apa gitulah kalau untuk
  • 00:34:52
    ngobrol sama Bapak dan sama teman-teman
  • 00:34:55
    CSM ya diung ngobrolin tentang negara
  • 00:34:58
    pendidikan dan kesan kita danya selalu
  • 00:35:00
    mendengar tuh merasa direcas kembali iya
  • 00:35:03
    kembali dan ee kita jadi refleksi ya mau
  • 00:35:07
    seperti apa kita menjadi seorang gitu ya
  • 00:35:09
    sebagai penonton atau sebagai penyelamat
  • 00:35:11
    peradaban bangsa Indonesia gitu
  • 00:35:12
    teman-teman jadi pilihan ada di tangan
  • 00:35:15
    teman-teman mau jadi guru penyelamat
  • 00:35:17
    bangsa ini atau hanya sekedar menonton
  • 00:35:19
    dan melihat. Terima kasih telah bersama
  • 00:35:21
    kami di ee Ngobrol Bareng dengan Pak
  • 00:35:24
    Rizal. Ee sehat selalu teman-teman.
  • 00:35:27
    Jangan lupa untuk like dan subscribe.
  • 00:35:29
    Sampai jumpa ketemu di kegiatan
  • 00:35:32
    selanjutnya.
  • 00:35:56
    Yeah.
Etiquetas
  • guru
  • pendidikan
  • GSM
  • introspeksi
  • perubahan
  • teknologi
  • administrasi
  • peradaban
  • kolaborasi
  • generasi masa depan